HAL paling mulia bagi manusia setelah agamanya adalah kehormatannya. Bahkan, kehormatan itu bagian dari agamanya. Menjaga kehormatan merupakan salah satu tiang agama yang sangat penting, sementara cemburu merupakan salah satu tanda keimanan.
Para sahabat Rasul Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam adalah orang yang paling pencemburu pada kehormatannya, dan dalil yang menunjukkan hal itu adalah hadist yang diriwayatkan dari Rasul Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam bahwa beliau suatu hari pernah bersabda kepada para sahabatnya, “Bila salah satu dari kalian ingin menggauli istrinya lalu menemukan sesuatu yang meragukannya, maka bersyahadatlah empat kali.” Lalu Sa’ad ibn Mu`adz berdiri sambil memprotes dan berkata, “Tidak, wahai Rasulullah. Apakah ketika aku ingin menggauli istriku lalu menemukan sesuatu yang meragukanku, lalu aku menunggu sampai aku selesai bersyahadat empat kali. Demi Tuhan yang mengutusmu dengan benar, bila aku melihat sesuatu yang meragukanku pada istriku, maka pastilah aku melepaskan kepalanya dari tubuhnya, dan setelah itu hendaknya Allah berbuat kepada-Ku sekehendak-Nya.”
Rasul pun tidak membantah protesnya demi kehormatannya, bahkan beliau tersenyum dan bersabda, “Sesungguhnya Sa`ad benar-benar cemburu, dan sesungguhnya aku lebih cemburu daripada Sa`ad, sedangkan Allah lebih cemburu dari semuanya, dan kecemburuan Allah adalah bila larangan-Nya dikerjakan.”
Benar seorang penyair yang bijak ketika bersyair,
Kehormatan yang luhur tidak akan lepas dari gangguan, sampai darah mengalir di sampingnya.
Saudaraku, bila Anda mengetahui hal itu dan Anda cemburu pada agama dan kehormatan Anda, maka mudahlah bagi Anda mengutamakan keduanya dengan jiwa dan darah Anda sebelum pangkat dan harta serta anak Anda. Karena kehormatan itu suci, maka orang yang mengharamkannya berarti telah mengharamkan kehidupan yang mulia, dan orang yang mengharamkan kehidupan yang mulia adalah lebih rusak daripada binatang.
Bila Anda telah memuliakan kehormatan Anda sampai pada batasan ini, maka anggaplah kehormatan orang lain sama-sama suci seperti kehormatan Anda sendiri karena kehormatan mereka semua setara dengan kehormatan Anda. Maka tebuslah kehormatan mereka seperti Anda menebus kehormatan Anda, dan hendaknya Anda membela kehormatan itu dari para penghina yang menerkam kehormatan manusia sehingga mereka merusak kesuciannya, menginjak-nginjak kemuliaannya, dan mengotori keutamaannya.
Hal-hal yang menjadikan mereka menginginkan kehormatan manusia lainnya dan kesuciannya adalah:
l. Peremehan para pemilik kehormatan dalam menjaga kehormatannya, baik karena kehilangan kecemburuan dari jiwanya, lemahnya keinginan dalam hatinya, mengabaikan pendidikan agama yang dianggap sebagai pagar pertama untuk menjaga kehormatan, membolehkan istri dan anak perempuan mereka untuk keluar rumah sambil bersolek dan tidak memakai jilbab sehingga para lelaki dan pemuda menging mereka dan memudahkan jalan penerkaman manusia serigala atas mereka.
2. Fenomena senda gurau dan kelakar yang nampak pada para istri dan anak gadis dalam hal pakaian, perkataan, sampai cara berjalan dan pergaulannya. Oleh karena itu, Islam menekankan agar perempuan menyembunyikan segala apa yang membuat para lelaki menginginkannya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman kepada semua istri tentang kepribadian istri-istri Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam: “Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkannlah perkataan yang baik. Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu.” (QS 33: 32-33).
