Hidayatullah.com–Setelah Kota Depok dan Kota Balikpapan mengeluarkan larangan perayaan Valentine’s Day, giliran Kota Bandung mengeluarkan kebijakan yang sama. Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung,Dr.H.Elih Sudiapermana,M.Pd telah mengeluarkan surat edaran (SE) bernomor 420/0824.Disdik/2016 tentang larangan berhari kasih sayang (Valentine’s Day) pada Jum’at (12/2/2016).
Surat yang ditujukan kepada Kepala SD,SMP,SMA dan SMK se-Kota Bandung tersebut berisi larangan sekelolah atau siswa/siswi untuk mengadakan perayaan Hari Kasih Sayang (Valentine’s Day) yang biasanya diperingati 14 Februari dann untuk ini akan jatuh pada hari Ahad lusa.
Elih juga menghimbau kepada para Kepala Sekolah agar memberikan penjelasan dan bimbingan kepada para siswa dan orang tuaa murid agar lebih dipahami latar belakang dan maknanya secara normatif. Ia juga menegaskan apabila ada siswa atau siswi yang tetap merayakan Valentine’s Day agar diberi sanksi sesuai tata tertib dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Selain itu dirinya meminta kepada para Kepala Bidang (Kabid) agar memastikan surat tersebut sampai juga ke sekolah-sekolah swasta di Kota Bandung dengan memberikan normative yang telah ia tegaskan sebelumnya.
“Surat edaran ini jangan sampai memunculkan atau dipelintir dengan isu SARA dan HAM. Larangan ini semata-mata dalam rangka proses pendidikan akhlak atau karakter bagi peserta didik (pelajar). Perlu ingat hari itu ( 14 Februari,red) baik oleh pemerintah atau Negara maupun dalam keagamaan tidak masuk ketetapan hari-hari yang dirayakan sehingga tidak perlu dirayakan atau diperingati khususnya oleh para pelajar,” jelasnya Elih kepada hidayatullah.com melalui pesan singkat, Sabtu (13/2/2016).
Ia menambahkan siswa atau para pelajar sebagai insane terdidik dan terpelajar diharapkan selalu dapat memilih dan memilah perilaku yang dijadikan rujukan dengan pemahaman yang utuh dan mendalam. Elih berharap generasi muda khususnya para pelajar bukan sekedar ikut-ikutan mode namun harus mampu mempertimbangkan nilai baik buruknya serta manfaat maslahatnya, baik untuk kehidupan dunia maupun utamanya di kehidupan akhirat kelak. Untuk bisa tahu baik buruk atau manfaat maslahat tersebut, Elih berharap para pelajar bisa mencari tahu dengan bertanya atau membaca literatur yang ada. Di sekolah para siswa bisa bertanya pada guru sementara di rumah bertanya pada orang tuaa.
“Anak-anak sebagai generasi penerus bangsa harus belajar berpikir futuristik bukan untuk di dunia saja tetapi berpikir untuk masa depan yang lebih hakiki,” pungkasnya.*