Oleh: Ilham Kadir
DAHULU kala, ada seorang raja dari kalangan orang-orang sebelum kalian yang memiliki seorang ahli sihir, begitu Rasulullah memulai kisahnya di depan para sahabat sebagaimana dikisahkan Imam Ahmad dalam Musnad-nya (IV/16-17).
Ketika ahli sihir itu–lanjut Nabi–sudah lanjut usia, dia berkata kepada sang raja, Sesungguhnya aku sudah uzur, maka kirimkan seorang pemuda kepadaku untuk aku ajarkan kepadanya ilmu sihir. Maka sang raja pun mengirimkan seorang pemuda kepadanya untuk diajari ilmu sihir.
Ketika di tengah jalan yang dilaluinya untuk pergi berguru pada tukang sihir, terdapat seorang rahib ahli ibadah. Pemuda itu singgah, duduk di dekatnya dan mendengarkan ucapannya hingga membuatnya kagum dan heran.
Ketika mendatangi ahli sihir, dia selalu melewati si rahib itu dan singgah di tempatnya untuk berguru. Suatu ketika dia mendatangi ahli sihir dan melaporkan kebiasaannya itu, dan ahli sihir itu marah bahkan memukulnya. Pemuda itu melaporkan perkaranya pada sang rahib.
Jika engkau takut pada ahli sihir maka katakan, Keluargaku menahanku. Dan jika engkau takut kepada keluargamu, maka katakan, ahli sihir itu menahanku! Kata sang rahib.
Dalam keadaan demikian, datanglah seekor binatang yang sangat besar menahan orang-orang, maka pemuda itu berkata, Sekarang aku akan mengetahui yang lebih baik, ahli sihir atau rahib?
Kemudian dia mengambil sebuah batu seraya berkata, “Ya Allah, jika ajaran rahib itu Engkau sukai daripada ajaran ahli sihir, maka bunuhlah binatang ini sehingga orang-orang dapat melanjutkan perjalanan mereka.”
Lalu di lemparkan batu itu hingga mengenai dan membunuh binatang raksasa itu, dan orang-orang pun dapat melanjutkan perjalanan.
Selanjutnya, pemuda itu mendatangi si rahib dan memberitahu pristiwa tersebut. Sang rahib berkata, “Wahai anakku, sekarang ini kamu lebih baik daripada diriku. Sebab, urusanmu telah mencapai apa yang kusaksikan. Sesungguhnya kamu kelak akan diuji, jika engkau diuji janganlah sekali-kali menyebut namaku.”
Pemuda itu, memiliki banyak kelebihan dan keutamaan (karamah) dengan menyembuhkan segala jenis penyakit, tak terkecuali penyakit buta dan kusta. Hingga suatu saat orang kepercayaan sang raja yang buta mendengar berita tentang dirinya. Ia lalu mendatangi pemuda itu sambil membawa hadiah yang banyak, dan berkata, “Semua yang ada di sini akan menjadi milikmu jika berhasil menyembuhkan diriku. Pemuda itu pun menjawab, Sesungguhnya aku tidak dapat menyembuhkan seseorang. Yang menyembuhkan adalah Allah Subhanahu Wata’ala. Jika kamu beriman kepada Allah yang Maha Tinggi, maka aku akan berdoa kepada-Nya, lalu Dia akan menyembuhkanmu. Maka dia pun beriman kepada Allah Yang Maha Tinggi, dan Allah menyembuhkannya.”
Selanjutnya, orang kepercayaan raja itu mendatangi sang raja dan duduk seperti biasanya. Raja bertanya, “Siapa yang menyembuhkan penglihatanmu?” “Tuhanku, “ jawabnya. “Apakah kamu memiliki tuhan selain diriku? Tanya raja. “Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah, “ jawabnya.
Raja itu langsung menghukum orang kepercayaannya, dan terus menyiksanya hingga ia menunjuk pemuda yang mengobatinya. Dan raja meminta agar pemuda itu dihadirkan. Raja berkata, “Wahai anakku, sihirmu luar biasa hebatnya hingga dapat menyembuhkan orang buta dan kusta. Kamu juga telah melakukan ini dan itu.”
Maka, pemuda itu berkata, “Sesungguhnya aku tidak dapat menyembuhkan seorang pun, sebenarnya yang menyembuhkan mereka adalah Allah.”
Rasulullah melanjutkan sabdanya, maka pemuda itu pun dihukum dan terus disiksa hingga pemuda itu menunjuk si rahib. Lalu raja meminta agar rahib saleh itu dihadirkan, ketika hadir, sang raja bertitah, “Kembalilah ke dalam agamamu semula.” Namun ia menolak. Raja naik pitam dan meminta gergaji lalu diletakkan di atas kepala si rahib dan membelahnya hingga kedua belah tubuhnya terjatuh. Dipanggil pula orang kepercayaannya dan dikatakan padanya, Kembalilah kamu ke dalam agamamu semula. Tapi dia menolak, dan si raja meletakkan gergaji di atas kepalanya, kemudian membelah tubuhnya hingga terjatuh.* (BERSAMBUNG)
Peserta Kaderisasi Seribu Ulama (KSU) Baznas-DDI; Kandidat Doktor Pendidikan Islam UIKA Bogor