Hidayatullah.com | KEBAHAGIAAN terlukis di wajah Nesyla. Padahal, beberapa pekan lalu putri kecil itu telah ditinggal pergi ayahnya. Ia merupakan salah seorang anak yang terdampak erupsi Gunung Semeru. Letusan gunung api itu tak cuma memaksa ia dan keluarganya kehilangan kebahagiaan, tapi juga kehilangan tulang punggung mereka.
Ayah Nesyla, Pak Yudi, wafat bersama kakeknya, yaitu Pak Mardi, dan seorang temannya bernama Pak Rohman. Ketiganya bekerja sebagai pekerja tambang pasir manual di Lumajang, Jawa Timur.
Profesi itu digeluti Yudi dkk sebagai pekerjaan sehari-hari untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga. Ketiganya terjebak di aliran lahar saat erupsi datang awal bulan ini (04/12/2021).
Yudi dan Rohman wafat dalam kondisi terbakar. Sementara ayah Pak Yudi alias Mbah dari Nesyla, tidak ditemukan bahkan hingga kedatangan kami, Senin (20/12/2021).
Sore itu, cuaca cukup syahdu, hujan turun membasahi perkampungan. Nesyla tampak rapih menggunakan kaos dan rok. Ia tak sendirian di rumahnya. Keluarga besarnya sedang bersiap-siap untuk meninggalkan kampung menuju tempat pengungsian. Maklum, trauma mereka terhadap erupsi masih belum hilang.
“Siang saja kami masih takut, apalagi malam hari, Mas,” sebut Ibu Nesyla.
Tentu tak mudah melupakan peristiwa itu. Selain faktor trauma, juga karena sosok lelaki pemimpin keluarga Nesyla sudah tiada. Ia sering bertanya tentang almarhum ayahnya. Hari-hari sejak bencana itu pun dilewati Nesyla dengan kesedihan.
Alhamdulillah, Nesyla kali ini dapat tersenyum. Sejumlah pemuda jauh-jauh datang dari Kalimantan Timur menyeberangi pulau, membawakan langsung sejumlah bantuan bagi korban erupsi Gunung Semeru. Ini titipan warga Kaltim lewat program “Mengusap Duka Semeru”. Para pemuda itu menyambangi keluarga Nesyla yang tak mampu menyembunyikan kegembiraannya saat diberikan mukena. Pakaian untuk menutup aurat ini baru dibeli di sebuah toko, memang untuk korban Eeupsi Semeru.
Sepuluh relawan dari Pengurus Wilayah Pemuda Hidayatullah (Pemhida) Kaltim itu sebelumnya dilepas secara langsung oleh Ketua Umum Pemuda Hidayatullah, Bang Imam Nawawi, setelah acara penutupan Rapat Kerja Nasional para pemuda itu di Malang.
“Sebagai seorang pemuda kita harus peka terhadap sesama dan peka terhadap keadaan. Mari bersama pemuda kita hadirkan pergerakan pemuda yang progresif dan beradab, peduli dan membangun bangsa Indonesia,” pesannya.
Baca juga ; Cerita di balik Rakernas Pemuda: dari Papua sampai Aceh, dari Udara sampai Darat
Dari Malang, kami menuju Lumajang dengan kendaraan roda empat. Tiba di rumah Nesyla, memang tidak begitu banyak yang kami berikan. Tapi setidaknya sedikit bisa mengobati lara bocah shalehah ini.
“Mengusap Duka Semeru” merupakan salah satu spirit sekaligus agenda spesial Pemhida Kaltim selama di Jatim.
“Ini bentuk kepedulian pemuda terhadap korban bencana, apatahlagi suasana hati memang perlu didorong untuk terus menjadi garda terdepan mengusap duka yang ada. Ini momentum untuk kita peduli terhadap sesama,” ujar Sobirin, Ketua PW Pemhida Kaltim.
“Terima kasih atas kepercayaan warga Kalimantan Timur. Semoga amanah ini terus terawat untuk kami tunaikan dengan amanah dan tepat sasaran, kemudian terus mengangkat program-program yang jauh lebih baik lagi,” tuturnya.* (Dituturkan Abu Faqih-Fahiem kepada hidayatullah.com)