Sambungan artikel PERTAMA
Oleh: Muh. Istiqamah, S.Sy
Beberapa Pelajaran
Ada beberapa pelajaran yang bisa diambil dari kisah ini terkait dengan peristiwa masuknya tentara Rusia ke Suriah.
Pertama, peperangan antara haq dan batil ini sunnatullah. Hari-hari akan dipergilirkan. Akan berlaku terus sampai hari kiamat. Tapi ingat, kekuatan Islam tidak akan pernah dihabisi sekaligus. Sampai finalnya pertempuran ini dimenangkan Imam Mahdi.
Sejak masa Nabi, dalam Perang Ahzab, Perang Mongol dan Tar Tar. Perang salib, sampai dua perang dunia (negara-negara Islam jadi lahan rebutan ekspansi penjajahan negeri-negeri Barat).
Tapi ingat, umat ini juga punya masa-masa berjayanya. Saat masa Umar bin Khattab, masa Muawiyah, masa Umar bin Abdul Aziz, masa Harun al-Rasyid, masa Panglima Shalahuddin al Ayyubi, masa Muhammad al Fatih, masa Daulah Umayyah di Spanyol dan masa Sulaiman al-Qanuni.
Kedua, adanya pengkhianat dalam tubuh umat, sebagai penyakit kronis.
Pada masa ini, pengkhianat itu dimainkan perannya oleh Iran. Di mana Iran lebih sibuk mengacak-acak negara Islam (Yaman, Suriah, Iraq dan Libanon) dibanding melawan kekuatan Barat (Amerika dan Uni Eropa), Komunis (Rusia, China, Korea Utara) dan Yahudi (Israel).
Sebagaimana Perang Ahzab, idenya berawal dari Yahudi yang tinggal dalam Kota Madinah. Padahal antara mereka dengan Rasulullah punya kesepakatan dalam Piagam Madinah. Bahwa mereka adalah satu kesatuan dalam menjaga keamanan Negeri Madinah.
Namun, Yahudi yang licik, mulai menyalakan api itu. Menawarkan ide itu pada musuh bersama, menyerang Kota Madinah. Sehingga membakar diri mereka sendiri. Tapi kiranya inilah balasan setimpal untuk para pengkhianat, musuh dalam selimut.
Ketiga, strategi perang ini yang akan menentukan. Dan ini yang belum dimiliki umat. Bersatu saja belum, apalagi mau mengadakan musyawarah tinggi dan berbicara strategi.
Dalam Perang Ahzab, strategi perang ini terlihat ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam tidak segan-segan memakai strategi perang defensif ala Persia yang sama sekali belum dikenal oleh Bangsa Arab sebelumnya.
Keempat, perang Suriah ini akan mengambil nafas yang panjang. Sampai ada yang menyebutnya ini akan menjadi cikal bakal perang dunia ketiga.
Sebagaimana serangan atas Kota Madinah, Rasulullah dikepung selama 50 hari, sampai orang bersu’udzon (berprasangka buruk) pada Allah Subhanahu Wata’ala.
Kelima, selain mengandalkan kekuatan pasukan, umat Islam masih punya Allah yang Maha Besar. Bahwa akan ada petolongan Allah. Yang jika Dia berkehendak, maka “Kun Fayakun” (jadilah).
Tapi sebelum menuju kesana, realisasi syarat hadirnya pertolongan itu mutlak harus terpenuhi.
Hal ini ditunjukkan dengan kerja keras yang dilakukan Rasulullah ketika menggali-parit dalam kondisi musim paceklik.
Lalu strategi memecah kekuatan musuh, ketika seorang Yahudi masuk Islam di masa perang.
Rasulullah menugaskan apa saja yang bisa dilakukan. Akhirya membuat kedua golongan –Yahudi dan Kaum Quraisy– menghilangkan kepercayaan masing-masing sehingga mereka saling curiga.
Lalu Nabi mengajak umat berdoa, bertahan dan tetap teguh tidak lari dari perang.
Dan pertolongan itu turunkan bantuannya dalam bentuk angin topan yang mengusir musuh-musuhnya.
Keenam, membersihkan pengkhianat adalah gerbang utama menuju kemenangan yang datang bertubi-tubi.
Sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam mengsekusi Yahudi Bani Quraizhah di Madinah yang berkhianat. Di mana setelahnya futuhat berjalan dengan mulus tanpa sandungan dari musuh dalam selimut.*
Penulis mahasiswa yang sedang mengambil studi di Madinah