Hidayatullah.com | COVID-19. Nama yang keren, jika tetiba kita baca atau dengar secara sepintas. Namun nyatanya ia tak sekeren namanya karena terbukti covid telah membunuh lebih dari 3.300 pasien dan menginfeksi lebih dari 97.000 orang di seluruh dunia, data per Jumat (06/03/2020).
Covid-19 (virus corona jenis baru) menjadi salah satu pembunuh yang sampai saat ini belum ditemukan penangkalnya, dunia dibuat riuh dengan ulahnya.
Covid-19 lahir di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China pada tanggal 31 Desember 2019. Dengan usianya yang sangat muda ia sudah menyebar di 65 negara.
Covid-19 menginfeksi saluran pernapasan, dengan gejala yang mirip dengan flu yang menyebabkan keluhan pada saluran pernapasan.
Covid-19 adalah mahluk mematikan yang hingga hari ini masih menjadi headline dan trending topic yang viral. Covid-19 masih menyita perhatian banyak negara di dunia. Penyebarannya pun masih terus meluas secara global.
Beberapa negara mulai kebingungan menghadapi virus yang mematikan ini, sebab bisa saja merontokkan semua yang di bangun oleh negara selama bertahun-tahun.
Bahkan, pasar saham dan keuangan global terjun bebas ke angka terendahnya sejak krisis keuangan 2008.
Dari sisi ekonomi China bisa berada digaris paling memungkinkan untuk jatuh di titik terendah setelah Covid-19 menggerogoti negara mereka hingga lumpuh.
Beberapa negara kemudian mengambil inisiatif dini sebagai langkah pencegahan. Paris misalnya, sebuah museum akhirnya ditutup kemarin, ditangguhkannya visa umroh oleh Saudi, dan sejumlah lokasi wisata di negeri matahari terbit Jepang berhenti beroprasi. Diikuti oleh beberapa negara lainnya.
Covid-19 adalah pendatang baru, dengan umur yang masih sangat belia namun mampu membalikkan keadaan sedemikian cepatnya.
Virus corona disinyalir memiliki kekerabatan dengan SARS-CoV dan MERS-CoV, yakni dua penyakit yang menimbulkan gangguan pada saluran pernapasan.
Hingga saat ini, belum diketahui secara pasti bagaimana virus ini bisa menginfeksi manusia. Para ahli masih terus melakukan penyelidikan untuk menentukan sumber awalnya, jenis paparannya, bagaimana cara dan pola penularannya.
Hasil dugaan sementara, menunjukkan bahwa sebagian besar kasus penularan terjadi pada penderita yang sebelumnya bekerja di sebuah pasar segala jenis binatang liar di Wuhan.
Kuat dugaan penularan virus tersebut terjadi setelah mengkonsusmi binatang liar yang banyak di jual di pasar tersebut. Hingga saat ini, WHO masih terus menyelidiki hewan yang menjadi sumber penularan virus ini.
Bagaimana menyikapi?
Menyikapi hal ini bahwa, Covid-19 adalah cara Allah menegur, menasihati, dan memperlihatkan bagaimana rumus ke-Tuhanan bekerja.
Baca: Aa Gym: Hanya Allah Sebaik-Baik Pelindung dan Penolong
Allah dengan segala kesempurnaan yang dimilikinya telah membuat aturan dengan poin-poin yang sangat detail tentang aturan makan dan hal-hal yang wajar di konsumsi manusia.
Makanan halal sekalipun jika dikonsumsi secara berlebihan bisa mendatangkan mudharat, apalagi makan yang dikonsumsi tanpa takaran yang jelas, lebih dari itu makananya pun haram.
Yang halal pun, belum tentu baik untuk semua orang. Karena itu perintah agama adalah, mensortir makanan yang baik bagi tubuh namun juga halal bagi rohani.
Dalam Al-Qur’an Allah memberi peringatan tentang bagaimana seorang hamba bersikap terhadap makanan, Dalam QS al-Baqarah ayat 172 misalnya:
يَـــــأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا كُلُوْا مِنْ طَيِّبـــــــــــتِ مَا رَزَقْنــــــــكُمْ وَ اشْكُرُوْا لِلّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّـاهُ تَعْبُدُوْنَ
Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah
Atau QS An-Nahl ayat 114:
فَكُلُوْا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللّهُ حَلـــــــلاً طَيِّبًا وَاشْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُوْنَ
Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.
Juga QS al-Maidah ayat 88:
وَكُلُوْا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللّهُ حَلــــــــــــــــــــلاً طَيِّبًا وَاتَّقُوْا اللّهَ الَّذِيْ أَنْتُمْ بِه مُؤْمِنُوْنَ
Dan makanlah dari apa yang telah diberikan Allah kepadamu sebagai rezeki yang halal dan baik, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.
