Hidayatullah.com–Hampir setengah dari usianya, Virender, 33, bekerja sebagai buruh melakukan pekerjaan yang biasanya akan disebarkan ke komunitas kasta terendah di India.
Virender berasal dari Kasta Dalit dan berdasarkan latar belakang itu, harapannya untuk keluar dari kehidupan yang sulit sangatlah tipis.
Ini tidak berarti bahwa dia tidak memiliki keinginan untuk keluar dari sistem yang tampaknya menghukumnya untuk bekerja mencuci lubang got.
Meskipun diskriminasi kasta ilegal di India tetapi diterima oleh masyarakat.
Baca: Nonton Festival Navaratri, Pria Hindu Dalit Dipukuli Hingga Tewas
Puluhan ribu pekerja kehilangan nyawa mereka, termasuk jumlah orang di Delhi selama beberapa tahun terakhir karena kondisi kerja yang berbahaya, menurut gerakan sanitasi pekerja ‘Safai Karamchari Andolan’ (SKA).
Kelompok yang menjalankan kampanye berkenaan mengatakan pemerintah kota di India masih mengandalkan cara primitif dan mendesak peralatan modern digunakan untuk membersihkan selokan yang tersumbat, membersihkan kotoran, menyapu jalan, membersihkan septip tank atau pembuangan limbah.
Menurut pihak berwenang, kemajuan besar India dalam teknologi ruang angkasa dan rudal akan sia-sia jika prestasi ilmiah tidak membantu orang miskin.
“Negara lain turut meluncurkan misi ke ruang angkasa tetapi mereka menghentikan kematian pekerja pembersihan lubang pembuangan limbah. Mengapa kita tak bisa menggunakan peralatan modern untuk pembersihan itu? Apakah karena dilakukan oleh masyarakat Dalit?,” tanya Ashok Bharti, Direktus All India Ambedkar Mahasabha, organisasi yang memperjuangkan hak-hak komunitas Dalit.
Vrinda Grover, seorang pengacara menggambarkan kematian buruh yang mencuci lubang pembuangan limbah sebagai “pembantaian” karena pakaian keamanan tidak disediakan untuk mereka yang masuk ke dalam lubang untuk membersihkan selokan yang tersumbat.
Dia mendesak pihak berwenang untuk mengatasi sistem yang membuat pekerja sanitasi dilemahkan.
Terlepas dari keluhan-keluhan ini, pekerjaan penuh waktu dari perusahaan-perusahaan kotapraja lebih baik daripada mereka yang bekerja sebagai buruh kontraktor swasta dan di lingkungan sekitar.
“Setiap pagi saya ke Chowk (dataran umum) dan menunggu sekitar 50 sampai 100 orang yang lain. Mereka yang membutuhkan layanan kami tahu di mana ingin mencari kami. Ada kalanya kami dapat pekerjaan, ada kalanya tidak,” Virender memberitahu Bernama.
Jika ada pekerjaan, Virender akan menggunakan tangan dan sedikit peralatan seperti tongkat besi, tali dan ember.
Meskipun bertahun-tahun bekerja tidak menyenangkan, dia masih merasa mual dengan pekerjaan kotor itu.
“Ketika saya masuk ke dalam lubang dengan air kotor sampai ke pinggang atau dada, macam-macam benda bisa mengapung di sekeliling saya. Mungkin tikus mati, kotoran manusia atau pembalut. Rasa mual buat saya tak lalu makan berjam-jam setelah selesai kerja, “kata Virender, yang terlihat lebih tua dari usia sebenarnya. Perasaan sedih terpancar di kedua mata.* << (BERSAMBUNG>> diskriminasi kasta rendah masih banyak terjadi di India