AKHIR – AKHIR ini kita dikejutkan dengan pemanggilan ulama-ulama GNPF-MUI. Berdalih diminta jadi saksi, ulama kita malah dikriminalisasi.
Jujur, awal-awalnya sih pasti ummat kaget saat ulama kita dipanggil ke Bareskrim, POLDA, POLRES, dll. Namun, sekarang rasanya ummat sudah cerdas menilai mana yang benar. Karena selama ini ummat disajikan oleh berita pemanggilan ulama yang notabene pemanggilan abal-abal alias re-ka-ya-sa.
Para aktor media mainstream yang berpihak hanya dengan petinggi, berperan besar untuk memelintir berita atau menggoreng berita agar “renyah” dikonsumsi. Tanpa kenal apa yang dia kerjakan mendapat pahala atau dosa. Hiih.. Serem yah!
Mungkin para aktor media tersebut belum kenal Asma Allah “Maha mengawasi”. Sesungguhnya Allah yang tidak pernah berhenti mengawasi. Atau mungkin mereka belum tahu apa itu iman kepada malaikat.Inilah tanda-tanda akhir zaman.
Pada dasarnya segala perbuatan kita dicatat oleh Malaikat. Nanti dilaporkan ke Allah deh. Kalau mereka berbuat dosa Allah balasnya setimpal dengan perbuatan itu, sebaliknya mereka berbuat kebaikan dibalas kebaikan yang berkali-kali lipat.
Sayangnya mereka belum paham esensi berislam seperti ini. Rugi! Kalau mereka sudah paham, pastinya mereka akan menjadi media pemersatu umat. Karena tahu untungnya, satu kebaikan dibalas berkali-kali lipat. Satu kebaikan dibalas sampai dengan 700x lipat, bahkan tak terhingga. Andai mereka mengerti, pasti tak mau rugi!
Ngomong-ngomong tentang pemanggilan ulama kita, tentunya pemanggilan ini berkaitan dengan “hukum”. Iya, H-U-K-U-M. Tentunya hukum abal-abal. Bagaimana tidak abal-abal. Yang jelas-jelas tersangka saja masih bisa jadi Gubernur Jakarta.
Mau tahu perasaan warga Jakarta (termasuk saya) saat tinggal di wilayah Gubernur yang menjadi tersangka ini? M-U-A-K.
Sayangnya, petinggi di negeri ini berpaham gagal yang berakibat gagal paham.
Ulama megajak shalat berjamaah di Masjid yang suci dibilang politisasi. Ulama berdo’a untuk negeri disebut pemecah NKRI Ulama mengajak berdonasi, dituduh terorisasi. Pemahamnya saja sudah gagal terhadap apa yang dilakukan ulama, ya tentu gagal paham! Paham kan?
Namun pada akhirnya umat saat ini mendo’akan yang terbaik untuk negeri. Semoga Allah terus memberkahi negeri ini dan memaafkan petinggi negeri ini.
Walaupun rasanya sulit untuk ulama dihargai petinggi di negeri ini. Sulit juga ulama hidup di zaman yang seperti ini. Namun kami tetap berjanji, berpegang teguh pada ini, “Setelah kesulitan ada kemudahan, setelah kesulitan ada kemudahan.” Tetap semangat para ulama kami! Do’a kami menyertai. Ya Allah, jagalah ulama kami. Karena Engkau adalah sebaik-baiknya penjaga.
Semoga bukan saya seorang diri yang resah dengan keadaan negeri ini. */ 11-02-2017
Ummu Robiah | di negeri yang diberkahi