Hidayatullah.com—Meski hampir seminggu setelah Arab Saudi dan beberapa sekutunya memutuskan hubungan dengan Qatar dalam krisis diplomatik Teluk, nampaknya pemerintahan Doha tak ingin memperuncing konflik.
Pemerintahan Doha mengumumkan kepada semua warga negara-negara Arab yang tinggal di Qatartidak perlu cemas dan khawatir akan diusir. Otoritas Qatar bakan akan mengizinkan warga negara-negara Teluk untuk tetap tinggal di negara mereka.
“Kami tak mau memperparah perseteruan. Warga Teluk di Qatar tetap boleh tinggal di sini. Mereka tak perlu kembali ke negara asal masing-masing,” demikian pernyataan pemerintah Qatar setelah sejumlah Negara Teluk, termasuk Saudi dan UEA, mengusir warga Qatar di negara mereka, Ahad, 11 Juni 2017.
Pemerintah Qatar juga mengatakan bahwa pihaknya juga tak akan menghentikan kegiatan bisnis ekspor gas tetap berjalan normal.
“Bisnis tetap jalan seperti biasa. Ekspor gas sangat vital buat kami,” ujar otoritas Qatar dalam pernyataanya seperti dilaporkan AFP dan Yahoo News.
Sementara Saudi dan negara Teluk lainnya tetap menolak untuk membatalkan sanksi terhadap Qatar. Blokade terhadap kapal laut dan pesawat Qatar masih terus berlangsung. Hal ini mengakibatkan Qatar terancam krisis bahan makanan. Pasalnya, hampir semua kebutuhan pangan diimpor dari luar negeri lewat laut Saudi.
Baca: Bantu Redakan Ketegangan, Kuwait Menyatakan Qatar Siap Berdialog
Sementara itu, di tengah krisis diplomasi Qatar dengan Negara Teluk, pejabat Qatar yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan Doha sedang dalam pembicaraan dengan Pemerintahan Turki dan Iran untuk menyediakan makanan dan melakukan persediaan kebutuhan makanan dan air untuk mencegah kemungkinan kekurangan di tengah memburuknya perselisihan diplomatik Teluk.
“Kami sedang dalam pembicaraan dengan Turki dan Iran dan Negara-negara lain,” kata seorang pejabat Qatar kepada kantor berita Reuters dan menambahkan bahwa pasokan tersebut akan dibawa melalui penerbangan kargo Qatar Airways.
Pejabat tersebut mengatakan bahwa pasokan gandum cukup banyak di Qatar dalam empat minggu terakhir dan pemerintah juga memiliki cadangan makanan strategis yang besar di Doha.
Baca: Isolasi Qatar Tak Sesaikan Krisis, Erdogan Desak Negara Teluk Cabut Embargo
Kepala badan perdagangan ekspor utama Turki mengatakan kepada Reuters hari Rabu bahwa eksportir Turki siap untuk memenuhi permintaan kebutuhan makanan dan air ke Qatar.
Sementara itu pemerintah Iran mengatakan, akan akan membantu memenuhi logistik pangan Doha. Iran mengakui, pihaknya telah mengirim ratusan ton buah-buahan dan sayur-sayuran ke Qatar. Iran mengatakan, impor pangan yang selama ini dilakukan Qatar terancam akibat sanksi Saudi dan sejumlah sekutunya.
Jubir maskapai Iran Air, Shahrokh Noushabadi, mengatakan, pihaknya pada hari ini telah mengirimkan lima pesawat pembawa 90 ton sayuran dan buah-buahan ke Qatar.
“Kami setiap hari akan mengirimkan puluhan ton buah-buahan dan sayuran. Ini akan terus berlangsung selama ada permintaan dari Qatar,” ujar Noushabadi tanpa menjelaskan apakah pengiriman itu untuk tujuan komersial atau bantuan kemanusiaan.
Diperkirakan lebih dari 11.000 warga Arab Saudi, Emirat Arab dan Bahrain kini berada di Qatar.
Qatar berkali-kali menolak menyangkal mendukung ekstremis dan terorisme dan mengatakan bahwa pihaknya terbuka untuk pembicaraan mengenai penghentian perselisihan tersebut. Doha mengaku akan membuat pengaduan ke pengadilan internasional terhadap tindakan tiga negara tetangganya itu.
Mutlaq Al-Qahtani, Penasihat Khusus Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani mengatakan kepada AFP bahwa keputusan untuk memutuskan hubungan tidak akan terbukti berhasil.
“Saya pikir ini bukan tentang kontra-terorisme, ini bukan tentang pendanaan teror,” katanya.
“Saya pikir ini tentang sebuah kampanye yang diatur terhadap negara saya untuk menekan negara saya untuk mengubah kebijakan luar negerinya yang aktif dan independen.
“Kebijakan dominasi dan kontrol ini tidak akan berhasil,” ujarnya.*