Hidayatullah.com | Pemuda adalah harapan umat, bangsa dan negara. Di masa hidup Rasulullah ﷺ mudah menemukan pemuda yang menjadi agent of change (agen perubahan) ke arah kebaikan dalam berbagai bidang kehidupan. Contoh: Ali bin Abi Thalib, Mush’ab bin Umair dan Muadz bin Jabal.
Di masa-masa sesudah masa hidup Rasulullah ﷺ demikian juga halnya. Contoh: Umar bin Abdul Aziz dan Muhammad Al-Fatih. Demikian pula di masa penjajahan atas bangsa ini. Para pemuda yang mengikrarkan Sumpah Pemuda dan para pemuda yang menculik Sukarno yang memaksanya agar segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.
Namun di masa kini, tidak semudah seperti masa-masa lalu untuk menemukannya. Sebaliknya, lebih mudah menemukan pemuda yang mengalami degradasi moral dan loss of adab, serta terpapar fitnah akhir zaman, yakni fitnah syubhat antara lain berupa pluralisme dan liberalisme agama, dan sekularisme.
Abdullah al-Mustofa dari Pusat Kajian Strategis Pendidikan Islam Indonesia (PKSPII) Pare Kediri Jawa Timur, mewawancarai Ketua Pemuda Hidayatullah, Imam Nawawi, terkait tema “Pemuda dan Pendidikan”. Inilah petikanya.
Di saat banyak pemuda yang terjangkiti egoisme, Mas Imam rajin menulis. Siapakah orang-orang yang telah banyak mewarnai kehidupan Anda?
Pada hakikatnya semua adalah pertolongan dan anugerah dari sisi Allah. Namun dalam proses, ini semua tidak bisa dilepaskan dari harapan orangtua dan ketekunan guru-guru kami dalam mendidik mental untuk yakin sepenuh hati bahwa Allah Maha Penolong.
Kesadaran itu hadir begitu kuat kala membaca perjalanan hidup almarhum KH Abdullah Said (pendiri Hidayatullah). Dengan segenap keterbatasannya, berkat spirit QS. At-Taubah ayat 105, beliau bersemangat dalam bekerja untuk umat. Akhirnya Allah memberikan jalan bahkan keberhasilan menebar manfaat ke seantero negeri ini. Saya sendiri kuliah di lembaga tinggi di Sekolah Tinggi Luqman Al- Hakim, milik Hidayatullah dan melanjutkan studi S2 di Ibnu Khaldun, Bogor.
Worldview yang Anda miliki selain dari kampus dari mana?
Sejak mahasiswa saya banyak baca. Tahun 2005 saya berkesempatan mengenal INSITS lebih dekat, termasuk langsung menghadirkan Dr Hamid Fahmy Zarkasyi. Saya melihat beliau sedang melakukan upaya-upaya nyata di tengah gempuran pemikiran Barat yang liberal. Dengan kemampuan yang sangat terbatas, beliau berkeyakinan bahwa gerakan nyata akan menjadi gelombang besar perubahan. Mereka adalah orang yang terus berkarya.
Apa kiprah dan peran yang harus dilakukan pemuda bagi kemajuan masyarakat, bangsa dan umat?
Berdasarkan situasi terkini dan keteladanan para pejuang Muslim masa lalu, pemuda masa kini harus kembali pada tradisi awal Nabi Muhammad ﷺ mendidik para sahabat, yakni dengan memperdalam kemampuan membaca dengan basis Iqra’ Bismirabbik (QS. Al-‘Alaq: 1).
Kemudian, melihat tantangan nyata dari luar Islam, kemudian menempa diri untuk bisa menjawab dengan aksi dan karya nyata. Sembari terus bergabung dengan “barisan-barisan” keumatan, bisa melalui lembaga pendidikan, pesantren atau pun organisasi kepemudaan seperti Pemuda Hidayatullah, untuk mengaktifkan karunia Allah berupa usia yang muda, fisik yang kuat, serta energi tubuh yang prima.
