SELALU banyak kisah di balik aksi para relawan yang terjun ke lokasi bencana, termasuk saat pemulihan pasca gempa dan tsunami di Kota Palu, Sulawesi Tengah, yang sedang berlangsung hingga saat ini.
Mulai dari kisah menegangkan, kisah lucu, kisah unik, hingga kisah mengharukan.
Begitulah yang dirasakan para relawan dari Tim Aksi Siaga Kemanusiaan (TASK) Hidayatullah Peduli Palu. Ribuan orang diterjunkan dari berbagai elemen bangsa ke Palu pasca bencana pada Jumat (28/09/2018) lalu, termasuk dari Baitul Maal Hidayatullah (BMH), Tim SAR Hidayatullah, serta perwakilan DPP Hidayatullah.
Dankorlap TASK Hidayatullah Ahmad Hamim, misalnya, menceritakan pengalamannya menyaksikan berbagai bentuk kekuasaan Allah di lokasi.
Betapa tak terbayangkan kejadiannya ketika melihat mayat-mayat bergelimpangan dengan berbagai kondisi. Hamim, pria asal Solo, Jawa Tengah, ini, suatu ketika melihat jenazah seorang ibu yang memeluk anaknya, masih balita, dalam kondisi terjepit reruntuhan di Perumnas Balaroa Palu, Rabu (03/10/2018) lalu.
“Ibunya kakinya masih kejepit di reruntuhan,” tuturnya kepada hidayatullah.com, Kamis (04/10/2018).
Di sini ia juga menyaksikan mayat diyakini sepasang suami istri yang terpisah tapi berdekatan. Kedua sosok itu sudah jadi tengkorak. Saat kejadian, selain gempa, di perumahan ini sempat terjadi kebakaran juga, tuturnya.
Pemandangan itu tentu saja bisa bikin bergidik bagi mereka yang tak terbiasa menyaksikan korban bencana dalam kondisi mengenaskan.
Ada lagi pengalaman lainnya saat relawan hendak mengevakuasi mayat, masih di Kota Palu. Niatnya membantu, eh, malah mendapatkan ancaman kekerasan dari beberapa oknum warga, bahkan mobil operasional mereka hampir dibakar akibat ada provokasi.
Menghadapi situasi itu, Tim SAR Hidayatullah tetap bersikap tenang, tidak terpancing dengan keadaan.
Baca: Perjuangan Surantina, Lagi Hamil Besar Melarikan Diri Saat Gempa Palu
“Karena psikologi warga juga labil. Mereka sudah seperti putus harapan, keluarga, harta, dan semuanya hilang begitu saja. Kita tenangkan mereka, kita bicara baik-baik,” tutur Hamim yang sudah melanglang buana sebagai relawan di berbagai lokasi bencana.
Ketua SAR Hidayatullah periode sebelumnya, Syaharuddin, punya pengalaman unik tersendiri ihwal para relawan di Posko Hidayatullah, Kelurahan Tondo, Palu.
Malam itu, Rabu (03/10/2018) dinihari sekitar pukul 00.06 WITA, terjadi gempa susulan. Seketika semua relawan langsung terduduk, kemudian asyik bercengkerama dan tertawa ringan.
“Tak lama kemudian, terdengar kembali suara dengkuran para teman-teman karena mereka semua lelah dari evakuasi kemarin. Dengan pulasnya dengkuran yang bervariasi dan dalam asyiknya mimpi, tiba-tiba terjadi getaran dan goncangan. Semua terbangun dan ada yang berteriak ‘lari!’.”
Baca: ‘Kampung Hilang’ di Petobo Palu, Diperkirakan Rumah Tenggelam
Saat itu sekitar pukul 01.45 WITA. Mendengar teriakan “lari”, para relawan tersentak dari tidur pulasnya. Ada relawan yang lagi kena asam urat akut tapi bisa loncat dan lari. Akhirnya kakinya lecet-lecet akibat diseret.
“Ada yang lagi tidur seketika bisa langsung berdiri dan lari terbirit-birit tanpa arah. Juga ada yang menarik temannya agar jangan ditinggal dalam ruangan, biar mati, mati bersama, hidup, hidup bersama. Hingga di ruangan terbuka, relawan ini masih memegang erat kerah baju temannya.”
“Setelah situasi tenang, terdengar kisah mereka yang mengocok perut. Tak lama kemudian, terdengar lagi suara merdu ngorok teman-teman relawan, kembali menghibur teman yang belum tidur. Ada yang bangkit ambil air wudhu dan juga ada yang mengaji setelah gempa berlalu,” tutur Syahar.
Baca: Digoyang Gempa Susulan di Palu, Jamaah Tetap Selesaikan Shalat
Kisah lainnya diceritakan relawan yang juga ustadz Akib Junaid Anggota Dewan Mudzakarah DPP Hidayatullah. Kisahnya bisa dibilang cukup unik dan masih hangat.
Akib yang pernah lama menetap dan berdakwah di Palu ini bercerita. Ada dua aktivitas utama yang dilakukan oleh Tim SAR dan relawan Hidayatullah sehari-hari di setiap lokasi bencana, yaitu evakuasi dan distribusi.
Kemarin, Kamis (04/10/2018), tuturnya, tim distribusi kembali menjemput barang di Bandar Udara Mutiara SIS Al-Jufrie Palu yang dikirim oleh keluarga besar Jakarta Islamic School (JIS). Jumlah bantuannya lumayan banyak. Sehingga mobil harus tiga bolak-balik Posko Induk Hidayatullah-Bandara.
Hari itu bertepatan dengan tim evakuasi yang berhasil mengevakuasi sebanyak 53 jenazah di beberapa wilayah, baik yang di-BKO-kan dengan Basarnas maupun yang ditangani khusus oleh SAR Hidayatullah.
Baca: Pesantren Kena Gempa dan Tsunami, Santri-Ustadznya Selamat
“Meskipun dengan alat yang sangat sederhana, namun tidak pernah menjadi alasan bagi kawan-kawan untuk mengeluh apalagi harus mundur. Dan mereka juga tidak ‘gila’ promosi (pencitraan), termasuk saat (Presiden) Jokowi hadir di tengah-tengah mereka, tetap saja kawan-kawan melakukan aksinya,” tuturnya di kepada jamaahnya termasuk hidayatullah.com, Jumat (05/10/2018). Kemarin memang Jokowi mengunjungi reruntuhan Hotel Roa-Roa Palu saat tim SAR gabungan sedang mengevakuasi mayat korban gempa.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Dan yang menarik, masih tutur Akib, pasukan SAR Hidayatullah yang berjalan kaki ke tempat tugas evakuasi, Kamis itu, sempat dimintai tolong oleh polisi untuk mengevakuasi korban yang berhasil dideteksi oleh anjing pelacak yang terlatih.
Anjing pelacak itu mendeteksi keberadaan diduga mayat korban bencana. Akan tetapi, -dan di sinilah kisah ini terasa agak “kocaknya”…
“Setelah kawan-kawan (SAR) berjibaku, ternyata yang ditemukan adalah kulkas yang tertimbun rongsokan dan berisi Ikan yang sudah membusuk, dan hasil deteksi yang kedua dari anjing itu, justru menemukan bangkai binatang,” tutur Akib.
Akhirnya, para relawan terus berjalan sendiri tanpa bantuan alat. Eh, malah berhasil menemukan mayat terapung, yang tentu saja kondisinya sudah sangat memprihatinkan. “Dan syukurnya tidak berbau, sebab masih di dalam air,” pungkas Akib.*
Berita gempa dan tsunami Palu bekerjasama dengan Dompet Dakwah Media