UMMU Hakim binti Harits bin Hisyam bin Mughirah Al-Makhzumiyah memiliki jejak rekam hidup yang terpuji dan reputasi mulia dalam Islam. Ia hidup di antara orang-orang yang memegang teguh kesetiaan dan rela berkorban.
Kedudukannya mengalahkan para pejuang yang mulia. Ia menyumbang andil besar dalam mengangkat kedudukan wanita muslimah pada tingkat yang prestisius. Ia seorang muslimah terhormat, mukminah suci, sahabat yang mulia, ahli ibadah merangkap pejuang wanita dan putri mujahid yang meraih syahid. Yakni mujahid yang menutupi kekurangannya dengan kesetiaan tulus dan pengorbanan besar, yang berbai’at untuk bertempur hingga mati di perang Yarmuk, dan yang lebih mementingkan saudaranya daripada dirinya ketika ia tersungkur di atas tanah dalam keadaan terluka.
Ia merasakan dahaga yang luar biasa saat menghadapi sekarat. Datanglah kepadanya orang yang memberi minum, namun ia melihat Ikrimah bin Abu Jahal melirik air tersebut. Maka ia berkata pada si pemberi minum, “Berikan kepadanya, barangkali ia lebih memerlukan air dibanding aku.” Dan Ikrimah melihat kawannya Ayyasy bin Abi Rabi’ah melihat air itu, maka ia berkata pada si pemberi minum, “Berikan padanya, barangkali ia lebih memerlukan air dibanding aku.” Dan akhirnya sukma mereka naik kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala; masing-masing rela berkorban demi keselamatan saudaranya.
***
Ummu Hakim pernah menikah dengan tiga orang syuhada terbaik. Di usia mudanya, ia menikah dengan putra pamannya, Ikrimah bin Abu Jahal. Ia memiliki kisah dengan suaminya ini yang membuktikan kesetiaannya, baktinya dan keinginan kuatnya agar sang suami masuk Islam dan selamat dari neraka.
Ketika Nabi Muhammad Shalallaahu ‘Alahi Wasallam membebaskan kota Mekah, Ikrimah menghadang satu rombongan pasukan muslimin yang dipimpin putra pamannya sekaligus kawan lamanya, Khalid bin Walid. Untuk beberapa saat keduanya terlibat pertarungan, kemudian Ikrimah lari. Nabi mengumumkan kehalalan darahnya. Maka Ummu Hakim cepat-cepat mendatangi Nabi meminta syafaat dan maaf beliau untuknya. Ia sendiri telah masuk Islam saat Fathu Mekah sesaat sebelum suaminya lari.
Segera ia berusaha menemui suaminya untuk menyampaikan maaf Rasulullah. Sementara itu dalam pelarian, Ikrimah telah sampai di lautan dan naik kapal sebelum Ummu Hakim berhasil menyusulnya. Di tengah pelayaran, ia merenungkan apa yang telah dan sedang terjadi. Ia putar kembali memori peristiwa-peristiwa yang berlangsung sejak dakwah Islam terbit dan mengamatinya dengan seksama.
Tidak disangka, berbagai peristiwa tersebut menggugah perasaannya, menyadarkan tabiatnya dan mengguncang kepribadiannya. Saat tengah tenggelam dalam renungan, tiba-tiba badai besar bertiup mengombang-ambingkan kapal beserta para penumpang.
Dalam situasi kritis ini, para awak kapal berkata kepada para penumpang, “Berdoalah hanya kepada Allah, karena tuhan-tuhan kalian sedikit pun tidak berguna dalam keadaan seperti ini.”
Tampaknya ucapan ini menyentuh hati kecil dalam jiwa Ikrimah. Ia mengatakan –seolah-olah cahaya iman mulaimemancar dalam dadanya–, “Bila hanya keikhlasan (doa kepada Allah) yang mampu menyelamatkanku di tengah samudera, maka tidak ada yang dapat menyelamatkanku di daratan selain Dia. Ya Allah, aku berjanji kepada-Mu, bila Engkau menyelamatkanku dari bahaya yang tengah aku hadapi, aku akan mendatangi Muhammad untuk menyerahkan diri. Dan aku yakin ia pasti memaafkan.”
Allah Yang Mahaluhur lagi Mahakuasa berkenan menyelamatkan Ikrimah dari tenggelam. Ia tiba di Yaman. Sementara itu, istrinya yang sudah mengetahui ke mana Ikrimah pergi, segera menyusulnya. Dan ketika keduanya berjumpa di Yaman, sang istri berkata, “Aku menemuimu dari hadapan orang yang paling suka menyambung hubungan keluarga dan paling murah hati. Ia telah memberimu perlindungan.”
Saat Rasulullah melihat Ikrimah datang dari Yaman dan cahaya Islam terpancar dari wajahnya, beliau berdiri memeluknya sembari mengucapkan, “Selamat datang musafir yang hijrah.”
Dulunya, Rasulullah pernah mengalami suatu mimpi yang menandakan bahwa Ikrimah akan masuk Islam, sungguh-sungguh menjalankan Islam dan memiliki tempat di surga.
Diriwayatkan dari Ummu Salamah bahwa Rasulullah bersabda, “Aku bermimpi melihat sebuah tandan kurma (izq) milik Abu Jahal di surga.” Maka ketika Ikrimah masuk Islam, beliau bersabda, “Wahai Ummu Salamah, inilah ia.”
Izq adalah suatu bagian dari pohon kurma, dan bagian ini ditafsirkan dengan anak. Sebab, surga disediakan bagi orang yang menyerahkan diri kepada Allah, bukan untuk orang yang menghalang-halangi jalan Allah seperti Abu Jahal.
Konon sebagian kaum muslimin berkata tentang diri Ikrimah, “Ini putra musuh Allah, Abu Jahal.” Dan ketika mendengarnya, Ikrimah merasa sakit. Maka ia menemui Rasulullah mengadukan cibiran mereka. Kemudian beliau mengumpulkan mereka lalu berkata, “Jangan kalian mencela orang yang telah mati, karena mencela orang yang telah mati bisa menyakiti orang yang masih hidup.”*/Prof. Dr. Muhammad Bakr Ismail, sebagaimana tertuang dalam bukunya Bidadari 2 Negeri. [Tulisan berikutnya]