Oleh: Ahmad Musyafa’
PERISTIWA Isra’ Mi’raj adalah peristiwa agung dalam sejarah umat Islam, terjadi kepada Nabi Agung, Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassallam. Isra’ Mi’raj adalah hadiah besar yang Allah berikan kepada Nabi Muhammad, setelah ujian demi ujian berat menghampirinya.
Kesedihan mendalam dialami Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam. setelah ditinggal wafat pamannya yang begitu dicintainya, Abu Thalib. Di tahun yang sama istrinya yang selalu mendukung dakwahnya, Khadijah radliyallâhu ‘anhâ juga dipanggil Allah. Dua orang ini adalah orang paling berpengaruh dalam survivenya dakwah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam, tetapi keduanya dijemput Allah.
Ujian semakin berat ketika Rasulullah bersama para sahabatnya hijrah ke Thaif. Dilempari batu, dihina, dierca, dan diusir dari Thaif. Kedua kaki mulianya bercucuran darah, kedua terompahnya basah dengan lumuran darah sucinya. Darahnya pun membasahi tanah Thaif menjadi saksi perjuangan berat menyebarkan dakwah Islam. Secara fisik, lukanya tidak sebanding dengan peristiwa Perang Uhud, tetapi pukulan psikologis lebih berat dirasakan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam.
Dalam kondisi seperti ini, Allah memberikan hadiah besar kepada Rasulullah Saw. Memperjalankannya dari Masjid Al-Haram ke Masjid Al-Aqsha disebut dengan perjalanan Isra’. Dari Masjid Al-Aqsha diangkat ke langit ketujuh untuk mendapatkan perintah shalat lima waktu, disebut perjalanan Mi’raj. Sehingga kejadian ini dikenal dengan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassallam.
Peristiwa maha agung ini diabadikan Allah dalam Al-Quran Surat Al-Isra` ayat pertama. Dalam satu ayat ini Allah menyebutkan dua masjid suci. Mengikat dua masjid ini menjadi kiblat bagi kaum Muslimin. Dua masjid yang diberkahi, dimuliakan, dan disucikan. Sehingga kedua masjid ini tidak bisa dipisahkan, tidak mungkin ditinggalkan, dan tidak boleh dibiarkan ada gangguan yang mengancamnnya. Umar bin Khatab radliyallâhu ‘anhu berkata, “Al-Quds (Yerussaem) bagi Allah tidak ada bedanya dengan Makkah.”
Kenapa ke Masjid Al-Aqsha?
Ada yang bertanya, kenapa harus ke Masjid Al-Aqsha? Seandainya untuk menerima perintah shalat, sangat mudah bagi Allah untuk mengangkatnya langsung, dari Masjid Al-Haram menuju langit ke tujuh.
Setidaknya ada empat alasan; Pertama, Masjid Al-Aqsha adalah pintu gerbang menuju langit. Sebelumnya Nabi Isa a.s. diselamatkan Allah dari kejaran Yahudi, diangkat ke langit dan nanti pada akhir zaman akan kembali diturunkan, untuk membunuh Dajjal dan Ya’juj Ma’juj. Begitu juga Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassallam diangkat dan diturunkan kembali melalui Masjid Al-Aqsha.
Kedua, syarat pemimpin dunia harus mengunjungi Masjid Al-Aqsha. Bahkan Masjid Al-Aqsha merupakan pusat kepemimpinan dunia. Al-Aqsha mengangkat derajat orang yang mengangkatnya. Pusat kerajaan Nabi Dawud dan Nabi Sulaiman ada di Baitul Maqdis. Seluruh nabi-nabi kalau tidak lahir dan dakwah di Baitul Maqdis, Allah perintahkan untuk hijrah ke Masjid Al-Aqsha. Nabi Ibrahim a.s. sebelum hijrah ke Baitul Maqdis tidak dikenal (QS. Al-Anbiya: 60), disebutkan dalam bentuk keraguan dan nakirah (umum dan tidak definitif). Tetapi setelah Nabi Ibrahim Hijrah ke Baitul Maqdis, membawa misi Al-Aqsha, Allah sebutkan dengan menggunakan gelar pemimpin dunia, “Aku jadikan engkau (Ibrahim) sebagai pemimpin bagi manusia.” (QS. Al-Baqarah: 124).
