Hidayatullah.com–Keresahan meluasnya ajaran Syiah rupanya ikut membuat cemas jamaah Masjid Baiturrahman, Gedung MPR/DPR RI, Jakarta. Belum lama ini, tepatnya hari Jum’at (24/10/2014), jamaah resah setelah beberapa orang tak dikenal membagikan buku karangan Abdullah bin Muhammad.
“Kami perwakilan dari para muhsinin (penderma) yang peduli terhadap aliran sesat,” jelas Aisyah, Koordinator pembagian buku “Siapa Syiah Itu? seusai shalat Jum’at.
Ia datang dengan beberapa kawannnya yang merasa prihatin tersebarnya paham Syiah di Indonesia. Karena itulah mereka menyiapkan empat ribu buku untuk dibagikan pada jamaah shalat Jum’at.
Penawaran pada jamaah dilakukan di depan pintu masuk masjid di beberapa titik.
Ada di antara mereka tanpa banyak komentar langsung menerimanya. Ada juga yang menitipkan pada petugas karena hendak berwudhu. Setelah itu mereka kembali mengambil buku yang masih di tangan petugas. Seusai berwudhu, petugas yang berjagapun mengingatkan jamaah untuk mengambil buku tersebut.
Tanggapan jamaah shalat Jum’at beragam. Rata-rata mereka menerima buku begitu saja untuk kemudian terburu-buru masuk ke dalam ruang ibadah utama.
Cukup banyak juga jamaah yang kritis terhadap pembagian buku. “Ini maksudnya nyuruh kami ikut ajaran Syiah atau gimana?” Petugas yang ditanya menjawab, “Bukan Pak. Justru ini untuk mewaspadai Syiah,” tukasnya. Pria itu menjawab, “Oh, bagus, bagus,”ulasnya.
Muhammad Saleh, penjaga penitipan sepatu menyangkan pembagian buku di saat anggota DPR/MPR sedang tidak aktif.
”Banyak anggota pulang ke daerahnya masing-masing,”ungkap.
Pria yang sudah delapan tahun bekerja di tempat penitipan sepatu ini menambahkan, “Sekitar bulan Januari 2015, anggota mulai banyak sidang. Biasanya kalau shalat Jum’at, penuh sampai ke luar masjid. Karpet juga digelar sampai di luar,”tukasnya.
Aisyah menekankan, umat Islam perlu waspada dengan perayaan hari Asyura di 10 Muharram. Bagi orang Syiah 10 Muharram adalah peristiwa yang tidak dapat mereka lupakan dan mereka menganggap sebagai hari agung yang wajib diperingati setiap tahunnya. Pada hari itu Husain bin Ali terbunuh dalam peperangan di Karbala.
Menurutnya, ritual ‘Asyura, amat mengerikan dengan menyiksa diri dengan benda-benda keras dan tajam. Semangat untuk menyakiti dan melukai tubuh sendiri akan kian terlucut dengan rangsangan sya’ir-sya’ir kisah terbunuhnya Husain bin ‘Ali Radhiyallahu ‘anhu di padang Karbala sebagaimana diyakini Syi’ah.
Aisyah yang aktif di berbagai pengajian itu mengatakan, umat Islam perlu mengetahui betapa berbahayanya Syiah. Dipilihnya Masjid Baiturrahman, tambah Aisyah, karena lokasinya banyak didatangi oleh jamaah dari berbagai perkantoran disekitarnya. Dalam pantauan hidayatullah.com, pegawai dari Kementrian Kehutanan, awak media televisi yang bertugas meliput di DPR, anggota Kepolisian serta banyak karyawan perkantoran sekitar wilayah gedung, berdatangan ke masjid itu.
Buku “Siapakah Syiah itu?” yang dibawanya, dimaksudkan melengkapi buku “Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syiah di Indonesia, terbitan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Ia juga berharap ada anggota DPR yang bisa menerima buku itu. “Bisa jadi, banyak anggota DPR yang tidak mengetahui Syiah yang sebenarnya karena mereka bertakiyah. Apalagi Syiah sudah punya legalitas di Kementrian Kehakiman dengan nama sebuah yayasan,”jelasnya.
Masyarakat lanjut Aisyah, perlu mencermati keberadaan orang-orang Syiah yang begitu halus ajarannya.
“Orang cuma tahu Syiah itu mencintai Ali. Tapi banyak yang tidak tahu bahwa posisi Ali dalam Syiah lebih tinggi dari Nabi Muhammad,”jelas Aisyah di sela-sela pembagian buku.
Aisyah mengaku memilih pembagian buku sebagai jalan dakwahnya. Menurutnya, pilihan seperti ini bisa ditiru pegiat dakwah lainnya.
“Kita bisa bantu MUI melalui hal semacam ini,”ulasnya.*