ABAH Amin usianya sudah 90 tahun, tapi tubuhnya tegak dan gerakannya masih gesit. Seperti pagi itu (07/04/2012) saat menerima Tim Yayasan Wakaf Al-Qur`an Majalah Suara Hidayatullah (YAWASH) di ruang tamunya berapa dapur.
Ya dapur, itu sudah kelaziman penduduk Ranu Pane, Senduro, Lumajang, Jatim. Sebagus apapun rumahnya, bila menerima tamu pasti di bawa ke dapur. Bukan apa-apa, hanya untuk menghangatkan badan. Maklum, suhu udaranya dingin. Bahkan bila Juli dan Agustus, suhu bisa mencapai 7 derajat dibawah minus. Sambil menyeruput kopi hangat di depan tungku, kami ngobrol dengan Abah Amin.
Selain silahturahim, kedatangan tim Wakaf juga ada keperluan khusus. “Kami membawa amanah dari pembaca majalah kami untuk menyerahkan wakaf al-Qur`an buat umat Islam di sini,” kata Bambang S, salah satu anggota Tim Yayasan Wakaf Al-Qur’an Suara Hidayatullah (YAWASH).
“Bapak-bapak mau datang ke sini saja kami sudah senang, apalagi sambil membawa oleh-oleh berupa al-Qur`an, wow…kami bersyukur sekali,” kata Abah Amin.
Ranupane terletak di antara Gunung Semeru dan Gunung Bromo. Keduanya obyek wisata terkenal yang banyak dikunjungi wisatawan. Berada di ketinggian 2200 meter di atas permukaan laut, untuk menuju Ranu Pane tidak mudah. Tak ada kendaraan umum, kecuali ojek. Bila membawa mobil sendiri tentu saja bisa, walau medannya sangat berat.
Dari Senduro jaraknya sebenarnya tidak terlalu jauh, hanya 27 kilometer. Cuma disamping menanjak, sebagian besar jalannya sudah rusak berat dan bila simpangan dengan mobil lain, salah satu harus rela berhenti dulu. Sehingga waktu tempuhnya menjadi lama 2 jam. Yang barangkali mengasyikkan, jalan itu diapit hutan belantara yang pohon—pohonnya sebesar 5 rangkulan orang dewasa.
Penduduk Ranu Pane sekarang mayoritas umat Islam. Tapi dulunya semuanya memeluk agama Hindu. Berkat kegigihan para dai di sana, pelan tapi pasti Islam terus berkembang.
Salah satu tokoh yang berjasa besar terhadap pengembangan Islam di daerah penghasil kentang itu adalah ya Abah Amin dan menantunya, Iman.
Abah Amin-lah orang pertama kali yang membangun masjid. Dia pula orang Ranu Pane yang pertama menunaikan ibadah haji. Anehnya, waktu bangun masjid itu dia masih beragama Hindu.
“Karena belum ada yang mengajarkan Islam,” katanya. Kalau kemudian ia membangun masjid, itu untuk menghormati tamu-tamunya yang banyak di antaranya para pejabat dari Lumajang. Abah Amin dianggap sesepuh Ranu Pane, karena dialah orang yang membuka pertama kali desa tersebut bersama 16 orang lainnya.
“Sekarang dari 16 orang itu tinggal saya sendiri.”
Tak mudah membangun masjid itu. “Saya hampir di keroyok orang-orang sini,” katanya. Mereka tidak setuju di desanya ada masjid. Kuatir nanti malah jadi masalah.
Ketika Abah Amin menyatakan masuk Islam, pelan-pelan orang-orang mengikuti jejaknya. Jumlah umat Islam terus berkembang hingga kini menjadi mayoritas.
Masjidnya suduh ada dua dan ditambah satu musholla. Yang memprihatinkan kualitas keimanannya. Bayangkan, setiap shalat Jum’at paling banyak hanya 4 shaf. Padahal jumlah penduduknya hampir 500 KK.*/Bambang
Bergabunglah menjadi bagian dakwah dengan wakaf al-Quran untuk Muslim di pedalaman