Hidayatullah.com—Sebuah virus yang menyerupai Covid-19 telah terdeteksi pada kelelawar di China selatan. Para ahli medis menyuarakan kekhawatiran virus tersebut dapat menginfeksi manusia.
Ilmuwan China dan Australia mengambil sampel dari 149 kelelawar di seluruh Provinsi Yunnan, China, berbatasan dengan Laos dan Myanmar, dan mengidentifikasi lima virus “kemungkinan patogen bagi manusia atau ternak”. Di antara mereka adalah virus corona kelelawar yang terkait erat dengan Sars-Cov-2 dan Sars.
“Ini berarti virus mirip Sars-Cov-2 masih beredar di kelelawar China dan terus menimbulkan risiko kemunculan,” kata Prof Eddie Holmes, ahli biologi evolusi dan ahli virologi di University of Sydney dan salah satu penulis laporan tersebut.
Virus yang dikenal dengan nama BtSY2 ini terkait dengan Sindrom Pernafasan Akut 2 (SARS-CoV-2) yang menjadi penyebab pandemi Covid-19 dan telah menewaskan lebih dari enam juta orang di seluruh dunia setelah ‘meletus’ di China pada tahun 2019 lalu.
Virus baru ini adalah salah satu dari lima ‘virus yang menjadi perhatian’ yang ditemukan pada kelelawar di provinsi Yunnan dan kemungkinan menjadi patogen bagi manusia atau ternak, kata para ilmuwan.
Penelitian ini dipimpin oleh para ilmuwan dan pakar dari Universitas Sun Yat-sen di Shenzhen, Institut Pengendalian Penyakit Endemik Yunnan dan Universitas Sydney dan dirinci dalam penelitian yang baru-baru ini diterbitkan. “Kami mengidentifikasi lima spesies virus yang berpotensi patogen bagi manusia atau hewan ternak, termasuk kombinasi virus corona mirip SARS yang terkait erat dengan SARS-CoV-2 dan 50 SARS-CoV,” jelas tim ilmuwan dalam penelitian tersebut, dilansir Daily Mail Ahad (27/11/2022).
“Studi kami menyoroti kejadian umum penularan antarspesies dan koinfeksi virus kelelawar dan implikasinya terhadap munculnya virus,” kata surat kabar itu.
Provinsi Yunnan telah diidentifikasi sebagai sarang spesies kelelawar dan virus yang dibawa oleh hewan. Covid-19 pertama kali muncul di provinsi Wuhan China, di mana kasus pertama diidentifikasi pada Desember 2019 dan dengan cepat menyebar ke seluruh dunia hingga menjadi pandemi.*