Hidayatullah.com–Kesulitan untuk mendapatkan pasokan air membuat seorang kepala desa di China menghabiskan waktu selama 36 tahun menggali saluran air sepanjang 10 kilometer yang melintasi tiga buah gunung.
Huang Dafa, kepala desa Caowangba yang terletak jauh di daerah pendalaman di pegunungan Provinsi Guizhou memulai usahanya pada 1959 meskipun pada awalnya tindakannya itu dianggap sia-sia oleh penduduk lain.
Dafa melanjutkan upaya terlibat demi menyelesaikan kekurangan air yang dihadapi oleh penduduk desa karena musim kemarau yang sering melanda desa tersebut.
Bahkan wakilnya, Xi Xhou mengingat masalah yang dihadapi penduduk desa saat mereka harus bergantung pada satu-satunya sumur yang ada di desa itu karena semua sumber air lain telah kering.
“Bahkan ada aturan bahwa penduduk tidak bisa mengambil air lebih dari batas yang ditetapkan.
“Jika demikian, mereka tidak diizinkan bersarapan pagi sebagai denda,” katanya dikutip China Daily Mail.
“Situasi tersebut memotivasi kami untuk berbuat sesuatu yang mustahil.
“Kami memiliki sawah yang membutuhkan sumber air setiap kali musim kemarau atau kami akan kelaparan,” katanya.
Baca: Kasih Ayah Tiada Tandingan, Merawat Anak Selama 50 Tahun
Ketika itulah, Dafa muncul dengan ide menyalurkan air dari kampung Yebiao yang terletak sekitar 10 kilometer dari kampungnya tetapi dipisahkan dengan tiga daerah pegunungan.
Awalnya, penduduk desa menganggap ide tersebut sebagai mustahil, tetapi Dafa harus melanjutkan usaha tersebut dengan permulaan meyakinkan beberapa pemuda desa untuk mulai menggali.
Ketika itu, Dafa baru berusia 23 tahun dan masih belum bergelar sebagai kepala desa, tetapi dia memimpin tim kecilnya untuk melaksanakan misi mustahil tersebut.
Periode 10 tahun pertama menyaksikan penduduk desa melakukan pekerjaan sia-sia hanya sekedar menggali saluran air sejauh 100 meter menggunakan peralatan kuno, tetapi hasil yang mereka harapkan tidak menjadi.
Upaya Huang Dafa untuk membuat saluran air tidak lagi mendapatkan dukungan warga, namun ia tetap menyimpan impiannya itu di dalam lubuk hatinya,. Pada umur 53 tahun, Huang Dafa dimutasi ke sebuah PLTA. Di sana, ia menggunakan waktu 3 tahun untuk belajar dan mengumpulkan pengetahuan tentang pembuatan saluran air.
Dafa mengambil keputusan untuk mempelajari teknik sistem air selama beberapa tahun di pekan Fengxiang di Zunyi untuk memastikan usaha penduduk desa tidak sia-sia.
Pada umur 56 tahun, Huang Dafa kembali di Desa Tuanjie, dan kembali memimpin warga desa membuat selokan.
Demi mengumpulkan dana, ia berupaya meyakinkan para warga desa dari pintu ke pintu, meski sejumlah orang meragukannya, tapi para warga desa yang ingin terlepas dari kemiskinan, sehingga mereka pada akhirnya ikut memberi sumbangan untuk pembangunan proyek tersebut. Pemerintah setempat juga memberikan dukungan besar dalam pendanaan dan teknologi.
Pada awal 1990-an, Dafa kembali ke kampungnya dan meminta orang desa untuk mencoba sekali lagi usaha mereka yang terhambat itu.
Usahanya mendapat dukungan penuh warga desa bahkan Dafa mengorbankan seluruh jiwa raganya untuk menjaga kesejahteraan mereka terjamin.
Akhirnya pada 1995, drainase air sejauh 7,200 meter dan drainase kecil sepanjang 2.200 meter siap sepenuhnya dan air mulai melimpahi desa Caowangba.
Baca: Kisah Muallaf Kenya yang Masuk Islam Setelah Berzina Saat Natal
Bahkan drainase itu juga memberi manfaat kepada tiga desa lain sepanjang jalur dan usaha tersebut dinamakan sebagai Terusan Dafa untuk menghormati pencetus ide usaha bersangkutan.
“Saya bertekad membawa air ke Caowangba. Warga kini memiliki sumber makanan yang banyak.
“Jika kita mampu melakukan sesuatu, maka lanjutkan. Jangan menunggu. Saya mungkin telah membuang waktu berpuluh-puluh tahun tanpa melakukan hal bermanfaat,” kata pria berusia 82 tahun itu.
.
Dengan adanya air, wajah Desa Tuanjie mengalami perubahan. Tanah yang dulunya tandus menjadi lahan persawahan, para warga desa tak lagi khawatir kekurangan beras.
Banyak warga menjadi kaya dengan bercocok tanam atau pembudidayaan. Anak-anak dapat belajar dengan tenang, desa yang hanya terdiri dari seratus lebih kepala keluarga (KK) itu kini telah melahirkan 30 lebih mahasiswa.
Kini kehidupan warga desa semakin membaik, saluran air yang mengubah nasib mereka itu kemudian dinamakan sebagai Selokan Dafa.*