Hidayatullah.com—Tayangan televisi pada bulan Ramadhan jauh dari nilai edukatif. Sehingga banyak keluarga Muslim mulai meninggalkan televisi demi memaksimalkan ibadah pada bulan penuh ampunan ini.
Pernyataan ini disampaikan KH Wahfiudin Sakam, Kepala Bidang Pendidikan dan Pelatihan Jakarta Islamic Centre (JIC), saat berbincang dengan hidayatullah.com, Sabtu (04/08/2012) siang di Jakarta.
“Saya perhatiakan semakin banyak keluarga Muslim (khususnya pada waktu sahur) tidak mau setel televisi,” kata Kiai Wahfiudin.
Kata Kiai Wahfiudin, kaum Muslimin mulai sadar jika waktu sahur adalah waktu yang berharga untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka semakin banyak keluarga Muslim yang memanfaatkan waktu sahurnya itu bukan untuk nonton televisi, melainkan untuk shalat dan berdoa.
“Kesadaran itu semakin tumbuh, mereka menghindari acara-acara yang sifatnya cengengesan,” tandasnya.
Kiai Wahfiudin tidak yakin jika stasiun televisi mau menayangkan acara-acara edukatif yang dapat menjaga dan meningkatkan martabat umat Islam. Menurutnya industri televisi adalah etalase, display bagi kegiatan perdagangan bisnis. Dan yang paling dibidik itu konsumen individual, sehingga acara televisi itu sangat bergantung dengan rating.
“Oleh karena itu sulit ada tayangan keislaman di televisi yang edukatif, kontemplatif. Saya sendiri dan keluarga jarang sekali nonton televisi,” katanya.
Beliau tak habis pikir, mengapa di Indonesia banyak sekali tayangan-tayangan televisi yang dapat merusak martabat masyarakat Indonesia yang menjunjung nilai-nilai ketimuran. Padahal di negara mana pun proteksi nilai-nilai martabat masyarakat benar-benar dijaga.
“Orang Amerika pun tidak mau nilai-nilai keamerikaannya dirusak oleh tayangan televisi,” jelasnya.
Untuk itu, Kiai Wahfiudin sangat mendukung rencana Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk memberi label halal atau haram bagi tayangan televisi.
“Harus diupayakan, supaya setiap Muslim yang merupakan mayoritas di negeri ini punya respek. Kita jangan tunduk oleh pemilik kekuatan modal,” tutupnya. *