SOSOK berjilbab ungu itu sudah sepuh. Ia tampak tenang duduk di barisan depan kursi ruang persidangan.
Rabiah Saleh, hampir satu abad sudah usianya. Nenek ini datang berasal dari kawasan Danau Maninjau di kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
Umurnya 95 tahun. Sangat sepuh, tapi tak sesepuh semangatnya. Ia meninggalkan kampung halamannya untuk menghadiri persidangan salah seorang aktivis pengamat gerakan komunisme.
Ya, pada sidang ke-6 Alfian Tanjung di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Kemayoran, Rabiah menjadi perhatian tersendiri. Pantauan hidayatullah.com, sosok itu telah datang ke pengadilan sejak pukul 09.00 WIB bersama anaknya.
Kenapa, di usia setua itu, ia rela jauh-jauh pergi ke Jakarta menghadiri sidang Alfian Tanjung?
Rupanya, Rabiah mengaku, kedatangannya ingin melihat sosok yang ia kagumi dalam membela Islam dan membongkar komunis di Indonesia.
Juga sebagai bentuk pembelaannya terhadap Islam. “Apa sih yang tidak untuk agama?!” tuturnya terbata-bata kepada hidayatullah.com usai Ketua Majelis Hakim menutup sidang pada Rabu (31/01/2018) itu.
Kasus yang dijeratkan kepada Alfian memang menuai sorotan dari berbagai pihak. Menghadapi perkara itu, Alfian pun mendapat dukungan banyak kalangan Muslim, termasuk oleh Rabiah.
“Jangan diam, yang benar pasti akan mengalahkan kebatilan. Percaya itu!” tegasnya.
Sang nenek pun berpesan kepada generasi muda Muslim agar selalu semangat membela Islam.
“Anak muda harus semangat membela agama Allah dan tidak mundur melawan kebatilan,” wejangnya memungkas.* Zulkarnain