GELINDING roda, kernyitan dahi, dinginnya hembusan malam yang menusuk kulit, helaan nafas panjang tanda lelah, menyambut kedatangan 116 calon mahasiswa di Madinah setalah 9 jam menikmati empuknya kursi ‘Emirates’ Air .
“Selamat Datang di Kota Nabi,” bak sihir, perkataan yang dilontarkan oleh pria berbaju hijau yang dikenal mandub tersebut seakan–akan menghempaskan kegundahan di dalam dada, melapangkan dahi yang mengernyit, menghangatkan badan yang diselimut I suhu 16 derajat celcius menjadi penerang di kegelapan Madinah dini hari.
Mandub, adalah perwakilan mahasiswa indonesia di Jami’ah Islamiyah. Mereka adalah mahasiswa yang ditunjuk sebagai wakil untuk menjadi wasilah antara pihak universitas dan mahasiswa.
Mahasiswa Indonesia yang mendaftar ke Jami’ah Islamiyah, selalu antusias dari berbagai kota di Indonesia.
Ya, “Kota Nabi”, kata-kata yang amat menggiurkan pemuda Islam dari berbagai belahan dunia manapun. Tak ayal bis penjemputan yang berangkat dari terminal ke kampus itu pun berubah menjadi tempat perancangan strategi, cita–cita, harapan, langkah– langkah para mashasiswa baru untuk 4 tahun ke depan. Pertanyaan utama di benak para calon mahasiswa baru yang datang ke tempat suci ini adalah, “Bagaiamana caranya mengambil “air” di “telaga Madinah?” agar bisa sebanyak-banyaknya menampungnya dan diberikan ke kampung tercinta yang kini kian kemarau, kering nan haus?”
Madinah dengan segala kegersangan yang ada, gunung-gunung batu yang tak kunjung hijau, jarangnya suara rintik hujan terdengar, panasnya udara, dibandingkan dengan negeri pertiwi bak surga yang “tajri min tahtihal anhar” (dibawahnya mengalir sungai-sungai), di mana buah-buahan yang bermacam-macam yang berganti sesuai musimnya, dan hujan sering menyapa di selingi siulan burung, Madinah, jelas bukan apa – apanya.
Tapi jangan keliru, Madinah di balik “kegersangannya” justru tempat di mana “telaga ilmu” yang tak akan pernah habis-habis ditimba. Telah menelurkan alumni- alumni yang menjadi “ka’batu al-qussod” di setiap zaman dan tempat. Alumni pertamanya, jelas mereka yang lulus madrosah nabawiyah yaitu para shahabat ridwanullah ‘alaihim lalu dilanjutkan oleh Sa’id bin Musayyib, para fuqoha sab’ah, lalu kurun berikutnya Imam Zuhry, menyusul Imam Malik Rahmatullah ‘alaihim dan di abad kita sekarang ada nama – nama besar seperti Syeikh Muqbil bin Hadi (ulama Yaman, merupakan alumnus Jamia’ah Islamiyah Madinah, Syeikh Muhsin ‘Abbad al-Badr (pengajar di Masjid Nabawi, mantan rektor Jami’ah Islamiyyah) dan masih banyak lagi.
Melihat kenyataan di atas, Indonesia terlihat seperti eskrim di antara tumpukan jamu dan madu; lezat, namun kalah manfaat!
Gersang tetap Melimpah
Bayangkan saja, jarak antara Kota Makkah dan Madinah sekitar 490 km, atau bisa ditempuh sekitar lebih dari 5-6 jam dengan kendaraan biasa. Namun, air zam-zam yang berada di Makkah al Mukarramah, bisa berlimpah ditemukan di Madinah, kota yang paling dicintai Nabi. Air zam-zam juga ikut membasahi tenggorokan para pencari ilmu dan orang yang sedang beribadah dari seluruh penjuru dunia.
