Oleh : Muhaimin Iqbal
KETAHANAN pangan itu seperti sebuah puzzle besar yang pieces-nya dijamin tersedia di sekitar kita secara cukup, namun kita musti bisa menaruh setiap piece yang ada di tempat yang seharusnya. Bila kita bisa melakukannya, maka gambar besar yang indah akan tercipta – dalam bentuk semua orang bisa makan. Sebaliknya bila kita tidak bisa melakukannya, maka yang terjadi seperti dunia sat ini. Sekitar 800 juta orang masih lapar di dunia dan sekitar 20 juta diantaranya di negeri ini. Lantas apa yang menjadi kunci dari ketahanan pangan ini?
Bagaimana kita bisa menyusun piece by piece secara benar dari begitu banyak pieces yang berserekan di sekitar kita? Itulah gunanya petunjuk. Maka hanya dengan mengikuti petunjukNya-lah kita bisa mengelola masalah yang kompleks seperti ketahanan pangan ini, karena ilmu manusia tidak akan pernah cukup untuk melakukannya – bila tidak disertai petunjukNya.
Mengapa ilmu saja manusia tidak akan pernah cukup? Saya gambarkan situasinya begini. Masalah ketahanan pangan ini setidaknya meliputi ilmu pertanian, ilmu pangan, ilmu gizi, ilmu ekonomi, ilmu perdagangan, politik dlsb. Masing-masing sarjana yang menyelesaikan bidang-bidang keilmuan tersebut sampai lulus mereka diuji dengan ilmu yang tertuang di sekitar 40-an textbook, kalau ditumpuk sekitar 1 meter.
Bila ada 7 bidang keilmuan, maka ada textbook setebal kurang lebih 7 meter kalau digabungkan semuanya menjadi satu. Bila sarjana 7 bidang ini bergabung berusaha menyelesaikan urusan ketahanan pangan, apakah masalah akan teratasi? Nampaknya tidak, terbukti dari masih tingginya tingkat kelaparan tersebut di atas.
Di lain pihak ada Al-Quran sebagai sumber segala sumber ilmu, meskipun Al-Quran rata-rata hanya setebal 3 cm – tetapi isinya jauh lebih lengkap dari textbook yang 7 meter tersebut atau bahkan seluruh textbook dari seluruh bidang ilmu digabungkan dan ditumpuk menjadi satu.
Kok bisa? Satu kitab memberikan jawaban untuk semua persoalan seperti yang dijanjikanNya (QS 16:89)? Termasuk masalah yang tidak terpecahkan seandainya seluruh textbook dari seluruh bidang keilmuan-pun (selain Al-Quran) digabung?
Itulah efektifitasnya Al-Quran, dalam setiap ayat bahkan kata dan huruf masing-masing menjadi sumber ilmu tersendiri. Apalagi ketika ayat-ayat dirangkai menjadi ilmu yang diamalkan, dia mengundang hikmah yang hanya diberikan olehNya kepada siapa yang dikehendaki (QS 2:269).
Sama seperti angka yang hanya ada 10 yaitu dari angka ‘0’ sampai angka ‘9’ , tetapi dengan angka yang hanya 10 ini Anda bisa menuliskan angka berapapun tanpa batas. Demikianlah kurang lebih ilmu tanpa batas yang bisa disusun dari 6,600-an ayat yang ada di dalam Al-Quran.
Jadi ilmu yang tanpa batas itu lahir melalui rangkaian, urutan, kombinasi dan permutasi dari ribuan ayat yang ada di dalam Al-Quran tersebut. Kalau kita bisa memahami sebagian kecil saja dari ilmu yang tanpa batas ini, maka masalah-masalah besar sudah akan bisa dipecahkan.
Sekarang kita coba memahami petunjukNya untuk menyelesaikan masalah ketahanan pangan yang menjadi isu penting dunia. Secara umum yang dimaksud ketahanan pangan itu meliputi ketersediaan, keamanan dan keterjangkauannya.
Mengapa pangan yang ada di dunia saat ini cenderung tidak tersedia dengan cukup? Bila dijawab dengan ilmu manusia, jawaban untuk ini akan tergantung pada kepada siapa pertanyaan diajukan dan latar belakang keilmuannya. Karena jawaban yang berbeda-beda inilah maka para teknokrat dan birokrat sulit untuk mencapai satu kata dalam mengatasi masalah besar bersama ini.
Bila pertanyaannya diajukan ke ahli Al-Quran, jawabannya-pun masih bisa merefer kepada sejumlah ayat yang berbeda. Tetapi karena dijamin oleh Allah – tidak ada ayat Al-Quran yang saling bertentangan (QS 4:82), maka ketemu ayat di surat apapun akan saling menguatkan satu sama lain – jawabannya akan konvergen menuju satu solusi yang sama.
Kita ambil contoh misalnya untuk urusan pangan yang sangat detil dan jelas ada di rangkian ayat-ayat surat ‘Abasa mulai dari ayat 24 sampai 32, bahkan ada perintah langsung untuk memperhatikan makanan kita di rangkian ayat ini. Maka satu surat pendek ini saja insyaAllah cukup untuk mengatasi problem kita sebenarnya.
Bila di tulisan Sumber Rezeki Berlapis-lapis (9/12/15) saya fokus pada kandungan zat-zat yang ada di dalam masing-masing tanaman yang disebutkan di rangkian ayat tersebut , pada tulisan ini saya tekankan pada aspek produksinya.* (BERSAMBUNG)
Penulis adalah Direktur Gerai Dinar