GENAP sebulan sudah Isolasi terhadap Qatar berjalan. Tak ada hal yang berubah, hidup di sini normal adanya seperti saat sebelum diisolasi.
Mungkin ada yang terasa lain,yaitu perasaan ketidakpastian akan masa depan diri tersirat dari jutaan orang pendatang yang menggantungkan hidup di Negeri Qatar.
Perasaan khawatir dan takut juga menyelimuti diri atas kemungkinan hal hal yang buruk yang bakal terjadi jika Qatar menolak tunduk terhadap tuntutan dan tekanan Arab Saudi dan Negara-Negara tetangga yang mengisolirnya, perang atau konfrontasi fisik misalnya yang paling ekstrim.
Di awal hari-hari blokade, sempat ada sedikit kepanikan dan kebingungan. Saya dan hampir semua orang berbondong-bondong antri di supermarket untuk membeli atau bisa dikatakan menimbun barang barang kebutuhan sehari-hari.
Baca: Isolasi Qatar Tak Sesaikan Krisis, Erdogan Desak Negara Teluk Cabut Embargo
Kala itu ada kekhawatiran akan langkanya barang barang kebutuhan pokok yang biasa diimpor dari negara tetangga.
Awalnya, rak-rak penyimpan makanan di toko toko terlihat kosong, harga-harga makananpun pelan-pelan mulai merangkak naik, tapi untungnya pemerintah Qatar bertindak sigap.
Bahan-bahan panganpun didatangkan dari Turki, Oman, India, Iran dan sejumlah negara netral lainnya.
Taze Sut dari Turki
Pernah ada sedikit kepanikan penduduk pendatang yang akan merayakan mudik liburan Hari Raya Idul Fitri di Negara asalnya. Beberapa teman yang sudah beli tiket pesawat dengan route transit di Negara yang mengisolir Qatarpun bermasalah.
Adanya embargo udara, darat dan lautan terhadap Qatar mengakibatkan langkanya pesawat yang mau mengangkut penumpang dari Qatar.
Sebab Negara-Negara yang mengisolasi Qatar telah menutup wilayah udara mereka untuk disinggahi pesawat udara yang berasal dari Qatar, begitupun jalur laut dan daratnya.
Akhirnya kawan-kawan dan penumpang yang mau mudik dari Qatar-pun harus merubah tiket penerbangan mereka dengan memilih route penerbangan langsung ke Negara tujuan atau setidaknya memilih route transit di Negara yang dipandang netral, seperti; Oman, Kuwait atau Iran.
Yang sedikit berbeda mungkin suasana di jalanan.
Mobil mobil dengan plat nomor Saudi, Emirat dan Bahrain tak lagi terlihat lalu-lalang.
Teman-teman Indonesia yang kebetulan bekerja di sektor perhotelan-pun mulai cemas dan khawatir akan nasib mereka. Hunian hotel tempat mereka bekerja yang biasanya dipenuhi para tamu dari negara tetangga, kini sepi dan lengang. Ancaman PHK pun mulai menghantui mereka.
Baca: Qatar Mengaku Tak Akan Usir Warga Saudi dari Negaranya
Mungkin yang paling terpengaruh konflik ini dari aspek kehidupan sosial, yaitu adanya semacam pemutusan tali silaturrahmi. Banyak penduduk asli Qatar yang “terusir” dari negara-negara yang mengisolirnya. Karena ikatan keluarga, pekerjaan dan pendidikan, banyak penduduk Qatar yang tinggal sementara di negara tetangganya, kini merekapun harus rela terpisah dari keluarga, darah-daging, teman teman kantor dan kawan kuliahnya.* klik (BERSAMBUNG) >>>