Hidayatullah.com–“Ramadhan karim”, itulah kata-kata yang sangat sering kali kita dengan di bulan suci ini. Orang yang kita temui, entah itu sudah kenal atau belum, biasanya akan mengucapkan “Ramadhan karim” kepada kita. Sebagai jawaban dari ucapan itu, orang akan membalasnya dengan mengucapkan “Allahu Akram”.
Ucapan sapaan ini tidak hanya sekedar menjamur di lisan masyarakat. Ucapan ini seperti sudah menjadi budaya tersendiri. Maka tidak jarang juga ucapan ini dipakai oleh iklan-iklan di televisi sebagai salah satu ikon di bulan suci Ramadhan.
Meski ringan dan simpel, tapi ucapan ini memiliki efek yang sangat besar dalam ukhuwah Islamiyah di Mesir. Ukhuwan Islamiyah yang baik melahirkan fenomena sosial masyarakat yang baik juga. Di bulan Ramadhan sangat terasa sekali.
Ukhuwah Islamiyah itu salah satunya tergambar dalam tidak adanya diskriminasi antara orang asing dan pribumi. Tidak ada bedanya antara orang pribumi dan orang asing. Kita yang orang asing bahkan selalu diperlakukan bak orang pribumi. Maka tidak heran jika ada orang pribumi sendiri menanyakan suatu tempat atau jalan kepada orang asing. Semua orang memandang berdasarkan agama, sesama Muslim, bukan berdasarkan negara.
Di luar bulan Ramadhan pun, orang Mesir biasanya selalu menjaga ukhuwah sesama Muslim, baik itu kepada penduduk pribumi maupun orang asing. Akan tetapi di bulan Ramadhan ini, rasa dan suasananya lebih berbeda dari biasanya.
Menurut pantauan hidayatullah.com, cukup banyak perubahan sosial masyarakat di Mesir yang terjadi selama bulan Ramadhan hasil dari ukhuwah Islamiyah. Ukhuwah Iislamiyah tergambar dalam suasana yang saling tolong-menolong. Semua orang sepertinya berlomba-lomba untuk berbuat kebaikan dan menolong orang lain di bulan suci ini.
Dermawan-dermawan atau yang biasa disebut dengan muhsinin, semakin menjamur di tengah masyarakat. Orang-orang miskin dan yang hidupnya pas-pasan juga turut merasakan berkahnya Ramadhan, dengan tidak akan lepas dari hidangan makanan berbuka puasa. Begitu juga dengan orang perantauan.
Sebagai contoh, jika kita tengah berada di jalan ketika menjelang Magrib, kita tidak perlu khawatir untuk tidak bisa ta’jil, dan juga tidak perlu mencari-cari warung. Cukup menyusuri jalan yang ada terus, kita pasti akan mendapatkan orang yang membagi-bagikan minuman dan korma secara gratis sekedar untuk ta’jil.
Untuk yang mau makan enak dan kenyang tapi gratis, juga tersedia banyak tempat-tempat maidah ar-rahman. Hidangan gratis ini disediakan untuk umum, siapapun bisa ikut makan, termasuk orang asing. Tidak pernah dibeda-bedakan antara orang asing dengan pribumi.
Begitulah ucapan “Ramadhan karim” yang mewabah di bulan suci Ramadhan ternyata tidak hanya sebatas di lisan saja. Dari sekedar ucapan lisan itu, ternyata juga memiliki dampak kepada fenomena sosial. Masyarakat pun akhirnya benar-benar bisa merasakan keberkahan bulan Ramadhan lebih banyak lagi.*