Ketiga, penobatan Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassallam sebagai pemimpin dunia. Pada malam Isra’ Mi’raj Allah menghadirkan seluruh para nabi dan rasul, mulai dari nabi Adam hingga nabi terakhir. Dalam riwayat hadis disebutkan 124.000 nabi dan 315 rasul dihadirkan di dalam Masjid Al-Aqsha. Seluruh nabi dan rasul shalat berjamaah dan Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassallam sebagai imamnya, sehingga Rasulullah mendapat gelar imâmul anbiyâ` wal mursalîn (imamnya para nabi dan rasul). Dengan dijadikannya Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam sebagai imam, membuktikan bahwa kepemimpinan dunia yang sebelumnya dipegang para nabi sebelum nya, malam hari itu diwariskan kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassallam.
Keempat, kiblat pertama. Masjid Al-Aqsha merupakan kiblat pertama tidak hanya pada masa Rasulullah Saw., tetapi menjadi pusat ibadah dan kiblat para nabi sebelumnya. Nabi Zakaria bermunajat kemudian dipanggil malaikat untuk diberikan anugerah dari Allah, ketika sedang shalat di Mihrab (QS. Ali Imran: 38-39).
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam juga menceritakan, bahwa Nabi Sulaiman membangun (memperbaiki) Masjid Al-Aqsha, kemudian berdoa kepada Allah meminta tiga permintaan; kebijakan yang tepat, kerajaan yang tidak dimiliki orang setelahnya, dan mengampuni seluruh dosa orang yang datang ke Al-Aqsha yang tidak ada niat lain kecuali hanya ingin shalat di dalamnya.
Selama di Makkah, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bersama para sahabat shalatnya menghadap ke Baitul Maqdis, padahal Ka’bah ada di depannya. Sampai 16 bulan pertama setelah hijrah ke Madinah masih menghadap ke Baitul Maqdis. Selain mewarisi kepemimpinan dunia, Rasulullah juga mewarisi risalah kenabian dari nabi-nabi sebelumnya. Estafeta kesinambungan dakwah Islam.
Titik Tolak Kejayaan Islam
Maka peristiwa Isra’ Mi’raj menjadi titik tolak perubahan besar dalam diri Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam dinobatkan secara resmi sebagai pemimpin dunia, imam dua kiblat, dipilih sebagai manusia terbaik diantara hamba-hamba-Nya yang terbaik (al-mushthafa). Diangkat derajatnya, ditinggikan penyebutan namanya, mengiringi setelah penyebutan nama Allah, wa rafa’nâ laka dzikraka. (QS. Al-Insyirah: 2). Lâ ilâha illallâh, muhammadurrasûlullâh dan dua kalimat syahadat.
Isra` Mi’raj sesuai tujuannya, memperlihatkan keajaiban kekuasaan-Nya kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassallam linuriyahû min âyâtinâ (QS. Al-Isra`: 1). Sehingga menghilangkan segala bentuk ketergantungan kepada makhluk, hanya totalitas bersandar kepada Al-Khaliq. Menguatkan kembali tekad Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam untuk menyebarkan risalah Islam kepada dunia.
Mempersiapkan mentalitas Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam untuk menghadapi ancaman dan terpaan ujian yang lebih dahsyat. Akan berhadapan dengan kekuatan koalisi besar penghalang dakwah Islam; Quraisy, Yahudi, dan Kaum Munafiq di Madinah. Madinah pun menjadi pusat kejayaan Islam. Khaibar menjadi saksi hancurnya kekuatan Yahudi. Fathu Makkah menyapu bersih Kafir Quraisy, berbondong-bondong masuk Islam.
Mengenang agungnya nikmat Allah dalam peristiwa agung ini, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam setiap malam selalu membaca Surat Al-Isra` sebelum tidur. Betapa cintanya Rasulullah terhadap Masjid Al-Aqsha.
Hadis-hadisnya banyak memotivasi umatnya untuk mengunjunginya, menjaganya, dan membelanya. Bahkan beliau mengisyaratkan munculnya kejayaan Islam kembali di Baitul Maqdis. Bagaimana mungkin yang mengaku umatnya meninggalkan Masjid mulia ini dikangkangi Zionis Israel. Sungguh tidak pantas memohon minuman dari telaga Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam, sementara menelantarkan masjid yang selalu dikenangnya setiap malam. Al-Aqsha tempat Isra` Mi’raj Nabi Kita masih merintih, memanggil semua umat Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassallam. Selamatkan Al-Aqsha!*
Direktur International Aqsa Institute