Hidayatullah.com– Manifestasi Iman dalam setiap aspek kehidupan merupakan sebuah terminologi dari “Peradaban Islam”.
Setibanya Rasullullah di Yastrib adalah membangun Masjid, di buku siroh Nabawiyah yang kita baca, tatkala untanya Nabi berhenti di situlah Masjid didirikan.
Manifesto shalat berjama’ah di Masjid adalah sebuah kepemimpinan, maka tidak berlebihan jika kita menyebutkan tegaknya shalat berjama’ah adalah mula awal tegaknya kepemimpinan.
Di dalam Masjid tidak ada lagi bendera, tidak ada lagi firkoh / kelompok. Tatkala imam sudah takbiratul ihram dilanjutkan dengan menyempurnakan rukunnya hingga akhir salam, maka bisa kita pastikan tidak ada satupun makmum yang menyelisihi Imam.
Sebagaimana Hadits dari Rasullullah Shalallahu alaihi wasallam “Assholatu ‘Imaduddin Faman ‘Aqomaha Faqod ‘Aqomaddin, Waman Tarakah Faqod Hadamaddin” (HR Baihaqi)
Dalam mengamalkan Hadits di atas, tentu kita harus merujuk bagaimana tatacara Nabi Shallallahu alaihi wasallam shalat.
Pilar selanjutnya dalam membangun peradaban Islam ialah zakat. Sebagai data perbandingan potensi & serapan zakat Indonesia – Malaysia sebagai berikut:
Potensi zakat Indonesia Tahun 2019 sebesar Rp 230 T daya serapnya dari seluruh lembaga zakat pemerintah – swasta hanya sebesar 3,5 % atau setara 8 T.
Sedangkan data terakhir di Malaysia potensi zakat tahun 2016 sebesar Rp 15 T, daya serapnya telah mencapai 11,5 Triliun atau setara 3 Miliar Ringgit, muzzaki terbesar bersumber dari Kuala lumpur 600 juta Ringgit dan Selangor 680 juta Ringgit.
Dengan data-data di atas, maka sesungguhnya kita bisa menyimpulkan, salah satu kekuatan untuk membangun peradaban Islam adalah melalui fungsi zakat, pendistribusian maupun pendayagunaannya. Jika pendistribusian lebih bersifat konsumstif, yakni penyaluran langsung kepada 8 asnaf, maka pendayagunaan bersifat produktif, zakat produktif itu biasanya terimplementasikan pada program-program penguatan ekonomi kaum dhuafa wal masakin.
Di dalam Al-Qur’an tidak akan kita temukan perintah Allah Ta’ala kepada hambaNya untuk menjadi jutawan atau miliarder, yang kita dapati justru banyaknya pengulangan perintah menunaikan zakat, infaq dan bersedekah.
Ini bermakna umat Islam harus memiliki kekayaan untuk dapat menuanaikan zakat dan menyambut anjuran-anjuran berifaq ataupun bersedekah.
Dalam Al-Qur’an Surat Al Munafiqun ayat 10 dijelaskan orang yang meninggal meminta untuk ditangguhkan kematiannya sebentar saja hanya agar bisa bersedekah.
“Rabbi laula akhkhortani ila ajalin qorib fa ashshoddaqo,” Itulah bagaimana pentingnya bersedekah.
Pada fase perjuangan untuk tegaknya Peradaban Islam memerlukan konsepsi dakwah ‘ala minhajin Nubuwwah, memperjuangkannya secara sistematis dan sistemik.
Yakinilah bahwasanya tidak ada peradaban di dunia ini yang melebihi keunggulan Islam sebagai sebuah Peradaban.
Hatington Dalam Tesisnya berjudul “The Clash of Civilization” menyebutkan musuh Barat setelah runtuhnya komunis – Uni Soviet ialah Islam.
Huntington sendiri merupakan paranormalnya “Pentagon”. Trade war USA vs China hanya merupakan pertarungan di antara dua Peradaban bermazhab materialisme.
Dan itu semua akan berakhir, pertarungan sesungguhnya adalah kumpulan peradaban materialisme Vs peradaban Islam.
Maka sabar dan shalat menjadi penolong,sabar atas beratnya segala perjuangan merupakan syarat dari Allah untuk hadirnya Islam sebagai pemimpin atas peradaban lainnya.
Mari kita renungkan Firman Allah Ta’ala “Waja’alna minhum aimmatan yahduna biamrina lamma shobaru wa kaanuu liayatina yuqinun.”
Dan kami jadikan di antara mereka para imam yang mendapat petunjuk ketika mereka sabar dan yakin terhadap ayat-ayat kami. (Assajdah:24). Wallahu ta’ala a’lam
Selangor,
4 Rhabiul Akhir 1441
Pukul 08:16 AM
Al-Faqir Ahmad Syakir