Hidayatullah.com–Suasana berbeda terlihat ketika hidayatullah.com menyambangi Perpustakaan Masjid Jakarta Islamic Center (JIC). Di perpustakaan ini banyak sekali anak usia SD yang lalu lalang mencari buku. Tak biasanya melihat sebuah perpustakaan penuh dengan anak-anak. Selama ini memang pengunjung sebuah perpustakaan selalu didominasi orang-orang dewasa atau pelajar menengah dan mahasiswa.
Penanggungjawab Perpustakaan JIC, Paimun A. Karim mengatakan bahwa Perpustakaan JIC ini memang berupaya melakukan inovasi agar setiap lapisan masyarakat baik kecil maupun dewasa tumbuh minat bacanya. Itu sebabnya, selain menyediakan koleksi buku-buku umum, perpustakaan yang berdiri 7 Desember 2004 ini juga menyediakan buku untuk anak-anak dan buku parenting.
”Kami punya layanan Kids Corner dan Sakinah Corner,” kata Paimun kepada hidayatullah.com.
Dengan koleksi buku yang lengkap ini tak heran bila perpustakaan yang berdiri di bekas area lokalisasi prostitusi Kramat Tunggak Jakarta ini selalu dijejali beragam pengunjung, mulai dari anak-anak, pelajar, mahasiswa, bahkan ibu rumah tangga.
Mawardani (27) mengaku rutin mengajak anaknya yang berusia 4 tahun berkunjung ke Perpustakaan JIC.
”Di sini lengkap, saya bisa baca buku-buku parenting dan anak saya baca buku anak-anak. Jadi kami tidak saling mengganggu, asyik dengan bukunya masing-masing. Kalau sudah di sini anak saya tidak mau pulang,” kata Mawardani.
Berdirinya perpustakaan JIC, kata Paimun, dilakukan dengan perencanaan yang matang. “Kami tak main-main mendirikan perpustakaan ini.”
Sebelum didirikan, pihak JIC mengundang pustakawan senior dari berbagai perpustakaan ternama di Jakarta, seperti Perpustakaan LIPI dan Perpustakaan UI. Mereka diundang untuk sumbang saran. Dari pertemuan ini dihasilkan kesimpulan bahwa untuk menjadi perpustakaan yang dicari masyarakat maka pengelola harus melakukan inovasi dan melengkapi fasilitas.
Paimun mengungkapkan bahwa untuk mensejajarkan perpustakaan yang dikelolanya dengan perpustakaan yang ternama dan telah berdiri sejak lama, tidak mungkin dilakukan dengan mengadakan koleksi buku-buku lama.
”Tidak mungkin kami mengejar ketertinggalan dengan menyamai koleksi buku di perpustakaan-perpustakaan yang sudah terkenal. Kita pasti ketinggalan jauh dengan koleksi buku-buku lama mereka,” kata alumnus Institut Pertanian Bogor (IPB) ini.
Maka akhirnya pengelola Perpustakaan JIC memutuskan untuk memfokuskan koleksi buku-buku baru. Untuk membeli koleksi buku-buku baru, kata Paimun, pihaknya menganggarkan 200 juta rupiah per tahun. Dana itu diperoleh langsung dari Pemerintah DKI Jakarta. Dengan dana yang memadai ini tak heran meski usianya masih muda koleksi-koleksi buku di Perpustakaan JIC jumlahnya sudah ribuan.
”Saat ini koleksi buku kami 13.152 judul dan multimedia (DVD) 523 judul. Dalam sebulan paling tidak seratus buku dengan judul terbaru dan terpopuler kami tampilkan,” papar Paimun.
Dengan koleksi sebanyak ini tahun 2009 Perpustakaan JIC dinobatkan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Agama sebagai perpustakaan masjid terbesar ketiga di Indonesia, setelah Perpustakaan Masjid Istiqlal Jakarta dengan koleksi buku 16.916 judul dan Perpustakaan Masjid Al Markaz Al Islami Jenderal M. Yusuf Makassar dengan koleksi buku 13.734 judul.
Dengan penghargaan ini membuat pengelola semakin bersemangat untuk merebut posisi pertama. ”Insya Allah paling tidak, satu, dua tahun lagi kita bisa bersaing dengan Istiqlal dan Al Markaz,” kata Paimun.
Fasilitas Komplit
Selain koleksi buku-buku baru yang komplit, untuk kenyamanan pengunjung, Perpustakaan JIC dilengkapi berbagai fasilitas, seperti pendingin ruangan, loker, hot spot (area internet gratis), tiga unit komputer untuk akses internet, katalog digital, dan Kids Corner (ruang baca anak), Sakinah Corner, dan dua perangkat pemutar multimedia.
Untuk menikmati layanan Perpustakaan JIC, pengunjung bisa menjadi anggota dengan biaya administarsi pendaftaran Rp. 30.000 per tahun. Biaya itu akan digunakan untuk membuat kartu anggota. Untuk sementara Perpustakaan JIC hanya dibuka saat hari kerja Senin-Jum’at dari pukul 09.00 hingga 16.00 WIB. Dalam sebulan perpustakaan ini rata-rata dikunjungi 2000 orang.
Untuk merangsang minat baca masyarakat, pengelola setiap bulannya merilis anggota yang paling banyak meminjam buku. ”Kami beri hadiah buku, pin, atau souvenir lainnya,” tandas Paimun. [syaf/hidayatullah.com]