BEGITU pula dengan perkataan kita. Ibnu Arabi berkata, “Barangsiapa lisannya diam, tapi hatinya tidak, maka dosanya akan ringan. Barangsiapa lisannya diam dan juga hatinya diam, maka rahasia akan menjadi jelas baginya, dan Allah akan menjadi jelas pula baginya. Barangsiapa hatinya diam, tetapi lisannya tidak, maka dia akan berkata dengan kata hikmah. Barangsiapa yang lisan dan hatinya tidak diam maka itu adalah kekuasaan setan dan ia tunduk kepadanya.
Pada satu kesempatan Rasulullah Shalallaahu ‘Alahi Wasallam memberikan nasihat kepada Abu Dzar, “Jika kau ditanya sesuatu yang tidak kau ketahui, jawablah, ‘Saya tidak mengetahui’, supaya selamat dari tanggung jawabnya, dan jangan memberi jawaban terhadap apa yang tidak kau ketahui, supaya selamat dari siksa Allah pada hari kiamat.”
Wasiat Rasulullah kepada Ali bin Abi Thalib mengenai kejujuran, “Seorang alim memiliki tiga ciri, yaitu perkataan yang jujur, sikap menjauhi barang yang haram, dan tawadhu. Orang yang jujur juga memiliki tiga ciri, yaitu menyembunyikan ibadah, menyembunyikan sedekah, dan menyembunyikan musibah.”
Maka, betapa pentingnya kejujuran dalam hidup ini sehingga Rasulullah saw bersabda, “Perhatikanlah kejujuran. Apabila kamu memandang bahwa kebinasaan berada di dalam kejujuran, sebenarnya di dalamnyalah keselamatan.”
Oleh karena itu, janganlah kita takut tidak punya rezeki, tapi takutlah apabila kita tidak jujur dalam cara mendapatkan rezeki karena bukankah Allah Yang Maha kuasa tidak pernah lalai dalam mengatur rezeki setiap makhluk-Nya, seperti yang telah disabdakan, “Tidak diciptakan makhluk, melainkan juga dengan rezekinya.”
Janganlah pula kita takut tidak punya jabatan, tapi takutlah apabila kita tidak jujur dalam memperoleh jabatan. Janganlah kita takut tidak punya popularitas, tapi takutlah apabila saat popularitas menghinggapi kita malah membohongi diri kita sendiri dengan membanggakan diri secara berlebih-lebihan seolah-olah kita sukses semata-mata karena kepandaian diri kita sendiri, padahal bukankah popularitas itu hanyalah titipan dari Allah semata? Tiada orang yang tersiksa dalam hidup ini, kecuali orang yang tidak jujur pada diri sendiri.
Demikian pula dengan janji. Setiap janji haruslah ditepati, karena sifatnya sama dengan utang. Barangsiapa yang berutang maka akan terus ditagih pembayarannya sampai yang memberi utang itu menghapus utang-utangnya. Begitu pula dengan janji, akan terus ditagih pelaksanaannya sampai yang diberi janji itu melupakan janji tersebut.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Betapa kebohongan kecil yang dilakukan hanya akan menghasilkan kebohongan demi kebohongan. Karena kebohongan yang telah dilakukan tidak dapat ditutupi dengan kejujuran, kecuali dengan mengakui bahwa dirinya telah berbohong.
Betapa menderitanya orang yang hidup dengan kebohongan. Pikirannya akan lelah karena harus terus mencari kebohongan-kebohongan berikut untuk menutupi kebohongan-kebohongan yang telah dilakukan sebelumnya. Maka, jadilah orang yang jujur, walaupun kita memiliki kesalahan. Sesungguhnya jujur itu adalah tanda bahwa kita bertanggung jawab dan jujur itu ternyata lebih disukai Allah dan sesama kita.*/H.M Komarudin Chalil, dari bukunya Beranda Bahagia-Menghimpun Energi Kata dan Cinta.