Hidayatullah.com—’Israel’ hari ini memutuskan untuk membuka kembali penyeberangan Erez di Jalur Gaza utara setelah menderita kerugian ekonomi di wilayah pesisir. Pembukaan penyeberangan untuk pergerakan pedagang dan pekerja, dan langkah-langkah sipil untuk stabilitas keamanan di kawasan tersebut.
“Setelah melakukan penilaian keamanan, ‘Israel’ memutuskan untuk mengizinkan kembali masuknya pekerja dan pedagang dari Gaza ke ‘Israel’ melalui Erez mulai Selasa,” lapor Xinhua mengutip pernyataan dari Mayor Jenderal Ghassan Alyan, koordinator Kegiatan Pemerintah di wilayah Palestina.
‘Israel’ menutup penyeberangan Erez Minggu lalu setelah penyerang tak dikenal menembakkan beberapa roket dari Jalur Gaza ke ‘Israel’ selatan. Insiden itu diyakini karena meningkatnya ketegangan di Yerusalem Timur dan kampanye penangkapan di Tepi Barat selama Ramadhan.
Ekonom Gaza mengatakan mengizinkan masuk di persimpangan akan mengurangi penurunan ekonomi selama lebih dari 15 tahun sebagai akibat dari sanksi ‘Israel’. Sekitar 12.000 pekerja dan pedagang Palestina melintasi Jalur Gaza ke ‘Israel’ setiap hari, menghasilkan pendapatan lima juta Shekel ‘Israel’ (1,52 juta AS Dolar atau sekitar Rp 21 miliar).
Pendapatan yang seharusnya masuk ke Gaza melalui pekerja akan meringankan krisis ekonomi, dan sosial rakyat Palestina.
Pembatasan baru
Sementara hari Senin, (25/4/2022), otoritas penjajah ‘Israel’ memutuskan untuk memberlakukan pembatasan baru bagi para jamaah muslim yang akan datang ke Masjid al-Aqsha hari Rabu ini, bertepatan dengan malam ke dua puluh tujuh bulan Ramadhan yang diberkati.
Otoritas pendudukan ‘Israel’ akan mencegah pria dan wanita muda di Tepi Barat memasuki kota al-Quds dan shalat di Masjid al-Aqsha, setelah mengizinkan pria berusia di atas lima puluh tahun untuk masuk tanpa izin.
Menurut Palestine Information Centre (PIC), pasukan pendudukan ‘Israel’ mengharuskan mereka yang berusia antara 40 dan 50 tahun untuk mendapatkan izin sebelum memasuki Masjid al-Aqsha, dan mengumumkan bahwa wanita, anak perempuan dan anak-anak di bawah usia 12 tahun diizinkan masuk tanpa batasan.
Pembatasan baru yang diberlakukan pendudukan ‘Israel’ ini untuk mencegah mereka yang berusia antara 13 dan di bawah 40 tahun untuk shalat dan menghidupkan malam 27 Ramadhan di Masjid al-Aqsha, selain itu otoritas pendudukan ‘Israel’ melakukan apa yang disebut “pemeriksaan keamanan”.
Patut dicatat bahwa serangan pendudukan ‘Israel’ dan para pemukim pendatang Yahudi meningkat di Masjid al-Aqsha selama bulan suci Ramadhan. Akan tetapi mereka yang bersiaga di dalam masjid menghadang serangan tersebut, dengan keteguhan dan kesiagaan mereka di dalam halaman masjid.
Beberapa hari terakhir telah meningkat seruan dari pihak Palestina untuk melanjutkan siaga dan beriktikaf di halaman Masjid al-Aqsha, untuk menggagalkan rencana pendudukan ‘Israel’ dan para pemukim pendatang Yahudi untuk melakukan yahudisasi masjid.*