Dengan langkah tersebut, insya Allah kesadaran akan hakikat hidup dan dorongan untuk sadar bagaimana mengisi kehidupan ini dengan spirit iman akan senantiasa terjaga bahkan memancar ke setiap ruang-ruang kehidupan kita.
Dalam pandangan Anda, apa yang harus dilakukan para pemimpin terutama pemimpin negara terkait pendidikan agar pemuda pertama menjadi agent of change dalam kebaikan, dan kedua bebas dari fitnah syubhat dan fitnah syahwat?
Pertama, berikan keteladanan. Kedua, hargai dan hormati para guru-guru, terlebih ulama. Karena keberadaan mereka sangat kontributif bagi hadirnya mental masyarakat yang sehat, ruhani yang prima. Sehingga disadari atau tidak, peran guru dan ulama adalah terdepan dalam menciptakan masyarakat yang aman dan penuh persaudaraan. Itulah adab kita. Karena bangsa ini sudah lost of adab.
Ketiga, memberikan ruang aktualisasi bagi kaum muda negeri untuk mampu bersaing secara profesional guna lahirnya kaum muda Indonesia yang enerjik dan dapat diandalkan.
Apa yang harus dilakukan para pendidik, yakni guru dan orangtua, untuk memajukan para pemuda?
Tetaplah sabar dan istiqomah. Mendidik sama dengan merawat alam semesta. Sebab mendidik dimulai dari langkah nyata dengan tekun mengajarkan ilmu, meneladankan akhlak dan produktivitas dalam karya. Tidak ada konsep dan teori tertentu untuk melahirkan pemuda yang pemberani serta mampu menjadi agen perubahan, selain dari keteladanan dan keistiqomahan para guru-guru, para asatidz dalam mendidik.
Bisakah Anda memberi contoh?
Saya baca buku-buku para ulama. Saya baca keteladanan Imam Al-Ghazali sebagaimana dalam Ihya’ Ulumuddin, yang darinya, akhirnya lahir generasi Sholahuddin Al-Ayyubi. Atau seperti Syaikh Aaq Syamsuddin yang tekun mendidik Sultan Muhammad Al-Fatih, bahkan pada saat detik-detik Konstantinopel akan ditaklukkan. Jadi melahirkan pemuda-pemuda terbaik itu memang harus tekun dan sabar.
Adapun pemuda, apa yang harus mereka lakukan?
Para pemuda harus melangkah secara lebih konkret dan terarah serta sistematis. Jangan terjebak isu yang booming di media yang sebagian kita melihat, kalau pun itu diurus, sampai kapan pun tidak akan ketemu pangkal dan ujungnya.
Saya mengajak pada para pemuda untuk segera bersikap tegas, mengambil langkah seperti para ulama terdahulu menempa diri. Atau sebagaimana langkah para mujahid bergerak mengasah mental, serta menyiapkan diri menjadi pendidik generasi mendatang. Dan, semua itu bisa hadir jika ibadah dan ketajaman ruhiyah terus dijaga. Sembari terus mengasah kemampuan intelektual yang didasari komitmen spiritual yang terus-menerus ditingkatkan.
Apalagi yang Anda rasakan dan anda harapan, terkait peran pemuda hari ini?
Para pemuda harus menawarkan langkah-langkah yang bisa mewujudkan untuk menjadi khairu ummah, dan memberi warna positif bagi bangsa dan negara.
Apa langkah yang ditawarkan Pemuda Hidayatullah menuju khoiru ummah?
Pertama, bangun kesadaran bahwa hidup kita tidak sebatas sebagai abdullah (hamba Allah). Tetapi juga khalifatullah, kesadaran ini akan menjadikan diri sadar dan mengerti bahwa ada tanggungjawab keummatan yang mesti diemban dan ditunaikan. Sebab, pemuda yang terbaik adalah yang bisa melakukan amar ma’ruf nahi munkar, dan itu syarat menjadi khairu ummah.
Kedua, hiasilah masa muda dengan kecintaan terhadap ilmu dan buktikan dengan produktifkan menghadirkan karya-karya nyata, walau sederhana. Misalnya, menulis setiap hari, mengisi media sosial dengan konten-konten dakwah, dan mengajak anak-anak muda untuk lebih aktif dan progresif dalam kebaikan.
