Hidayatullah.com—Kabar menyenangkan datang dari wilayah otonomi Ningxia Hui Yinchuan. Jumlah guru agama Islam dan daiyah di kalangan wanita di China kini meningkat. Setelah berhasil mengatasi hambatan tradisi, mereka kini mendapat tempat dalam kalangan penduduk setempat, terutama kaum wanita.
Melalui proses pembelajaran khusus serta ujian, lebih 80 guru agama wanita diberi mandat pihak pemerintah untuk melakukan kerja dakwah di masjid.
Di antara kegiatan mereka adalah Ahong, sebutan untuk seorang imam shalat, pengajar Al-Quran dan pelayan agama Islam.
Ahong juga berperan menjadi penengah orang yang sedang memiliki sengketa rumah tangga.
Seorang dari mereka adalah Jin Meihua, 50, yang memulai harinya menjelang jam lima pagi dengan membaca Al-Quran di rumahnya di Wuzhong.
Setelah menyediakan sarapan untuk keluarga, Jin berjalan ke masjid yang terletak hanya beberapa menit dari rumahnya untuk mengajar kelas Al-Quran kepada puluhan wanita.
Sepanjang kelas selama dua jam itu, Jin juga mengungkapkan mereka kepada ilmu lain dalam Islam.
“Inilah rutinita saya sejak 18 tahun lalu,” katanya dikutip GlobalNews.
Mengkisahkan pengalamannya, Jin mengatakan bertekad menjadi Ahong ketika berusia 30 tahun.
“Biasanya wanita di sini menikah muda dan setelah bergelar isteri, mereka tidak berpeluang mendapat pendidikan lanjut.
“Mereka juga tidak diperbolehkan ke masjid untuk shalat.
“Melihat kondisi itu, saya bertekad untuk mengubah keadaan menjadi lebih baik,” katanya.
Lahir pada 1964, Jin terpaksa mengubur impiannya melanjutkan studi setelah menamatkan sekolah menengah karena alasan kemiskinan.
Saat berusia 18 tahun, dia dinikahkan dan membesarkan tiga anak sebelum berusia 30 tahun. Ia berusaha keras untuk menjadi seorang istri dan ibu yang bertanggung jawab, tetapi merasa kosong.
”Aku diberitahu untuk tidak melakukan hal ini dan untuk tidak melakukan itu. Aku tidak bisa berjalan. Aku tidak bisa pergi ke masjid. Aku ingin tahu apa yang dapat aku lakukan dan apa yang tak bisa kulakukan sebagai seorang wanita Muslim, dan tidak hanya dikisahkan oleh orang lain, “ ujarnya.
Seperti kebanyakan wanita muslim yang lain, Jin sudah mulai membaca ayat-ayat Quran saat dia masih anak-anak.Tapi dia tidak tahu apa yang sebenarnya yang dimaksud kitab suci ini.
Untuk memahami isi Al-Quran Jin harus belajar Bahasa Arab. Namun untuk menjadi seorang imam merupakan hal yang tidak mudah. Banyak orang, termasuk suaminya, mendorongnya untuk menyerah. Meski banyak tekanan Jin terus melanjutkan niatnya.
“Tetapi keinginan saya untuk membantu perempuan lain yang tertinggal dalam kesengsaraan yang sama sepertiku, membuat aku terus pergi, “ katanya.

Akhirnya Jin mengikuti seleksi menjadi imam yang diselenggarakan oleh pemerintah setempat di 1996, bersama dengan empat ratus orang lain.Dia salah satu dari empat wanita hanya mengambil ujian. Dia masih ingat, air matanya meleleh ketika tahu bahwa kesulitannya telah berlalu. Sekarang, Jin telah menjadi seorang imam selama 18 tahun terakhir dan telah mengajari ratusan murid perempuan Suku Hui.
Beberapa muridnya telah mengikuti jejak kaki Jin menjadi imam sendiri. Adalah Ma Hongmei, 44, merupakan salah satu muridnya. Ma bersyukur mendapat pendidikan dari Jin tentang Islam.
“Aku diperkaya oleh ajaran-ajaran Al-Quran, dan mengambil beberapa petunjuk mengenai apa yang membuat wanita Muslim menjadi lebih baik,” tutur Ma, yang telah menjadi seorang imam pada 2006.*/bersambung…”Hingga Urusan Konlik..”