Dikisahkan pada suatu hari Hafidz Ibnu Hajar Rahimahullah berdoa agar memiliki kemampuan hafalan layaknya Imam Dzahabi Rahimahullah ketika meminum zam –zam, dan sejarah mencatat bahwa Ibnu Hajar menjadi ahli hadist yang kuat hafalannya (Lihat : Jauhar Ad-Durar, 1/166) ,
Maka benarlah sabda nabi salla ‘l-llah ‘alaihi wasallam:
عَنْ جَابِرٍ وَابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-: مَاءُ زَمْزَمَ لمِاَ شُرِبَ لَهُ (أخرجه أحمد وابن ماجح
Dari Jabir dan Ibnu ‘Abbas, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,”Air Zam-Zam, tergantung niat orang yang meminumnya.” (Hadits shahih. Lihat Irwa-ul Ghalil, al Albani, 1/218).
Melihat melimpahnya zam – zam di Madinah bukan tidak mungkin 5 sampai 10 tahun lagi akan muncul ‘dzahabi-dzahabi’ Indonesia. Sebagaimana yang sudah masyhur, zam – zam memiliki banyak keutamaan.
Sebagaimana Hadist:
وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قاَلَ قَالَ رَسُوْلُ الله – صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: “خَيْرُ مَاءٍ عَلَى وَجْهِ الْأَرْضِ مَاءُ زَمْزَمَ، فِيْهِ طَعَامُ الطَّعْمِ، وَشِفَاءُ السَّقْم
“Dari Ibnu ‘Abbas, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,”Sebaik-baik air yang terdapat di muka bumi adalah Zam-Zam. Di dalamnya terdapat makanan yang mengenyangkan dan penawar penyakit.” (Hadits hasan.Lihat Shahih Targhib waTarhib, al Albani, 2/18), juga perkataan Abu Dzar al Ghifari; “Selama 30 hari, aku tidak mempunyai makanan kecuali air Zam-Zam. Aku menjadi gemuk dan lemak perutku menjadi sirna. Aku tidak mendapatkan dalam hatiku kelemahan lapar.” (LihatShahih Muslim, 4/1919, Cetakan Dar IhyaTuratsArabi, Beirut)
Sehat jasmani yang di raup dari zam – zam, tentu tidak ada artinya tanpa adanya kesehatan rohani atau “kesehatan aqidah” , dan Madinah, adalah tempat yang pas untuk menyehatkan aqidah dengan meminum air dari telaganya yang jernih nan sehat.
Dajjal saja ditolak
“Kota Nabi” atau Madinah” juga dikenal sebagai “Munfie al-khobats” (sang penafik keburukan). Dari 14 abad yang lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda; “Aku diperintahkan pergi kesuatu desa yang memakan desa-desa yang lain, mereka menyebutnya Yatsrib. Yaitu, Madinah, yang meniadakan manusia (yang buruk) sebagaimana ubupan (embusan tukang besi) meniadakan kotoran besi.”(HR.Al-Bukhary :1871).
Seperti janji Allah Subhanahu Wata’ala, Madinah di antara kota selain Makkah yang dijaga kesuciannya, bahkan Dajjal diharamkan memasuki kota itu ketika kelak muncul pada akhir zaman. Berdasarkan hadits-hadits yang shahih, selain Makkah dan Madinah, kota-kota lain akan dimasukinya satu demi satu.
Tentu ada yang bertanya, kenapa masih ada berita kejahatan dan maksiat yang terjadi atau beberapa pribadi yang belum sehat aqidahnya kerap terdengar di Madinah?
Ini karena keburukan tidak serta merta dicampakkan dan dikeluarkan sekaligus, melainkan sedikit demi sedikit sampai tidak ada keburukan sama sekali. Jika segala keburukan sudah hilang dari kota Nabi ini, maka itu adalah waktu datangnya kiamat sebagaimana sabda Rasulullah Shalla ‘llahu ‘alaihi wassalam :
“لا تقوم الساعة حتى تنفي المدينة شرارها “
“Kiamat tidak akan datang sampai Madinah menafikan seluruh keburukannya.” (HR. Muslim : 1381)
Tak hanya dikenal sebagai “munfie alkhobats”, Madinah juga dikenal sebagai tempat kembali dan berkumpulnya iman ,
عن أبي هريرة؛ أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : “إن الإيمان ليأرز إلى المدينة كما تأرز الحية إلى جحرها”.
Dari Abu Hurairah radliyallaahu ’anhu : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ’alaihi wa sallam bersabda: ”Sesungguhnya iman itu akan kembali ke Madinah sebagaimana kembalinya seekor ular ke sarangnya.” [HR. Al-Bukhari no. 1876].
