AL MUHADDITS ABDUL FATTAH ABU GHUDDAH setelah mengunjungi para guru beliau di Pakistan dan berencana terbang ke Syiria untuk pulang, beliau diberi hadiah oleh Mufti Pakistan Syeikh Muhammad Syafi’ sebuah buku yang berjudul Nuzul Al Masih karya muhaddits madzhab Hanafi Syeikh Anwar Syah Al Kasymiri.
Saat di bandara Karachi disampaikan pengumuman bahwa pesawat mengalamai delay selama dua jam. Meski demikian para ulama Pakistan yang mengantar Syeikh Abu Ghuddah enggan untuk kembali dan memilih menemani beliau hingga waktu penerbangan tiba.
Di kesempatan berharga itu, Syeikh Abu Ghuddan mengeluarkan kitab Nuzul Al Masih dan meminta kepada para ulama yang ikut serta dalam rombongan ini menyimaknya. Akhirnya para ulama besar yang terdiri dari Syeikh Muhammad Syafi’, Al Allamah Yusuf Al Banuri, Al Allamah Althifullah Al Kabir, Al Allamah Nur Ahmad Amin serta Syaikh Abu Ghuddah sendiri membuat halaqah di salah satu sudut ruangan di bandara.
Dalam halaqah tersebut, Syeikh Abu Ghuddah membaca maqadimah Nuzul Masih dan 3 hadits dari kitab itu, kemudian dilanjutkan Syeikh Yusuf Al Banuri melanjutkan dengan membaca 5 hadits dan para ulama lain yang hadir juga menyampaikan beberapa keterangan. Maka mendadak lahirlah sebuah majelis ilmu yang “hidup” di tempat itu. Para ulama yang hadir akhirnya memberikan ijazah periwayatan kitab karya ulama Kasymir itu kepada Syeikh Abu Ghuddah. Majelis itu berakhir sampai waktu berangkat pesawat tiba. (lihat, muaqadimah Syeikh Abu Ghuddah dalam Nuzul Al Masih, hal. 4 dan5)