Imam Ibnu Al-Jauziy menuturkan kisah menarik yang menunjukkan betapa seriusnya persiapan para salafush-shalih dalam menghadapi 10 hari terakhir bulan Ramadhan
Mahmud Budi Setiawan
Hidayatullah.com — Pada bulan Ramadhan secara umum, salafush-shalih mengisinya dengan penuh kesungguhan. Terlebih ketika sudah memasuki 10 hari terakhir bulan Ramadhan.
Dalam kitab “at-Tabshirah”, Imam Ibnu Al-Jauziy menuturkan kisah menarik yang menunjukkan betapa seriusnya persiapan para salafush-shalih dalam menghadapi sepuluh terakhir bulan Ramadhan yang mana di dalamnya ada Lailatul-Qadar (Malam Kemulian).
Mereka bukan saja menyiapkan diri dengan aneka ibadah dan kebersihan batin, tapi juga persiapan fisik dengan wewangian dan baju bagus di samping kebersihan hati dan batin mereka. Simak catatan Ibnu Jauzi berikut ini:
وَقَدْ كَانَ السَّلَفُ يَتَأَهَّبُونَ لَهَا
“(Generasi) salaf mempersiapkan diri untuknya.” Maksudnya, pada 10 hari terakhir Ramadhan untuk memburu Lailatul-Qadar.
Membeli Baju Terbaik dan Khatam Al-Quran
Kemudian beliau menyebutkan beberapa contoh. Sahabat bernama Tamim Ad-Dariy misalnya, memiliki baju bagus dan baru seharga seribu dirham yang dipakai pada malam yang berpotensi besar turun Lailatul-Qadar. Dalam kitab “Shifatu Shafwah” karya Ibnu Jauzi dijelaskan juga bahwa Tamim ini juga mampu mengkhatamkan Al-Qur`an dalam satu rakaat, sebagaimana penuturan Muhammad bin Sirin.
Mandi dan Memakai Parfum
Rupanya bukan hanya baju yang dipersiapkan, mereka juga mandi, memakai wewangian, di samping baju yang terbaik yang dimiliki. Sebagaimana yang dilakukan oleh Tsabit bin Humaid.
Keterangan ini senada dengan cerita Ibnu Jarir. Kata beliau mereka, maksudnya salafush-shalih, biasa mandi pada setiap 10 malam terakhir Ramadhan. Contohnya adalah An-Nakhai. Beliau mandi, memakai minyak wangi, dan seterusnya untuk menyambut malam kemuliaan pada sepuluh akhir Ramadhan. (Ibnu Rajab, Lathaaifu al-Ma’aarif, I/189).
Anas bin Malik juga memiliki kebiasaan unik seperti itu. Apabila sudah masuk malam 24, beliau mandi, memakai wewangian kemudian memaka baju khusus yang hanya dipakai khusus pada malam-malam yang berpotensi besar Lailatul-Qadar turun. Ketika baju itu selesai dipakai, paginya dilipat kembali dan akan dipakai lagi di masa mendatang.
Sedangkan Ayyub as-Sikhtiyani mandi pada malam 23 dan 24. Beliau memakai dua baju baru. Demikian juga Tsabit Al-Bannaaniy dan Hamid Thawil, beliau berdua memaka baju terbaik yang dimiliki serta memakai wewanginan dan menyemprot masjid dengan wewangian asap dan semacamnya pada malam yang berpotensi besar turun Lailatul-Qadar.
Pakaian dari Kain Kafan
Ada juga kisah yang cukup mencengangkan. Menurut penuturan Hisyam yang bersumber dari Hafshah, dikatakan bahwa Hafshah binti Sirin memiliki kain kafan yang dipakai saat sedang haji, ihram demikian juga dipakai ketika 10 hari terakhir bulan Ramadhan pada malam hari. Perhatikan persiapan beliau, seoalah-olah sudah siap menyambut kematian pada sepuluh akhir bulan Ramadhan dengan memakai pakaian dari kain kafan. (Shifatu ash-Shafwah, Ibnu Jauzi)
Banyak Mengkhatamkan Al-Quran
Pada sepuluh terakhir bulan Ramadhan mereka juga gencar membaca Al-Quran. An-Nakha’i misalnya pada momen seperti ini khatam tiap dua malam sekali. Adapun Qatadah bisa mengkhatamkan Al-Quran setiap hari pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan (Lathaifu al-Ma’arif).
Bahkan ada seorang bernama Kahmas bin Hasan mampu mengkhatamkan Al-Quran sepanjang bulan Ramadhan sebanyak 90 kali. Bayangkan apa yang dilakukan beliau saat 10 terakhir bulan Ramadhan? (at-Tabshirah, I/380) Imam Syafi’i juga sangat intens dalam membaca al-Quran. Sebulan Ramadhan bisa mencapai 60 kali khatam.
Mereka tidak melawatkan 10 hari dan malam terakhir Ramadhan. Hal ini sesuai dengan teladan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, “Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memasuki sepuluh terakhir (Ramadlan), maka beliau menghidupkan malam-malamnya (dengan qiyamullail) dan membangunkan keluarganya serta mengencangkan ikatan kainnya (menjauhi isterinya untuk lebih konsentrasi beribadah).” (HR. Muslim)
Iktikaf
Mereka melakukan juga iktikaf, berbagai aneka ibadah yang disyariatkan dan mempersiapkan dengan persiapan terbaik yang bisa mereka persembahkan seolah-olah itu adalah Ramadhan terakhir mereka.*