TIGA hari jelang Lebaran Haji, matahari bersinar terik saat ratusan manusia berjubel di sebuah tanah lapang. Berpakaian putih-putih, mereka mengitari Ka’bah bergantian, lalu berebut mencium Hajar Aswad.
Di dekat situ, gerombolan putih-putih lainnya sibuk berlari-lari kecil di antara Safa dan Marwah. Ada pula yang dengan cekatan melakukan pelemparan Jumrotul Uula, Wustho dan Aqobah. Ritual ini bukan terjadi di Makkah al-Mukarromah, melainkan di salah satu sudut Kota Depok, Jawa Barat.
Rabu (24/10/2012) pagi itu, ratusan anak Taman Kanak-kanak (TK) sedang mengikuti Manasik Haji Anak Sholeh di kampus Pondok Pesantren (PP) Hidayatullah, Jalan Raya Kalimulya, Depok. Acara yang diikuti 9 Taman Kanak-kanak (TK) se-Depok ini dilaksanakan layaknya ritual haji yang sebenarnya.
Anak-anak diajarkan langsung praktek rukun Islam kelima tersebut. Mulai dari niat, berpakaian ihrom di “Jeddah” kemudian bergerak ke “Padang Arafah”.
“Lalu melontar Jumroh. Setelah itu dilanjutkan Tawaf, lanjut Sai dan terakhir Tahallul,” terang Fitri, salah seorang panitia Manasik Haji Anak Sholeh kepada Hidayatullah.com.
Saat Tahallul, para peserta melakukannya secara simbolis. Tiap anak ber-tahallul dengan menggesek-gesekkan jemarinya ke rambut temannya.
Kemeriahan tampak dari agenda tahunan yang diikuti 242 murid ini. Selain diramaikan dengan kehadiran para orangtua murid, dan warga pesantren, pedagang asongan juga memanfaatkan momen ini untuk mengais nafkah.
Anak-anak sendiri begitu antusias mempraktekkan tiap rukun haji. Sangking antusiasnya, di antara mereka ada yang melempar Jumroh berkali-kali.
“Itu lempar jumrah ya, buat lempar setan ya, (tapi) bukan dari batu,” celetuk seorang anak kepada kawannya.
“Batu” yang digunakan untuk melempar Jumroh pada manasik itu terbuat dari kertas yang digulung-gulung.
Saat berlari-lari kecil mengelilingi “Ka’bah”, para “jamaah haji” cilik berteriak-teriak mengumandangkan kalimat dzikir kepada Allah SWT.
“Allahu Akbar, Allahu Akbar,” ibu guru membimbing mereka.
Begitu pula saat berlari di antara dua “bukit” Sofa dan Marwah. Mereka diberi penjelasan terlebih dahulu tentang makna ritual tersebut.
Usai dijelaskan, para murid langsung berlarian layaknya lomba, sampai-sampai banyak yang terjatuh-jatuh.
“Cape, cape…” keluh seorang murid putra berbadan bongsor setelah tersungkur saat berlari.
Azkiyah, 5 tahun, mengaku senang bisa mengikuti manasik tersebut. Saat bincang-bincang dengan Hidayatullah.com, murid TK Yaa Bunayya PP Hidayatullah Depok ini tampak begitu gembira.
“Sudah (naik haji) di situ,” ujar Azkiyah polos, menunjuk ke lapangan berumput di mana Ka’bah miniatur ditempatkan.
“Ka’bahnya enak banget, sambil lari-lari kecil ya,” tambah kawan Azkiyah turut bergembira.
Spirit Haji
Meskipun tiap peserta dipungut bayaran Rp 15.000, namun kegiatan manasik ini sangat bermanfaat buat anak-anak. Suhardi, ayah dari seorang murid peserta manasik, mengaku senang dengan kegiatan yang telah digelar 10 kali di tempat tersebut.
Bagi Suhardi, manasik haji bisa memberi pelajaran kepada para murid untuk mengenalan syariat Islam sejak muda.
“Berbekas sekali buat anak-anak,” ujarnya.
Di akhir ritual haji, para peserta diberi bingkisan khusus. Anak-anak membawa pulang oleh-oleh “haji”, seperi air zam-zam, kurma, kacang arab dan kismis.
Pada acara ini, tiap-tiap TK digambarkan seolah-olah mewakili sejumlah negara, misalnya Cina, Turki dan lain-lain. Tiap kelompok memakai simbol bendera masing-masing negara. Tiap “negara” dibimbing oleh seorang guru dari TK Yaa Bunayya.
Menurut Fitri, kegiatan manasik ini bertujuan menanamkan nilai-nilai keislaman kepada generasi Muslim sejak dini.
“Tujuannya untuk mengenalkan anak rukun Islam yang ke-5, serta mengenalkan anak pengorbanan Ibunda Siti Hajar dan putranya, Ismail,” jelas Fitri.
Acara ini diadakan oleh PP Hidayatullah Depok. Sedangkan TK Yaa Bunayya sebagai event organizer (EO-)nya.
Satu kejadian menarik pada acara tersebut. Seorang anak enggan pakai baju ihram. Ketika ditanya seorang guru soal alasannya, jawaban anak itu cukup menggelikan.
“Malu, gak mau pake baju ihrom, keliatan ketek (ketiak)nya,” ujarnya, polos.*