Ayat-ayat ini secara normatif menunjukkan kepada hamba bagaimana sikap kepedulian Allah terhadap perkara makanan bagi hamba-hambanNya.
Allah sangat sempurna mengatur sedemikian rupa, agar manusia bisa terjaga dari perkara yang dapat merusak dirinya.
Karenanya dalam hadits arbain ada satu hadits yang sangat indah untuk direnungkan:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لَا يَقْبَلُ إِلَّا طَيِّبًا وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ فَقَالَ { يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ } وَقَالَ { يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ } ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ
Dari Abu Hurairah –semoga Allah meridhainya- beliau berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah adalah baik dan tidaklah menerima kecuali yang baik.
Sesungguhnya Allah memerintahkan kepada kaum mukminin sebagaimana perintah kepada para Rasul :
يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ
Wahai sekalian para Rasul, makanlah yang baik-baik dan beramal shalehlah, sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan. (QS al-Mukminun : 51)
Dan Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ
Wahai orang-orang yang beriman, makanlah makanan yang baik dari rezeki yang Kami berikan kepada kalian. (QS al-Baqarah : 172)
Kemudian Nabi pun menceritakan keadaan orang yang melakukan safar panjang, rambutnya kusut, mukanya berdoa, menengadahkan tangan ke langit dan berkata: Wahai Rabbku, wahai Rabbku. Sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, diberi asupan gizi dari yang haram, maka bagaimana bisa diterima doanya?! (HR Muslim).
Baca: Tidak Merokok Salah Satu Upaya Menjaga Diri dari Virus Corona
Makanan bisa saja mengenyangkan jasad, tapi disisi yang lain makanan juga bisa mengeringkan spiritual. Tergantung bagaimana status makanan tersebut, halal ataukah haram.
Makanan dalam agama ini, bukan aktifitas sepele. Karena sesuatu yang Allah atur pasti berindikasi besar dalam kehidupan manusia.
Allah tidak akan melarang sesuatu, jika sesuatu itu baik.
Covid-19 itu musibah bagi yang lalai, ujian bagi yang sadar.
Orang yang menyadari bahwa ini musibah maka dia mesti beristigfar kepada Allah, dan bagi yang menyadari bahwa ini ujian maka ia mesti bersabar atas ketetapan Allah ini. Bagi yang belum terkena ia patut bersyukur kepada Allah, sembari mendoakan saudaranya sesama ummat islam yang terkena.
Bukankah kondisi demikianlah yang membuat mukmin itu menjadi menakjubkan sebagaimana hadits dari Shuhaib ibni Sinan. Ketika ia berkata, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim, Nomor 2999)
Keadaan apapun nyatanya selalu baik jika dihadapi dengan iman.
Akhirnya saya dan kita semua patut berdoa kepada Allah:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْبَرَصِ، وَالْجُنُونِ، وَالْجُذَامِ، وَمِنْ سَيِّئِ الأَسْقَامِ
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari penyakit sopak, gila, kusta, dan dari segala penyakit yang buruk/mengerikan lainnya.” (HR. Abu Dawud, Al-Nasai, Ibnu Hibban, dan selainnya)
Sebagai penutup untuk membesarkan hati bagi siapapun umat Muslim yang tertimpa wabah ini, ingatlah hadits Nabi dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata: Aku pernah bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tentang thaun (wabah penyakit yang mematikan). Beliau memberitahuku bahwa thaun adalah:
عذاب يبعثه الله على من يشاء، وأن الله جعله رحمة للمؤمنين، ليس من أحدٍ يقعُ الطاعونُ فيمكث في بلده صابراً محتسباً، يعلم أنه لا يصيبه إلا ما كتب الله له إلا كان له مثل أجر شهيد
“Adzab yang Allah kirim kepada orang yang Dia kehendaki. Allah jadikan thaun sebagai rahmat bagi orang-orang beriman. Tidaklah seseorang yang di negerinya mewabah thaun lalu ia tetap berada di situ dengan sabar dan berharap pahala, ia tahu tidak ada musibah yang menimpanya kecuali apa yg telah Allah tetapkan bagi dirinya melainkan baginya pahala seperti pahala seorang syahid.” (HR. Al-Bukhari)
Renungan akhir sebagai solusi adalah firman-Nya:
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلاَّ عَلَى الْخَاشِعِينَ {45} الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلاَقُوا رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Rabb-nya, dan bahwa mereka akan kembali kepadaNya. [al-Baqarah : 45-46].
الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلاَ تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِيْنَ
“Kebenaran itu datang dari Rabb mu, maka janganlah sekali-kali kamu termasuk orang yang ragu.” (Q.S Al-Baqarah : 147)* Naser Muhammad