KISAH ini didasarkan pada sebuah wawancara radio. Sinar mentari berkilau saat anak panah melesat dari rawa-rawa untuk menombak ikan, sementara beberapa wanita di atas perahu kayu panjang meluncur di atas air. Lahan basah tersebut mencapai ribuan mil persegi di tengah padang pasir.
Beberapa peneliti sejarah kuno percaya bahwa rawa-rawa yang dilapisi dengan alang-alang, penuh dengan ikan dan burung tersebut, adalah tempat yang disebut dalam Injil sebagai Taman Surga Eden.
Pada hari Ahad (17/07/2016) kemarin, badan kebudayaan PBB, UNESCO, menambahkan rawa dan kota-kota Sumeria kuno yang pernah tumbuh subur di antara kota-kota tersebut ke dalam daftar Situs Warisan Dunia. Daftar tersebut mengakui peran kawasan tersebut dalam pembangunan manusia dan ekosistemnya yang unik. Ini juga mencakup tiga ibukota Sumeria, termasuk Ur, yang diyakini sebagai tempat kelahiran Nabi Ibrahim, Nabi yang dihormati oleh umat Kristiani, Yahudi dan Muslim.
Para wanita mengumpulkan alang-alang di rawa selatan Iraq. Kebanyakan mereka telah menambahkan mesin motor untuk perahu tradisional, namun masih ada yang bertahan dengan perahu tradisional. Kebanyakan mereka hidup tanpa menggunakan listrik dan jumlah sekolah atau klinik sangat sedikit. Kredit: Jane Arraf
Wilayah ini dulunya adalah jantung Mesopotamia kuno, di mana kota-kota pertama di dunia ini bermunculan dekat sungai Tigris dan Eufrat. Lempengan tanah liat Sumeria yang berumur lebih dari 5.000 tahun yang lalu, menggambarkan bentuk rumah lengkung yang dibuat dari alang-alang – cara yang sama seperti yang dibuat oleh mereka hingga hari ini.
Tapi kawasan rawa-rawa yang bertahan selama ribuan tahun telah mengalami kerusakan dalam beberapa dekade terakhir. Pemerintah Iraqsejak tahun 1950-an mulai menguras bagian dari rawa-rawa untuk memperluas pertanian dan pengeboran minyak.
Pada 1980-an, saat perang melawan Iran, Saddam Hussein mempercepat proses pengrusakan rawa-rawa tersebut sehingga ia tidak bisa berfungsi sebagai perlindungan bagi para pejuang. Satu dekade kemudian, ia menghukum orang-orang Syiah dari selatan atas pemberontakan yang gagal mereka dengan melakukan pengusiran dari rumah mereka di sana.
Rawa-rawa tersebut, hingga hari ini masih merupakan salah satu daerah termiskin di Iraq. Warganya tinggal di atas pulau terapung kecil, memancing, memelihara kerbau air dan mengumpulkan alang-alang. Hampir tidak ada layanan kesehatan di sana, dan jumlah sekolah sangat sedikit, demikian dikutip laman pri.org.
Namun sejak Saddam digulingkan oleh tentara invasi pimpinan Amerika Serikat (AS) pada tahun 2003, telah ada upaya untuk menghidupkan kembali ekosistem rawa tersebut.
Ahli lingkungan kebangsaan Amerika-Iraq, Azzam Alwash dan Nature Iraq, sebuah kelompok yang ia dirikan, telah membuat eco-camp di jantung rawa-rawa tersebut.
Pengunjung dapat tinggal dalam sebuah rumah buluh modern, menikmati pemandangan sambil menaiki perahu, dan sarapan dengan sup krim kerbau air dan flatbread (roti pipih) yang dipanggang di atas alang-alang yang dibakar. Tanah rawa tersebut juga berada di jalur utama burung migran dari Afrika.
Dengan pasokan air dan ikan yang telah dipulihkan, unggas seperti pelikan, flamingo dan marbled teal duck (sejenis bebek dengan totol khas) memenuhi area tersebut.
Rawa-rawa ini terletak di dalam satu daerah yang paling aman di Irak, hanya beberapa jam dari Basra, tetapi hanya ada sedikit pengunjung asing.
“Kami memiliki begitu banyak potensi wisata arkeologi dan wisata ramah lingkungan, tapi sayangnya daerah ini pembangunan terhambat karena adanya ketergantungan terhadap minyak,” kata Alwash. “Ini adalah kutukan bagi kami, sejauh yang saya perhatikan.”
Masih ada ancaman terhadap rawa-rawa – terutama dari limpasan pertanian serta kekeringan yang terkait dengan perubahan iklim. Turki dan Suriah juga membatasi air yang mengalir ke rawa-rawa dengan bendungan hulu.
Alwash mengatakan ia merasa apa yang ia lakukan dibenarkan oleh daftar UNESCO. Namun menurutnya, apa yang lebih penting dari pengakuan dunia adalah komitmen yang dibuat oleh pemerintah Irak untuk melindungi daerah tersebut.
“Beberapa tahun yang lalu, orang-orang heran dan menertawakan saya dengan mengatakan ‘mengapa Anda ingin mengembalikan rawa-rawa? Ini semua adalah orang-orang terbelakang ‘… dan sekarang, semua orang-orang tiba-tiba berucap ‘fantastis, luar biasa.’ “*/Karina Chaffinch