Keheningan dalam Kereta Rel Listrik (KRL) tujuan stasiun Bogor-Angke tiba-tiba pecah. Sesaat, setelah terjadi keributan kecil antara seorang penumpang wanita dengan pria yang berdiri di sebelahnya.
“Hape saya kok nggak ada. Mas ambil hape saya ya?” penumpang wanita yang tampak kebingungan itu bergegas melempar tanya.
“Eh, jangan nuduh sembarangan dong!” sanggah sang pria.
“Saya nggak nuduh, Mas. Saya cuma tanya!” wanita itu berusaha menjelaskan, tangannya sambil meraba saku baju dan celananya.
“Salah kalau mbak tanya kayak gitu. Yang bener kalau ngomong!” Nada suara sang pria semakin meninggi. Ia tidak terima dengan ucapan wanita tersebut.
“Periksa saja kalau nggak percaya!” tambah sang pria meminta semua sakunya digeledah. “Coba mbak miscall dulu nomornya.”
‘Maaf nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif’. Kalimat ini yang terdengar, saat penumpang wanita itu miscall dengan hape lain miliknya yang di-loudspeaker (dinyaringkan volumenya).
Penumpang wanita terus me-miscall nomor hape yang mendadak raib tersebut. Pada panggilan (miscall ) ketiga kalinya, terdengar samar sebuah nada dan getaran.
“Alhamdulillah…,” penumpang wanita itu menghela nafas. Hape yang dicari ternyata terselip dalam tas slempang yang dibawanya.
“Maaf ya, Mas.”
“Kalau ngomong itu yang bener. Jangan asal keluar dari mulut. Dipikir dulu, bakal bikin orang lain tersinggung kagak! Lain kali jangan diulangi.”
Penumpang wanita tersebut pun tertunduk malu, hanyut bersama keheningan KRL yang terus melaju dengan kencang.
Pentingnya Menjaga Lisan
Apa yang terjadi di atas, seharusnya dapat menjadi ibrah bagi kita semua. Bahwa, menjaga lisan adalah suatu pekerjaan yang sangat penting, dan terkadang tidak mudah. Bahkan, jika salah berucap bisa berakibat fatal terhadap kehidupan kita ataupun oranglain di sekitar.
Ucapan penumpang wanita dalam kasus tersebut, mungkin keluar secara spotan, karena dalam kondisi cemas atau gelisah. Namun, ternyata justru membuat oranglain tersinggung. Padahal, tak ada niat dan maksud dari penumpang wanita melakukan hal itu.
Di sinilah, arti pentingnya menjaga lisan, agar setiap ucapan yang keluar dari mulut kita tak menyinggung atau menyakiti perasaan oranglain. Yang terkadang juga dapat menyebabkan pertengkaran bahkan hingga berujung pada pembunuhan. Naudzubillah…
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam surat al-Hujurat ayat 12;
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱجۡتَنِبُواْ كَثِيرً۬ا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعۡضَ ٱلظَّنِّ إِثۡمٌ۬ۖ وَلَا تَجَسَّسُواْ وَلَا يَغۡتَب بَّعۡضُكُم بَعۡضًاۚ أَيُحِبُّ أَحَدُڪُمۡ أَن يَأۡڪُلَ لَحۡمَ أَخِيهِ مَيۡتً۬ا فَكَرِهۡتُمُوهُۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٌ۬ رَّحِيمٌ۬ (١٢)
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian dari tindakan berprasangka itu adalah dosa. Janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah kamu sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS: al Hujurat:12) >> klik Bersambung