Oleh karena itu hendaknya perempuan muslimah mengubah suaranya yang merdu bila terpaksa harus berbicara di hadapan lelaki, karena suara yang merdu merupakan jalan ketertarikan lelaki. Oleh karena itu, para lelaki berkata, “Ada kalanya telinga lebih menarik daripada mata.”
3. Percampuran yang merajalela di antara dua jenis, terutama di antara keluarga dan teman atas nama kunjungan keluarga. Percampuran ini terkadang sampai pada kesendirian antara lelaki dan perempuan, dan kesendirian ini lebih merusak akhlak. Oleh karena itu Rasul Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Tidaklah seorang lelaki menyendiri dengan seorang perempuan kecuali setan menjadi yang ketiganya.”
Percampuran dan kesendirian ini sama-sama sangat dilarang dalam Islam, terutama bila tidak adanya pengawasan; pengawasan keluarga dan pengawasan hati. Percampuran dengan segala bentuknya itu sekarang menjadi malapetaka dan orang yang menolaknya dituduh terbelakang dan kuno serta tidak maju pada zamannya.
Tentang hal ini sangatlah cocok bagi kita sabda Rasul dalam berita kenabiannya yang lalu, “Bagaimana keadaan kalian bila diperintahkan untuk berbuat kemungkaran dan dicegah dari kebaikan.” Lebih dari itu, beliau bersabda, “Akan datang kepada manusia suatu masa yang di dalamnya muncul perbuatan keji di jalan-jalan, sampai-sampai salah seorang dari mereka berkata kepada pelakunya, ‘Kalau saja aku dapat menyingkirkannya dari jalan.’ Orang itu seperti Abu Bakar dan `Umar.”
4. Kehilangan pendidikan agama dalam keluarga atau kelemahannya. Maka kita harus banyak memperhatikan pendidikan anak-anak kita dengan pendidikan agama yang sebenarnya; menyiapkan anak-anak perempuan salehah, yang bukan hanya untuk dirinya saja tetapi juga untuk masyarakatnya; menjelaskan kepada mereka secara jelas dan terang tentang pentingnya kehormatan dan kemuliaan bagi mereka, khususnya bagi istri dan anak gadis; tidak memperbolehkan mereka keluar rumah sambil bersolek dan tidak berjilbab sekalipun mereka memiliki alasan.
Sekalipun semua orang membenci kita dan taqlid masyarakat menentang kita, tetapi saya mengetahui bahwa penentangan terhadap segala taqlid adalah tanjakan jalan yang dilalui para orang tua ketika ingin mengarahkan anak lelaki dan perempuannya. Tetapi kuatnya keinginan di antara kita dan perasaan puas kita dengan apa yang kita seru serta luhurnya tujuan yang ingin kita capai akan menambah keteguhan kita untuk berpegang pada apa yang kita inginkan sekalipun banyak tanjakan dan kesulitan.
Hendaknya kita menghilangkan fenomena penyimpangan dan pengumbaran nafsu, yang para istri dan anak gadis berlomba di dalamnya, terutama di antara siswi sekolah dan perguruan tinggi. Hendaknya kita juga menghilangkan percampuran yang merajalela faktor-faktornya di antara muda mudi. Hal ini bisa dilakukan dengan cara persahabatan, saling mengunjungi, ceramah, rekreasi, olahraga dan cara lainnya.
Kita akan menemukan di hadapan kita orang yang meletakkan batu sandungan di tengah jalan pelaksanaan program yang suci ini. Tetapi kepuasan perasaan kita dengan luhurnya pemikiran dan permintaan tolong kita kepada Tuhan akan banyak memudahkan kita dalam menempuh segala tanjakan dan kesulitan itu.*Sayyid Muhammad bin ‘Alawi al-Maliki, dari bukunya Surga Bernama Keluarga-Membina Rumah Tangga Islami.