MAKSIAT adalah lawan dari taat, istiqomah dan taqwa. Sikap wara’ adalah berhati-hati dari berbuat ma’siat. Perbuatan maksiat sangat banyak ragam dan macamnya.
Melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah Subhanahu Wata’ala terhitung sebagai maksiat. Demikian pula meninggalkan perkara yang diperintah dan diwajibkan oleh Allah juga dianggap sebagai maksiat. Maka perbuatan dusta, ghibah, mengadu domba, mencuri, berzina, minum khomer, membunuh jiwa yang diharamkan Allah, sihir, makan riba, makan harta anak yatim, durhaka kepada kedua orang tua, berjudi dan lain sebagainya semua itu terhidtung sebagai perbuatan maksiat kepada Allah.
Orang yang berbuat maksiat adalah orang yang berbuat hal yang sia-sia, orang menyia-nyiakan waktu, yang berbuat jelek, pendosa, orang fasik dan orang yang mencampur aduk amal sholeh dengan amal buruk. Semua kriteria tersebut telah disebut di dalam Al-Qur’anul Karim.
Bila disebut Istilah maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya bisa bermakna kufur dan berbuat fasik, demikian Ibnu Taimiyah mengatakan.
وَمَنْ يَعْصِ اللهَ وَرَسُولهُ فَإِنَّ لهُ نَارَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا
“Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya baginyalah neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.” (QS: Jin 23)
Awal mula Terjadinya Maksiat
Maksiat yang pertama kali terjadi di langit adalah karena adanya sifat dengki (hasud). Ini adalah maksiatnya Iblis ketika ia enggan bersujud kepada Adam alaihis salam, dan tidak mau melaksanakan perintah Allah serta menyombongkan diri, maka dari itu ia dihukumi sebagai golongan yang kafir kepada Allah Subhanahu Wata’ala.
Maksiat yang pertama kali terjadi di bumi adalah maksiat yang dilakukan putra Adam, ketika ia membunuh saudaranya juga terjadi karena sifat dengki. Ketika mereka berdua mempersembahkan qurban untuk Allah Subhanahu Wata’ala. Qurban yang pertama diterima sedangkan qurban yang lain ditolak oleh Allah, maka yang qurbannya ditolak muncul sifat dengkinya kepada saudaranya yang diterima qurbannya sehingga ia membunuhnya.
Pengaruh Maksiat dalam Kehidupan
Di dalam Kitab Al-Jawabul Kafi, Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah merinci dampak-dampak buruk dari perbuatan dosa dan maksiat terhadap kehidupan seorang hamba baik di dunia maupun di akhirat. Diantaranya;
- Terhalang untuk mendapatkan keberkahan ilmu. Ilmu adalah cahaya yang dinyalakan Allah di dalam hati seorang hamba, dan maksiat mematikan cahaya tersebut.
- Kegelisahan yang dirasakan pelaku maksiat di dalam hatinya, dan hilangnya ketenangan dari dalam hati.
- Allah akan mempersulit setiap urusan dalam hidupnya.
- Menimbulkan sifat lemah baik pada agama dan badannya, sehingga pelaku maksiat terasa berat dan malas untuk melakukan ketaatan.
- Maksiat menghilangkan keberkahan umur dan melenyapkan kebaikannya.
- Perbuatan maksiat akan mengundang perbuatan maksiat lainnya, sebagaimana ketaatan akan mengundang ketaatan yang lain.
- Maksiat akan menghalangi seseorang dari taubat kepada Allah dan pelaku maksiat akan menjadi ‘tawanan’ bagi syaitan yang menguasainya
- Maksiat yang dilakukan berulang-ulang akan menanamkan rasa cinta terhadap maksiat itu sendiri di dalam hati, sehingga pelaku maksiat akan merasa bangga dengan maksiat yang dia lakukan
- Maksat akan menghinakan dan menjatuhkan kedudukan seorang hamba di hadapan Tuhannya.
- Akibat buruk dari maksiat akan menimpa semua makhluk; manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan
- Maksiat akan melahirkan kehinaan
- Maksiat bisa merusak akal fikiran dan menghilangkan kecerdasannya
- Maksiat akan menutup mata hati, menyebabkan kerasnya hati, dan pelakunya dianggap sebagai orang yang lalai.
- Maksiat mendatangkan laknat Allah dan Rasul-Nya
- Maksiat akan menghalangi doa malaikat dan Rasulullah
- Maksiat menyebabkan kerusakan, keguncangan, gempa dan musibah
- Maksiat bisa mematikan semangat, menghilangkan rasa malu, membutakan mata hati
- Maksiat dan dosa bisa melenyapkan nikmat dan mendatangkan bencana
- Maksiat dan dosa akan meninggalkan tatatan masyarakat yang rusak akhlak dan agamanya.*/Imron Mahmud