Hidayatullah.com—Untuk pertama kalinya dalam 15 bulan, warga Palestina dapat tidur nyenyak tanpa khawatir bom atau serangan artileri penjajah “Israel” yang tiba-tiba menghantam rumah atau tenda mereka.
Ahad pagi, masih ada kekhawatiran dan ketidakpastian karena tertundanya pelaksanaan gencatan senjata.
Namun, pada pukul 11.30 kemarin, ketika gencatan senjata mulai berlaku, perasaan lega menyelimuti semua orang karena adanya jeda yang sangat dibutuhkan dari kekerasan yang sedang berlangsung.
Kendati dirundung kecemasan, sejak kemarin pagi masyarakat mulai merayakan, merasakan kegembiraan, dan menyambut perdamaian yang telah lama dinantikan.
Ribuan pengungsi Palestina di Gaza, membawa tenda, pakaian dan barang-barang pribadi, mulai pulang ke rumah mereka, setelah gencatan senjata yang telah lama ditunggu-tunggu.
Mereka meninggalkan tempat tenda mereka untuk kembali ke daerah tempat tinggal lama, memeriksa rumah mereka dan mencoba membangun kembali kehidupan mereka.
Akan tetapi, banyak di antara mereka yang tidak menemukan apa pun di lokasi tempat tinggal mereka sebelumnya, sebab hampir semuanya telah hancur total akibat pengeboman gencar dan genosida penjajah ‘Israel’ selama 15 bulan, hingga seluruh Jalur Gaza berubah menjadi tumpukan puing.
Selama 471 hari genosida, rakyat tidak diberi waktu jeda kecuali gencatan senjata sementara selama seminggu pada bulan Desember 2023.
Itulah satu-satunya minggu mereka bisa tidur tanpa mendengar suara pesawat tak berawak dan sekarang, kesunyian dan kedamaian di Gaza terasa aneh dan tidak biasa bagi sebagian besar penduduknya.
Ragheb Masoud, 41 tahun, termasuk di antara mereka yang bertekad untuk kembali. “Saat pagi tiba, orang-orang menjadi semakin tidak sabar dan bergerak menuju kamp dan sekitarnya,” ujarnya kepada The National.
“Kehancuran tak terlukiskan – jalan-jalan penuh puing-puing, mayat-mayat berserakan, dan tidak ada lagi yang tersisa.”
Sesampainya di rumahnya di Fallujah, Masoud merasa sangat terkejut. “Rumah saya adalah tempat perlindungan bagi keluarga saya yang beranggotakan tujuh orang dan keluarga saudara laki-laki saya yang beranggotakan enam orang. Sekarang, yang tersisa hanyalah jalanan. Tentara Israel menghancurkan segalanya – tidak ada kehidupan yang tersisa di Gaza utara,” katanya.
Kegembiraan
Di Baytunya, wilayah Palestina, suara petasan dan kembang api menggantikan suara bom saat dua bus yang membawa tahanan Palestina yang dibebaskan berdasarkan perjanjian gencatan senjata Gaza harus mengarungi lautan manusia saat mereka tiba di Tepi Barat pada pukul 2 pagi.
Mereka adalah bagian dari 90 tahanan Palestina di penjara Israel yang dibebaskan setelah gencatan senjata yang juga mengakibatkan tiga sandera Israel dibebaskan oleh pejuang Hamas.
Selama 42 hari ke depan, sekitar 1.900 warga Palestina diperkirakan akan dibebaskan sebagai ganti 33 sandera ‘Israel’ yang ditawan pejuang di Gaza.
Orang-orang berkumpul lebih awal di sebuah bukit di Beitunia untuk melihat penjara Ofer milik “Israel”, tempat para tahanan dibebaskan.
Sejauh ini, lebih dari 47.000 warga Palestina telah terbunuh oleh serangan Israel sejak 7 Oktober 2023, menurut pejabat medis di Gaza. Hampir seluruh dari 2,3 juta penduduk Gaza sekarang tuna wisma.
Gencatan senjata kali ini menetapkan bahwa pertempuran akan dihentikan, bantuan akan dikirim ke Gaza dan 33 dari hampir 100 sandera Israel dan asing yang tersisa akan dibebaskan dalam fase enam minggu pertama dengan imbalan hampir 2.000 tahanan Palestina di penjara ‘Israel’.*