TERDAPAT satu penemuan bahwa terdapat hubungan antara irama sirkadian dan degenerasi tulang. Penemuan ini dapat sebagai bentuk harapan baru dalam pencegahan osteoporosis, yang sumbernya terletak pada: melatonin.
Dalam studi yang dipimpin Faleh Tamimi, seorang profesor di McGill School of Dentistry di Montreal, Kanada, ditemukan bahwa dosis tambahan dari hormon alami dapat meningkatkan kekuatan tulang pada tikus tua.
Dikenal untuk mengatur ritme sirkadian, melatonin dapat menghambat aktivitas osteoklas, yakni sel-sel tulang nokturnal yang memacu proses kerusakan.
“Dalam perjalanan usia kita, sering kita tidur kurang nyenyak, yang berarti osteoklas lebih aktif,” kata Tamimi, yang dimuat dalam The Malaysian Insider (29/5/2014). “Hal ini cenderung mempercepat proses kerusakan tulang.”
Dalam studi tersebut, tikus jantan berusia dua puluh dua bulan yang dipelihara di Universitas Madrid, diberi suplemen melatonin encer dalam air minumnya.
Setelah 10 minggu, atau sekitar enam tahun usia manusia, kepadatan tulang dan kekuatan tulangnya menunjukkan peningkatan pada kelompok tikus uji. Ini sedikit berbeda pada kelompok tikus kontrol.
Meskipun hasilnya positif, Tamimi mengatakan, pengujian lebih lanjut masih diperlukan diperlukan untuk menentukan, apakah dosis tambahan hormon tidur tersebut bisa mencegah kerusakan tulang atau sebaliknya.
“Sampai ada penelitian lebih lanjut serta uji klinis untuk menentukan bagaimana sebenarnya melatonin bekerja, kita tidak bisa merekomendasikan bahwa orang dengan penderitaan osteoporosis mulai menggunakan suplemen melatonin,” kata Tamimi.
Melatonin diproduksi oleh kelenjar endokrin di otak. Saat melalui reseptor sel, melatonin mengantarkan tidur dengan menurunkan suhu tubuh.
Dianggap sebagai bantuan tidur alami, melatonin tersedia secara bebas di Amerika Utara. Di beberapa negara Eropa dengan menggunakan resep, dan sulit diperoleh di negara lainnya.
Tamimi mengatakan, dia telah mengajukan anggaran untuk penelitian lanjutan.*