Di saat teman-teman sebaya dan para Gen Z sibuk bermain game, pemuda ini, justru ingin ‘terbang tinggi’
Hidayatullah.com | ADALAH Mohamad Anaqi Mohd Rizal. Di usia 16 tahun, ia sudah mengantongi izin menjadi pilot – sebelum usia legal untuk mendapatkan SIM. Lisensi yang diperoleh Mohd Anaqi pada tahun 2023 adalah sebagai pilot rekreasi.
Sejak awal Anaqi tidak punya cita-cita dan harapan menerbangkan pesawat. Perubahan dalam dirinya bermula ketika berlibur bersama kedua orang tuanya ke Hong Kong.
Penerbangan pertamanya sebagai penumpang dilakukan dengan Jetstar Airbus A320 pada usia enam tahun, saat liburan keluarga.
Dia mengatakan kepada AsiaOne bahwa pengalaman ini membuatnya begitu “tertarik dengan gerakan terbang” sehingga menjadi pilot adalah impian yang ingin dia kejar. Anaqi terkesima melihat bagian-bagian pesawat seperti ‘spoiler’ dan flap pada sayap pesawat.
“Setelah liburan, saya memberi tahu orang tua saya, ‘Mama, Ayah, bisakah saya menjadi pilot suatu hari nanti?’,” kata Mohd Anaqi sambil menambahkan bahwa kedua orang tuanya sangat mendukung ambisinya dan memberikan dukungan penuh kepadanya.
Faktor lain yang ikut mempengaruhi keinginannya ini adalah film bertemakan penerbangan pesawat terbang. Salah satu yang pernah ia tonton adalah “Top Gun: Maverick” dan “Air Force The Movie”.
Ia mengikuti Program Percontohan Rekreasi yang dijalankan oleh akademi penerbangan Aeroviation yang berbasis di Singapura. Ia mulai mengikuti kelas teori di Singapura pada Januari 2023 dan pelatihan simulator pada Mei 2023.
Pada Juli 2023, Mohd Anaqi berangkat ke Adelaide, Australia untuk menjalani pelatihan simulator dan kursus praktik selama satu bulan.
Setelah lima hari di Adelaide, Mohd Anaqi diberi lampu hijau untuk menerbangkan pesawatnya sendirian. Ini adalah sesuatu yang di luar dugaannya.
“Saat menerbangkan pesawat sendirian, dalam pikiran saya hanya ada satu kutipan dialog dari film “Top Gun: Maverick” – yaitu ‘Don’t think just do’ (Jangan berpikir, lakukan saja). Setelah menyelesaikan penerbangan tiga putaran, saya merasa sangat bangga pada diri sendiri.
“Ini adalah hal luar biasa yang pernah saya lakukan karena saya telah memimpikan momen itu sejak saya mulai mendaftar di sekolah penerbangan,” ungkap Mohd Anaqi dikutip Berita MediaCorp, Singapura.
Pilot Rekreasi
Seorang pilot rekreasi dapat menyewa pesawat atau menerbangkan pesawatnya sendiri kapan saja dengan tujuan menikmati pemandangan dan mendapatkan pengalaman.
Namun hanya boleh mengangkut satu penumpang karena pesawat rekreasi ini merupakan pesawat ringan yang hanya memiliki dua tempat duduk.
Lisensi penerbangan rekreasi Mohd Anaqi juga hanya mengizinkannya terbang sejauh 25 mil laut di dalam area bandara.
Jenis pesawat yang bisa diterbangkan Mohd Anaqi adalah Jabiru 120 dan Jabiru 160 yang ditawarkan oleh sekolah penerbangannya. Namun ada juga pesawat rekreasi lainnya seperti Tecnam P92.
“Selama pesawat itu memiliki dua kursi, saya diperbolehkan menerbangkannya,” tambah Mohd Anaqi.
Untuk medapatkan izin ini, Mohd Anaqi harus mengeluarkan biaya izin penerbangan rekreasi sebesar 12,000 SGD (setara 140 juta). Ditambah 5.000 SGD (Rp 52 juta) untuk biaya kelas teori dan pelatihan simulator di Singapura dan 7.000 SGD (Rp 82 juta) lainnya untuk pelatihan di Australia termasuk penerbangan dan akomodasi.
Biaya sepenuhnya ditanggung oleh orang tua Mohd Anaqi – Bapak Mohamad Rizal Mohamad Harith dan Ibu Azizah Rahmat.
Saat ini, izin yang dimiliki Mohd Anaqi hanya memperbolehkannya mengelola menerbangkan pesawat rekreasi di wilayah udara Australia. Sedang untuk menerbangkan pesawat rekreasi di Singapura, Mohd Anaqi perlu mendapatkan lisensi terpisah.
Impian Terbang
Bagi Mohd Anaqi, salah satu momen termanis selain mendapatkan izin terbang adalah saat ia bisa ‘menerbangkan’ orang tuanya.
“Saat saya membawa ibu saya ke pesawat, reaksinya santai saja. Tapi saat saya terbang bersama ayah, dia kaget saat kami menghadapi angin kencang,” kata Mohd Anaqi yang kini berusia 17 tahun.
Setelah keberhasilan tahap pertama ini, Mohd Anaqi berniat mengikuti kursus manajemen penerbangan di Politeknik Temasek. Dia juga bekerja sebagai pendamping di Bandara Changi.
Setelah menempuh studi di bidang manajemen penerbangan, Mohd Anaqi berencana kembali ke Adelaide pada September tahun ini untuk meningkatkan lisensinya.
Menurut perusahaan kedirgantaraan WingsOverAsia, rata-rata durasi kursus bagi siswa untuk mencapai kesiapan ujian penerbangan sejak pelajaran awal adalah antara empat hingga enam bulan.
Sedangkan untuk lisensi pilot komersial, seorang pelajar membutuhkan rata-rata satu hingga dua tahun.
Untuk saat ini, ia menunggu untuk memulai tahap selanjutnya dalam perjalanan pendidikannya, yang kemungkinan besar adalah diploma manajemen penerbangan di politeknik setempat.
Dalam jangka panjang, Mohd Anaqi juga berniat mendapatkan izin penerbangan rekreasi untuk terbang di Singapura dan ingin menjadi pilot komersial. “Saya ingin membawa orang tuaku ke luar negeri sebagai pilot,” ujarnya.
“Saya sangat menantikan untuk mengambil lisensi pilot pribadi dan lisensi pilot komersial karena saya ingin menjadi pilot maskapai penerbangan suatu hari nanti,” ungkapnya. *