Hidayatullah.com—Seorang lulusan Oxford University, Inggris menjadi individu pertama di Afganistan menggagas perpustakaan keliling menggunakan Bus di sekitar Kabul.
Freshta Karim (25), berkomitmen untuk menciptakan perpustakaan keliling yang diberi nama ‘Charmaghz’ yang dalam bahasa setempat berarti ‘kacang kenari’, karena bentuknya menyerupai otak manusia.
Freshta, yang juga seorang pengungsi Afghanistan, mengatakan ide untuk membuat perpustakaan adalah karena pengalaman masa kecilnya yang tidak memiliki kesempatan untuk mengunjungi perpustakaan.
“Ketika saya masih kecil saya tidak memiliki kesempatan untuk mengunjungi perpustakaan dan membaca buku yang saya inginkan. Ini adalah perasaan pedih karena saya sadar, hanya pengetahuan yang dapat mengubah kehidupan yang sulit dan kemiskinan seseorang.
“Untuk alasan itu, saya membuat perpustakaan keliling untuk membantu anak-anak ini mengenali huruf-huruf itu, kemudian berpikir kritis tentang tanggung jawab mereka dalam kehidupan,” katanya.
Charmaghz, dilengkapi dengan rak buku, meja dan kursi untuk anak-anak membaca secara kasual.
Charmaghz digunakan oleh sekitar 300 bisa dinikmati anak Afganistan setiap harinya, sejak diluncurkan pada bulan Februari.
Pesona Charmaghz adalah upaya murni untuk membantu orang-orang Afghanistan yang berada di antara negara-negara dengan tingkat melek huruf yang tinggi.
Kendaraan yang disewa dari perusahaan bus milik pemerintah guna mengambil tindakan pencegahan untuk menghindari jalan-jalan utama yang dilalui dan daerah-daerah menghindari kelompok militan di Kabul.
Mengenai Charmaghz, dia mengatakan perpustakaan keliling ini akan berhenti di beberapa lokasi seperti sekolah, taman dan panti asuhan setiap minggu, karena ini adalah tempat yang aman untuk anak-anak membaca, bermain catur dan bertemu teman-teman mereka.
Dia mengatakan hal itu adalah cara yang efektif untuk memfasilitasi lebih banyak anak, sehingga meningkatkan tingkat melek huruf di Afghanistan yang sekarang 36 persen.
Freshta yang dibesarkan sebagai pengungsi di Pakistan, sebelum kembali ke Afghanistan pada 2002 setelah jatuhnya Taliban oleh invasi pimpinan Amerika Serikat (AS).
Setelah memenangkan beasiswa Chevening, ia mengejar gelar master (kebijakan publik) di Universitas Oxford, setelah lulus dari Kabul.
“Ketika kami masih kecil, kami tidak memiliki perpustakaan untuk anak-anak.
“Bahkan, saya masih ingat, kita perlu duduk di lantai ketika di sekolah karena tidak ada kursi,” kata Freshta kepada AFP.
Freshta yakin perpustakaan keliling mampu membawa perubahan ke Afghanistan, tetapi ia berharap dapat mengumpulkan lebih banyak dana untuk menyewa dua bus lagi.
“Saya pikir perpustakaan keliling tidak dapat menyelesaikan berbagai masalah dalam sistem pendidikan di negara ini.
“Tetapi saya yakin bahwa perpustakaan keliling ini adalah bisnis kecil untuk mencapai tujuan yang lebih besar,” katanya.
Di dalam Charmaghz, Abbas, 15 tahun, membaca cerita tragis tentang Rostam, seorang pahlawan dalam mitologi Persia, dan putranya, Sohrab.
Abbas mengatakan bus perpustakaan telah memberikanya akses ke buku-buku yang tidak bisa ia temukan di sekolahnya.
“Di sekolah pilihannya terbatas. Buku tidak banyak seperti di sini. Anda dapat menemukan berbagai macam buku,” kata Abbas seperti dilansir AFP.
Lebih dari delapan juta anak-anak terdaftar di sekolah-sekolah di seluruh Afghanistan tahun ini. Tetapi 3,5 juta anak-anak usia sekolah lainnya terpaksa tidak melanjutkan pendidikan karena sekolah ditutup, konflik atau kemiskinan.*