Hidayatullah.com | ALLAH Ta’ala telah menyediakan dua jalan kepada manusia, yakni jalan yang lurus dan jalan yang bengkok. Manusia dipersilahkan memilih. Bebas! Namun, ada konsekuensi atas pilihan tersebut.
Tentang kedua jalan ini, telah diperkenalkan oleh Allat Ta’ala kepada manusia lewat perantaraan para Nabi dan Rasul. Manusia yang melakukan proses “iqro’” akan mengetahui dengan jelas kedua jalan ini beserta konsekuensinya, termasuk bagaimana kesudahan para pemilih jalan bengkok.
Para pemilih jalan bengkok ini akan menyesal teramat dalam. Mereka memohon kepada Allah Ta’ala untuk dikembalikan ke dunia agar bisa memilih jalan yang lurus. Namun, penyesalan mereka sudah tak ada gunanya lagi.
Tentang hal ini, Allah Ta’ala berfirman dalam al-Qur’an surat Fatir [35] ayat 37 bahwa kelak para pemilih jalan bengkok ini akan berteriak di dalam neraka. Kata mereka, “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami (dari neraka), niscaya kami akan mengerjakan kebajikan, yang berlainan dengan apa yang telah kami kerjakan dahulu.”
Lalu Allah Ta’ala berkata kepada mereka, “Bukankah Kami telah memanjangkan umurmu untuk dapat berpikir bagi orang yang mau berpikir? Padahal telah datang kepadamu seorang pemberi peringatan? Maka rasakanlah (azab Kami), dan bagi orang-orang zalim tidak ada seorang penolong pun.”
Sebenarnya, Allah Ta’ala telah membukakan pintu ampunan kepada orang-orang yang memilih jalan bengkok asalkan mereka menyadari kekeliruannya dan bertobat dengan sebenar-benar tobat.
Ini dinyatakan oleh Allah Ta’ala dalam al-Qur’an surat Az-Zumar [39] ayat 53, “… Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
Imam Ahmad menceritakan tentang ayat ini bahwa suatu ketika seorang sahabat Rasulullah SAW bernama Tsauban mendengar Rassulullah SAW bersabda, “Aku tidak suka bila diberikan kepadaku dunia dan seisinya sebagai ganti dari ayat ini,” yaitu Katakanlah wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri … hingga akhir ayat. Lalu ada seorang laki-laki bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana dengan orang musyrik?” Rasulullah SAW terdiam, lalu bersabda, “Ingatlah, dan juga terhadap orang-orang musyrik.” Beliau mengulanginya hingga tiga kali.
Selanjutnya, dalam surat Az-Zumar [39] ayat 54 dan 55, Allah Ta’ala berfirman, “Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu, kemudian kamu tidak dapat ditolong. Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu (Al-Qur’an) dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu secara mendadak, sedang kamu tidak menyadarinya.”
Lalu, dalam ayat 56, 57, dan 58, surat Az-Zumar [39], Allah Ta’ala kembali mengingatkan manusia agar jangan sampai kelak menyesal dengan mengatakan, “Alangkah besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang mengolok-olokkan (agama Allah).”
Atau, mengatakan, “Sekiranya Allah memberi petunjuk kepadaku tentulah aku termasuk orang-orang yang bertakwa,” Atau, berkata setelah melihat azab di depan mata, “Sekiranya aku dapat kembali (ke dunia), tentu aku termasuk orang-orang yang berbuat baik.”
Lalu, rangkaian ayat ini ditutup dengan firman Allah Ta’ala, “Sungguh, sebenarnya keterangan-keterangan-Ku telah datang kepadamu. Tetapi kamu mendustakannya, malah kamu menyombongkan diri dan termasuk orang kafir.” (Az-Zumar [39]: 59)
Semoga kita tidak menjadi orang-orang yang menyesal sebagaimana digambarkan oleh Allah Ta’ala dalam rangkaian ayat-ayat tadi.*/Mahladi Murni