PANAS, lapar dan haus bukan kendala untuk tetap menyapu jalan. Meski usianya tidak lagi muda lagi, namun tidak mengurangi kegiatannya. Itulah Sariban (69) relawan kebersihan Kota Bandung yang sudah menjalani profesinya selama 28 tahun. Meski tengah menjalankan shaum (puasa) Ramadhan, Sariban tetap menjalankan aktivitas sebagai “petugas kebersihan jalanan”.
Seperti saat ditemui hidayatullah.com, hari itu, Iban demikian ia akrab dipanggil, tengah sibuk bertugas di sekitar Jalan Pahlawan Kota Bandung. Dengan baju kuning yang sudah terlihat lusuh, dengan cekatan menyapu sampah yang berserakan di sapanjang jalan tersebut.Meski terik kemarau menerbangkan debu-debu jalanan,Iban tetap semangat tanpa masker menutup hidungnya.
Sesekali ia berteduh dibawah pohon yang tidak begitu rindang di pinggir jalan. Dengan caping (topi dari anyaman bambu) ia kibaskan di depan mukanya yang mualai keriput.Kibasan caping tersebut sedikit mampu mengusir panas udara siang itu meski matahari sudah condong ke Barat.
“Ya beginilah kerjaan saya tiap hari mas,”katanya dengan senyum lebar.
Aktivitas rutin Iban dijalani setiap hari, itu karena ia sendiri berprinsip “Tiada Hari Tanpa Memungut Sampah”.
Iban sendiri mengaku tidak ada hari libur, sementara untuk hari Ahad ia khususkan membersihkan sampah di Kawasan Jalan Ir.H.Djuanda (Dago), sebuah kawasan favorit tempat wisatawan lokal menghabiskan akhir pekannya.
Dengan seragam kuning pemberian PD Kebersihan Kota Bandung, berbekal sapu, linggis (untuk mencabut paku-paku di pohon) dan juga pengki (alat pengumpul sampah) serta sepeda tuanya Iban berkeliling di jalan-jalan membersihkan sampah.
Sementara selama bulan Ramadhan ini Iban fokus di sekitar Jalan Cikutra – Jalan Pahlawan yang tidak jauh dari rumahnya.
Untuk aktivitas tersebut Iban membagi menjadi dua kali “sip”. Pagi ia mulai berangkat pukul 08.00 hingga 11.30 WIB. Menjelang dhuhur Iban pulang membersihkan badan, shalat dzuhur di masjid lalu istirahat sejenak di rumah yang sederhana.Usai shalat azhar ia berangkat lagi hingga menjelang Maghrib.
Pantauan hidayatullah.com memang seputar Jalan Pahlawan-Jalan Cikutra yang panjang sekira 2 kilometer tersebut nampak bersih jika dibanding dengan jalan-jalan lain.Untuk aktivas mulia tersebut Iban mengaku tidak mendapat bayaran dari siapapun juga instansi manapun. Itu semua ia lakukan sebagai panggilan jiwa dan rasa syukur kepada Allah.
“Kita harus bersyukur Allah telah memberi karunia ini (keindahan alam).Kalau bukan kita (manusia) yang merawatnya coba siapa lagi.Kita harus peduli pada lingkungan agar karunia ini tidak di cabut Allah,karena kita tidak mampu menjaganya,” ujarnya.
Saweran
Berkah Ramadhan nampaknya juga dirasakan oleh Iban. Salah satunya menurutnya volume sampah plastik menurun terutama di siang hari selama bulan mulia ini. Kalaupun ada ia beranggapan itu di lakukan orang saat malam hari. Untuk hal ini Iban merasa terbantu juga sehingga ia tidak begitu capek membersihkan sampah jalanan.
Sementara berkah lainnya adalah ia sedikit mendapat tambahan saweran (shadaqah, red) atau bingkisan dari pengguna jalan. Saweran tersebut biasanya langsung dimasukan ke dalam kotak yang menempel di sepadanya. Saweran itulah sumber penghasilan Iban yang setiap hari tidak tentu jumlahnya.
Harapan diusianya yang semakin senja,Iban berharap kesadaran pemerintah dan masyarakat dalam melestarikan lingkungan semakin nyata, terutama soal sampah.Hal tersebut agar alam memberi manfaat bukan bencana kepada manusia.Ibanpun berharap suatu saat nanti pelajaran “Ilmu Cinta Lingkungan” dapat diajarkan sejak dini dan di formalkan dalam sekolah.
“Meski negara sudah mengatur bahkan agama juga sudah mengajarkan untuk cinta kebersihan, koq nampaknya belum sepenuhnya dijalankan,”kritiknya.
Menurut Iban, jika sejak kecil seseorang sudah ajarkan untuk cinta kebersihan maka dikala besar akan terbiasa bahkan akan aneh jika melihat orang buang sampah sembarangan.Iban pun sudah menanamkan pada keluarganya bahkan cucunya yang baru berumur 2,5 tahun tidak membuang sampah sebelum ketemu tempat sampah.
Tidak lupa Iban pun berpesan kepada kita semua agar dapat menahan diri untuk tidak membuang sampah sembarangan.Seperti hikmah pada Ramadhan ini di mana kita berlatih untuk bisa menahan diri dari perbuatan yang bisa membatalkan shaum dan perbuatan yang tidak ada gunanya.*