Dan di riwayat Muslim:
عن ابن عمر، عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : “إن الإسلام بدأ غريبا وسيعود غريبا كما بدأ. وهو يأرز بين المسجدين كما تأرز الحية في جحرها”.
Dari Ibnu ’Umar, dari Nabi shallallaahu ’alaihi wa sallam, beliau bersabda: ”Sesungguhnya Islam itu dimulai dalam keadaan asing dan kelak akan kembali asing sebagaimana awalnya. Dan ia (Islam) akan kembali di antara dua masjid (Masjidil-Haram dan Masjid Nabawiy/Makkah dan Madinah) sebagaimana kembalinya seekor ular ke sarangnya.” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 146].
Perkataan Rasulullah: “Wal Madinatul khoir lahum lau kanu ya’lamun.” (HR.Bukhory 1388), Syafa’at Rasullullah bagi yang meninggal di Madinah (lihat: At-Tirmidziy no. 3917), Dajjal yang tidak akan masuk Madinah, pahala sholat yang berlipat ganda di masjid Rasulullah dan Quba merupakan beberapa keistimewaan Madinah yang lain, maka betapa nikmatnya bisa menetap terlebih belajar di Kota Nabi ini?
Kapal sudah dibakar, tidak ada jalan pulang atau meminjam istilah Toriq Bin Ziyad “Ainal Mafar!”. Sedangkan musuh menanti di depan, antara 2 pilihan mati konyol dengan menyebrangi lautan tanpa kapal atau menaklukan musuh dengan gilang – gemilang!
Ya, menaklukan musuh terbesar dalam sejarah anak adam adalah “setan”. Setan berbentuk jin dan manusia, yang selalu menghantui dalam mengajak tuk malas, absen di halaqah masayikh, lalai dengan hal yang sia- sia, tidak ikhlas, fanatik golongan, maksiat dan segala keburukan yang ada.
Kalau sudah terbujuk rayuannya, bukan tidak mungkin, putaran – putaran ka’bah, gesekan – gesekan dahi dan karpet merah Nabawi, basahnya janggut dengan air wudhu, perut kosong menunggu adzan, punggung yang lelah duduk di majlis masayikh, lisan yang basah dengan al-quran akan sirna tanpa bekas, “terbakar!”
Sebagaimanafirman Allah ‘azzawajalla :
أَيَوَدُّ أَحَدُكُمْ أَن تَكُونَ لَهُۥ جَنَّةٌۭ مِّن نَّخِيلٍۢ وَأَعْنَابٍۢ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ لَهُۥ فِيهَا مِن كُلِّ ٱلثَّمَرَٰتِ وَأَصَابَهُ ٱلْكِبَرُ وَلَهُۥ ذُرِّيَّةٌۭ ضُعَفَآءُ فَأَصَابَهَ إِعْصَارٌۭ فِيهِ نَارٌۭ فَٱحْتَرَقَتْ ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمُ ٱلْءَايَٰتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُونَ
“Apakah ada salah seorang di antaramu yang ingin mempunyai kebun kurma dan anggur yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dia mempunyai dalam kebun itu segala macam buah-buahan, kemudian datanglah masa tua pada orang itu sedang dia mempunyai keturunan yang masih kecil-kecil.Maka kebun itu ditiup angin keras yang mengandung api, lalu terbakarlah. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya kamu memikirkannya. “ (QS: al-Baqarah: 266)
Umar radhiyallahu ‘anhu menanyakan ke pada para shahabat tentang tafsir ayat diatas Ibnu Abbas menjawabnya:
“Yakni perumpamaan orang yang rajin beramal dengan ketaatan kepada Allah, lalu Allah mengirimkan syaithan padanya, lalu dia banyak bermaksiat sehingga amal-amalnya terhapus.” [al-Bukhariy (4538)]. Allah Musta’an, semoga kita dijauhkan dari menjadi pribadi yang beramal sholeh lantas hangus di akhir cerita: “Selamat berjuang mahasiswa baru di Bumi Nabi!”. Wallahuta’alaa’lam.*
Rizqo Kamil Ibrahim. Penulis alumnus KMI PP Modern-Darussalam Gontor, kini mahasiswa Univ Madinah