Ketiga, jangan ragu untuk mengamalkan kebaikan atau mewujudkan niat mulia dengan segera memulai melakukan sesuatu. Contoh, mendidik anak-anak yang tinggal di sekitar rumah. Cek, kalau ada di antara mereka belum bisa mengaji, mulailah dengan membuka pelajaran mengaji dan seterusnya.
Keempat, kalau ingin menjadi guru, jadilah guru yang visioner, yang tidak sebatas menunaikan kewajiban sebagaimana regulasi yang berlaku tapi juga hadir dalam membina mental murid-murid, dan dilengkapi dengan mendoakan mereka melalui doa-doa terbaik untuk kebaikan kehidupan dan ilmu mereka.
Apa yang Pemuda Hidayatullah lakukan dalam memberi warna positif bagi bangsa dan negara?
Pemuda Hidayatullah menetapkan tiga program utama pada 2021. Pertama, melakukan edukasi secara nasional tentang pentingnya leadership bagi kaum muda Indonesia yang ditargetkan dapat terlaksana di seluruh wilayah Indonesia. Kedua, melakukan training literasi dan multimedia bagi generasi muda di setiap kabupaten di seluruh Indonesia. Ketiga, melakukan pelatihan membaca Al-Quran bersanad yang langsung dibina oleh kader Pemuda Hidayatullah yang telah meraih sanad.
Kenapa harus pelatihan Al-Quran?
Ya, karena hidup harus memiliki dasar dan tujuan yang jelas, maka pemuda harus banyak berinteraksi dengan Al-Quran. Interaksi ini dilakukan sampai melahirkan komitmen mendalam dalam hati dan akal, bahwa tidak ada jaminan keselamatan selain dengan menjadikan Al-Quran sebagai way of life.
Selanjutnya mesti sadar bahwa pendidikan itu bukan semata soal kognisi tapi juga ruhiyah. Maka pemuda Muslim harus menghiasi hari-harinya dengan ragam amal ibadah yang diteladankan oleh Nabi, mulai dari dzikir hingga tahajjud di malam hari.
Jadi, akan gersang jiwa dan hati seorang pemuda jika kognisinya bagus namun ibadahnya tidak dijaga. Sudah begitu, ia jauh dari Al-Quran.
Langkah yang tak kalah penting adalah bangkit untuk dakwah. Karena masih terkategori pemuda, bisa saja ambil langkah bangkitkan kecerdasanmu, bangkitkan kepiawaianmu dalam bidang yang kamu cintai, bangkitkan perjuanganmu yang semua ditujukan untuk membesarkan nama Allah, wa robbaka fakabbir (QS. Al-Muddatstsir: 3).
Pertanyaan penutup. Mewakili pemuda Hidayatullah, apa harapan dan seruan Anda terkait pendidikan bagi pemuda kepada pemimpin bangsa dan negara Indonesia?
Kepada pemimpin bangsa dan negara, berikan kesempatan belajar secara gratis, terutama di tingkat sarjana, master hingga doktoral, sehingga mereka bisa menjadi kader bangsa yang semakin terampil, visioner, dan dapat diandalkan untuk mewujudkan Indonesia yang progresif dan beradab. Kepada para pendidik, sentuhlah mentalitas para pemuda untuk lebih produktif, hadirkan tantangan-tantangan yang menjadikan mereka sadar dan produktif dalam karya nyata. Para pendahulu kita dulu, rata-rata menjadi guru, karena di situlah awal mula kita melahirkan kader pejuang.
Kepada para pemuda, bergairahlah dalam mengasah kemampuan diri, mulai dari skill, intelektual hingga spiritual yang diwujudkan dengan hadirnya kemampuan leadership dan manajerial yang memadai.
Kepada warga Indonesia pada umumnya, mari hadirkan budaya baru yang dapat mendorong anak bangsa cinta kepada ilmu, gemar beramal, dan terdepan dalam kebaikan-kebaikan bersama, khususnya membangun umat.*