PARA ilmuwan mengatakan Senin (28/4/2014), mereka telah menggunakan teknologi kloning untuk membuat sel induk embrio dari gen seorang wanita penderita diabetes, dan mengubahnya menjadi sel beta penghasil insulin yang mungkin suatu hari bisa menyembuhkan penyakitnya.
Tim melaporkan, pihaknya berusaha mengatasi rintangan penting dalam upaya membuat “sel induk pribadi” untuk digunakan dalam terapi penyakit, tetapi para pemerhati etika dalam bidang biologi berkata, terobosan ini perlu diatur dalam regulasi yang lebih baik terhadap laboratorium pengembangbiakan embrio.
“Kita sekarang satu langkah lebih dekat untuk dapat mengobati pasien diabetes dengan sel mereka sendiri dalam memproduksi insulin,” kata Dieter Egli dari New York Stem Cell Foundation (NYSCF), yang memimpin penelitian dan telah diterbitkan dalam jurnal Nature, sebagaimana dilansir laman Emirates247, Selasa (29/4/2014).
Egli dan tim telah mentransplantasikan inti sel yang diambil dari kulit wanita ke dalam sel telur manusia untuk menciptakan sel induk, yang kemudian bisa mengubah menjadi sel-sel beta. Penurunan sel-sel beta dalam tubuh ini yang menyebabkan insulin berkurang dan meningkatkan gula darah pada penderita diabetes.
Dengan demikian, sebagaimana dikatakan tim, penelitian ini berpotensi menjadi sumber penting untuk terapi sel pengganti di masa depan.
Namun demikian penelitian ini bukan studi yang pertama untuk menciptakan sel induk dengan cara ini. Tapi ini adalah yang pertama dalam hal penggunaan sel-sel yang bersumber dari orang dewasa yang sakit dengan tujuan menghasilkan sel-terapi tertentu.
Insoo Hyun, seorang pemerhati etika dalam biologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Case Western Reserve di Cleveland, Ohio, mengatakan, penelitian terbaru untuk menghasilkan sel induk embrio dari genom orang hidup, berada dalam bahaya.
“Kloning embrio yang berulang kali ini dan membiakkan sel induk, kemudian sekarang menggunakan sel-sel yang dikumpulkan dari orang dewasa, meningkatkan kemungkinan embrio manusia akan diproduksi untuk menghasilkan terapi untuk individu tertentu,” tulisnya dalam komentar di Nature.
“Struktur regulasi harus mengawasi penelitian itu.”
Sel batang embrio –sel-sel bersifat netral, asli yang dapat berkembang menjadi sel-sel jaringan tisu di dalam tubuh- dipandang sebagai sumber potensial untuk membangun kembali organ yang rusak oleh penyakit atau kecelakaan.
Tapi aktivitas ini masih bersifat kontroversial, kecuali nanti sel induk yang dikembangkan hanya berasal dari embrio manusia.
Mereka dapat tumbuh di laboratorium dengan mengambil inti sel jaringan, antara lain dari kulit yang berisi DNA seseorang, dimasukan ke dalam telur manusia yang intinya telah dibuang.
Telur tersebut kemudian diberi aliran listrik untuk mulai pemecahan sampai membentuk satu blastocyst, yakni tahapan awal embrio yang terdiri dari sekitar 150 sel DNA dari donor sel jaringan.
Teknologi Kloning
Secara teknis dikenal sebagai sel-somatik transfer inti (SCNT), teknik yang digunakan untuk penelitian terapi dalam langkah pertama kegiatan kloning, dan telah digunakan untuk membuat domba Dolly.
SCNT dilarang di banyak negara. Untuk studi baru, para ilmuwan di Amerika Serikat dan Israel mengatakan, mereka telah membuat “perbaikan teknis –dengan mengubah bahan kimia yang digunakan.
Sel-sel induk pada gilirannya dapat dibujuk untuk menjadi berbagai jenis sel dewasa, termasuk sel beta, kata tim.
“Melihat hasil hari ini memberi saya harapan bahwa kita suatu hari akan memiliki obat untuk penyakit (diabetes) ini,” kata kepala eksekutif NYSCF Susan Solomon.
Tim yang sama sebelumnya telah membuat sel-sel beta dengan metode yang sama, tetapi menggunakan telur inti yang masih utuh — menghasilkan sel induk dengan tiga set kromosom yang tidak dapat digunakan dalam terapi.
Tetapi dengan menggunakan metode baru yang lebih baik, sel-sel induk muncul dengan dua set kromosom normal, tulis tim dalam jurnal tersebut.
Hyun mengatakan, penelitian tersebut bisa meningkatkan kekhawatiran di masa depan, di mana bayi manusia hasil kloning atau embrio tanpa perasaan diciptakan, kemudian dihancurkan untuk penelitian. Ia menyerukan penguatan struktur pengawasan.
Tapi Salomo mengatakan, penelitian ini “benar-benar untuk tujuan pengobatan” dengan secara ketat mematuhi etika.
“Dalam situasi kita atau kelompok ilmiah yang bertanggung jawab memiliki niat menggunakan teknik ini untuk mengobati manusia, apakah itu tidak dimungkinkan?” katanya kepada AFP.
Sel-sel beta yang dihasilkan dalam penelitian ini belum dapat digunakan dalam penggunaan terapi, kata tim.
Sejauh ini sistem kekebalan tubuh penderita diabetes ‘menyerang sel-sel beta’ dan belum ditemukan cara untuk mengatasinya.*