Oleh: Muhaimin Iqbal
SEHARI setelah umat muslim dunia merayakan Idul Adha 1434 H, dunia memperingati apa yang disebutnya Hari Pangan Dunia 16/10/2013. Yang menarik dari Hari Pangan Dunia ini adalah terungkapnya data detil pangan dunia oleh FAO, yang mestinya paling tidak bisa jadi masukan bagi para pengambil kebijakan dalam urusan pangan ini. Di antara data tersebut adalah bahwa dari 842 juta orang yang masih kekurangan pangan di dunia saat ini, 22.3 juta di antaranya adalah ada di negeri ini .
Data ini mengingatkan kita betapa pentingnya kita untuk bisa melihat di sekitar kita, bahwa ternyata masih banyak penduduk negeri ini yang masih kekurangan pangan. Tanggung jawab siapa ini ?, para pemimpin tentu memiliki tanggung jawab yang lebih – tetapi kita juga ikut bertanggung jawab bila di antara tetangga kita ada yang kelaparan.
Selain 22.3 juta orang masih kekurangan pangan di negeri ini tersebut, secara umum rata-rata penduduk negeri ini juga mengkonsumsi jauh lebih sedikit protein dari rata-rata yang dikonsumsi penduduk dunia. Rata-rata penduduk dunia mengkonsumi protein 79 gram/cap/hari , sementara kita hanya mengknsumsi 58 gram/cap/hari. Di Asia tenggara konsumsi protein kita terendah kedua setelah Timor Leste.
Konsumsi protein hewani malah lebih jauh lagi gap-nya, dengan rata-rata konsumsi protein hewani dunia pada angka 31 gram/cap/hari di Indonesia kita hanya mengkonsumsi 16 gram/cap/hari.
Kita tahu bahwa protein ini berperan utama dalam membangun tubuh, maka perbedaan yang sangat significant dengan rata-rata konsumsi protein dunia membuat rata-rata kita juga ketinggalan dalam pertumbuhan fisik kita dibandingkan dengan rata-rata penduduk dunia. Perbedaan ini mudah dibuktikan manakala kita menonton sepakbola atau ketika kita berebut mencium hajar aswad saat menunaikan ibadah haji atau umrah.
Seperti janji Allah, di bumi ini sebenarnya tersedia bahan makanan yang cukup bagi seluruh makhlukNya – kedhaliman manusia yang berbuat kerusakan di bumilah yang membuat sebagian orang tidak mendapatkan haknya.
Ini juga diakui FAO, bahwa hingga kini kekurangan pangan di dunia bukan masalah produksi – tetapi hanya masalah distribusi. Sekitar 1.3 milyar ton makanan dunia terbuang dan ini kurang lebih setara dengan 1/3 produksi pangan dunia. Untuk memberi makan pada 842 juta orang yang kelaparan tersebut di atas sebenarnya cukup dengan hanya ¼ dari yang terbuang tersebut.
Selain unsur-unsur makro karbohidrat, lemak dan protein saat ini ada sekitar 2 milyar orang di dunia kekurangan unsur mikro yaitu vitamin dan mineral. Di Indonesia saja jumlah orang yang kekurangan vitamin dan mineral ini bisa mencapai 53 juta orang. Hal ini logis saja, karena ketika kita masih keteteran mengurusi pangan utama yaitu karbohidrat, lemak dan protein; yang bersifat mikro seperti vitamin dan mineral pasti kurang perhatian.
Lantas apa yang bisa dilakukan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan tersebut? Ada dua hal yang musti dilakukan baik oleh pemerintah atau pihak yang berwenang maupun oleh masyarakat itu sendiri.
Dua hal tersebut adalah penguasaan produksi dan penguasaan pasar. Untuk masalah produksi, tidak ada yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhan pangan kita – baik yang makro maupun yang mikro – selain memenuhinya dari produksi kita sendiri.
Tanah kita rata-rata Alhamdulillah subur, kalau toh ada yang tidak subur – Alhamdulillah kita masih dikaruniai hujan – dari hujan inilah kita diberi modal utama untuk memakmurkan bumi – bahkan dari kondisi matinya sekalipun (QS 36 : 33; 50 : 9 dlsb).
Bumi kita insyaAllah cukup untuk menanam seluruh tanaman yang kita butuhkan dalam memenuhi segala unsur pangan kita baik yang makro maupun yang mikro. Kita-pun mustinya bisa menanam tanaman-tanaman yang dibutuhkan untuk pakan ternak kita secara cukup sehingga kita juga tidak harus kekurangan protein hewani.
Tetapi produksi hanyalah satu sisi mata uang, yang tidak lengkap bila tidak dilengkapi sisi lainnya yaitu pasar. Pasar yang tertutup, yang termonopoli, yang dikuasai kartel, yang didominasi pemain yang kuat, yang tidak diawasi secara adil dlsb . akan men-discourage petani untuk menanam tanaman-tanaman yang kita semua membutuhkannya tersebut.
Maka urusan para penguasalah yang seharusnya membuat pasar yang adil dan memberi kesempatan pada seluruh umat ini. Tetapi bila mereka-pun lalai dalam melaksanakan tugasnya yang satu ini, maka menjadi tanggung jawab kita semua untuk melaksanakannya.
Dari kombinasi teknologi telekomunikasi yang ada sekarang, sosial media, berkembangnya komunitas-komunitas, berkembangnya kehidupan berjamaah dlsb. ini semua bisa menjadi peluang untuk kembali menghadirkan pasar yang ideal untuk umat. Pasar yang dipagari dengan fala yuntaqashanna wala yudrabanna, yaitu pasar yang adil dan memberi kesempatan pada semua orang, yang tidak membebani para pedagangnya dengan aneka beban, pasar yang diawasi oleh pengawas pasar berdasarkan syariat (Muhtasib).
Dengan dua hal inilah – penguasaan produksi dan penguasaan pasar – insyaAllah kita bisa ikut bersama-sama memberi makan di hari kelaparan, yang dengannya semoga Allah ridlo dan memasukkan kita ke dalam golongan kanan (QS 90 : 11-18), Amin.*
Penulis adalah Direktur Gerai Dinar