Assalamu’alaikum wr wb
Kakak saya termasuk wanita yang beruntung karena telah mendapatkan jodoh lelaki yang kaya, setidak-tidaknya dalam pandangan saya dan kebanyakan orang di sekitar saya. Akan tetapi, lagi-lagi menurut saya, pakaian yang digunakan sangatlah sederhana. Terkesan murahan, bahkan asal-asalan. Berkali-kali saya ingatkan, tetapi dia selalu beralasan bahwa Islam mengajarkan kesederhanaan. Saya minta pendapat Ustadz mengenai kesederhanaan dalam berpakaian dan berhias. Atas perhatian dan jawabannya saya ucapkan terimakasih.
VR | Bekasi
Wa’alaikum salam wr wb
Islam membolehkan Muslim menikmati perhiasan, pakaian, dan segala asesorisnya. Bahkan Allah menantang mereka yang suka mengharamkan perhiasan yang telah dihalalkannya.
قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ ٱللَّهِ ٱلَّتِىٓ أَخْرَجَ لِعِبَادِهِۦ وَٱلطَّيِّبَٰتِ مِنَ ٱلرِّزْقِ ۚ
“Katakanlah! Siapakah yang berani mengharamkan perhiasan Allah yang telah diberikan kepada hamba-hambaNya dan beberapa rezeki yang baik itu? ( QS: al-A’raf {7}: 32)
Tujuan utama berbusana dalam Islam itu ada dua, yaitu menutup aurat dan sebagai perhiasan.
يَٰبَنِىٓ ءَادَمَ قَدْ أَنزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَٰرِى سَوْءَٰتِكُمْ وَرِيشًا ۖ وَلِبَاسُ ٱلتَّقْوَىٰ ذَٰلِكَ خَيْرٌ ۚ ذَٰلِكَ مِنْ ءَايَٰتِ ٱللَّهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ
“Hai anak Adam, sungguh telah kami turunkan kepada kalian pakaian yang menutup aurat dan perhiasan…” (Al-A’raf [7}: 26).
Pada dasarnya, menutup aurat itu merupakan fitrah. Orang yang memelihara dan menjaga fitrah dan kesucian diri akan merasa malu dan risih jika terlihat auratnya. Inilah cara setan menggoda keimanan manusia, yaitu dengan menggerogoti rasa malu. Orang yang tidak memiliki rasa malu akan berbuat apa saja.
Menutup aurat hendaknya menjadi kebiasaan dan keseharian. Artinya, seorang Muslim baik saat berada di tempat umum maupun saat sendirian hendaknya tetap menjaga auratnya. Rasa malu hendaknya menjadi habit atau kebiasaan sehai-hari.
“Wahai Rasulullah, aurat-aurat kami, apa yang kami tutup dan apa pula yang kami biarkan?”
Rasulullah menjawab, “Jagalah auratmu kecuali terhadap istri atau budak yang kau miliki.”
Saya bertanya lagi, “Wahai Rasulullah, bagaimana kalau suatu kaum sedang dalam kebersamaan (dalam perjalanan, misalnya)?”
Beliau menjawab, “Jika engkau bisa untuk tidak seorangpun meihatnya, usahakan untuk tidak melihatnya.”
Saya bertanya lagi, “Bagaimana jika salah seorang di antara kami sedang sendirian?”
Rasulullah menjawab, “Allah lebih berhak untuk ia merasa malu kepada-Nya.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah, Al-Hakim, dan Baihaqi).
Selain untuk menutup aurat, pakaian juga berfungsi sebagai perhiasan. Seorang Muslim hendaknya memperhatikan penampilannya, termasuk kebersihan dan keindahannya. Tidak cukup hanya dengan menutup aurat, tapi mestilah mereka juga tampil bersih, rapi, dan indah.
“Bersih-bersihlah kalian, karena Islam itu bersih.” (Riwayat Ibnu Hibban).
Ketika seorang lelaki yang rambut dan jenggotnya kusut, beliau menginsyaratkan agar terlebih dahulu membersihkan diri dan merapikan rambutnya. Setelah bersih dan rapi beliau bersabda, “Nah, bukankah yang seperti ini lebih baik daripada jika di antara kalian datang dengan rambut kusut masai seperti setan?” (Imam Malik dalam kitab Muwattho’).
Bagaimana dengan pakaian murahan? Dahulu, ada lelaki datang kepada Rasululla dengan pakaian murahan, Rasulullah bertanya, “Apakah kamu punya harta?” “Ya, jawabnya. “Harta apa saja?” Tanya Rasulullah berikutnya. “Segala macam harta telah diberikan Alah keadaku,” jawabnya lagi. Rasulullah bersabda, “Apabila Allah telah menganugerahkan harta kepadamu, hendaklah kamu perlihatkan nikmat dan anugerah Allah tersebut.” (Riwayat Nasai).
Jangan sembunyikan nikmat Allah yang telah dikaruniakan kepada kita dengan cara berpenampilan murahan. Yang penting, jangan berlebih-lebihan dan jangan sombong. Syukuri nikmat Allah dengan penampilan yang syar’i, anggun, bersih, rapi, dan berwibawa.*
Ust Hamim Thohari, Anggota Dewan Pertimbangan DPP Hidayatullah