Hidayatullah.com– Imam tarawih dari Palestina yang didatangkan oleh Baitul Mall Hidayatullah dan Sahabat Al-Aqsha ke Indonesia, Syeikh Naim Abdullah Sulaeman Abu Shindi menyatakan keprihatinannya terhadap kondisi kaum muslimin yang berada di bumi Gaza.
“Saat ini saudara-saudara kita di Gaza menjalani Ramadhan di tenda-tenda pegungsian. Kita tahu setahun yang lalu, ketika Ramadhan seperti saat ini, rumah-rumah mereka dihancurkan oleh orang-orang Yahudi, anak-anak dan kaum lelaki dibunuh, sementara yang perempuan diperkosa,” kata Syeikh Abu Shindi saat memberikan tausyiah usai sholat Isya’ dan tarawih berjama’ah di masjid Baitul Karim DPP Hidayatullah Jakarta, Kamis (18/06/2015).
Hal itu disampaikan saat memaparkan kondisi di wilayah Palestina. Syeikh Abu Shindi mengatakan bahwa jika berbicara mengenai Palestina, maka akan dibahas tentang tiga hal yaitu Masjidil Aqsha, Gaza dan umat Islam Palestina yang ditawan oleh orang-orang Yahudi.
“Mengenai Masjidil Aqsha perkembangan terhangat adalah dimana saat ini orang Israel atau Yahudi sedang berupaya ingin mengancurkannya melalui bawah tanah dengan membuat lubang di bawah Masjidil Aqsha. Sebab, menurutnya, tidak mungkin orang-orang Yahudi menghancurkan Masjdil Aqsha langsung dari atas permukaan tanah karena akan mendatangakan perlawanan besar dari kaum muslimin,” papar Syeihk Abu Shindi.
Selain kondisi kaum muslimin Gaza yang saat ini masih tinggal di tenda-tenda pengunsiaan, kata Syeikh Abu Shindi, penjagaan di perbatasan Gaza juga dijaga sangat ketat oleh orang-orang Yahudi sehingga menyulitkan kaum muslimin untuk keluar. Hanya orang-orang tertentu saja yang diijinkan keluar-masuk, seperti orang tua, anak kecil dan kaum perempuan. Sementara, dengan kondisi yang seperti itu kaum muslimin Gaza terus mendapatkan tekanan.
“Bahkan jalur (terowongan) Raffah yang dulunya digunakan sebagai jalur untuk mengirimkan bantuan bagi kaum muslimin di Gaza telah ditutup,” ungka Syeikh Abu Shindi.
Kendati demikian, Syekh Abu Shindi menegaskan, dengan kondisi yang seperti itu, semangat dalam diri kaum muslimin di Gaza masih tampak begitu jelas. Bahkan mereka, (saudara-saudara muslimin) di Gaza sanggup melahirkan generasi Qur’ani serta para mujahidin.
“Saya berharap pada jama’ah paling tidak mendo’akan dan memberikan bantuan apa yang bisa kita berikan untuk saudara-saudara muslim di Gaza. Tentu tidak bisa kita membayangkan bagiamana perasaan kita jika tinggal di tenda-tenda pengungsian dengan tekanan-tekanan yang terus dilakukan orang-orang Yahudi,” pungkas Syeikh Abu Shindi sebelum mengakhiri tausyiahnya.*