Hidayatullah.com-Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS) pada hari Ahad 15 Sepetember 2019 atau 15 Muharram 1441, menggelar seminar sehari seputar ideologi transnasionalisme di Aula Imam al-Ghazali.
Bila pada umumnya di kalangan publik tema yang sering dibahas tentang ideologi transnasionalisme adalah tentang ideologi terorisme, radikalisme dan semacamnya, INSISTS justru membahas fenomena transnasionalisme lain yang jarang dibahas dan tak kalah berbahaya, yaitu: liberalisme di duia akademik.
Liberalisme di Indonesia sudah banyak menjangkiti berbagai kalangan. Ideologi ini bukan saja diaplikasikan dalam budaya dan ekonomi saja, namun juga dunia akademik. Salah satu yang menjadi sasaran empuk para pengasong ideologi ini adalah studi Islam.
Kasus yang baru-baru ini terjadi mengenai penghalalan zina dalam disertasi di salah satu perguruan tinggi Islam Indonesia misalnya, juga terpengaruh dengan ideologi tansnasionalisme, liberalisme. Sangat tampak sekali bahwa disertasi itu dipengaruhi oleh tokoh liberal bernama Muhammad Syahrur (Damaskus), seorang insinyur yang dikenal banyak menulis kajian kontroversial Islam berbau liberal.
Rupanya, di banyak perguruan tinggi Indonesia, ide-ide semacam itu banyak digandrungi. Sebut misalnya para pemikir liberal dunia Arab semacam Nasr Hamid Abu Zaid (Mesir), Abid Al-Jabiri (Maroko), Khaled Abou Fadl (Kuwait), Mohamed Arkoun (Aljazair), Abdullah Ahmad an Naim (Sudan) dan Farid Esack (Afrika Selatan) adalah sederet contoh yang menghiasi banyak pemikiran studi perguruan Islam di tanah air.
Bertolak dari fenomena tersebut, INSISTS berupaya menghelat kajian yang cukup mumpuni dengan tajuk “Fenomena Transnasionalisme Islam Liberal di Dunia Akademi.”
Yang dibahas pada seminar ini di antaranya praktik liberalisasi berkedok akademis, motif, tokoh-tokoh di baliknya, apa saja yang menjadi diskursus, muatan ideologis, basis epistimologis, serta tantangan dan dampak serius dari liberalisasi ini.
Seminar pada acara yang diadakan dari jam 08.30-16.30 ini, diisi oleh empat pakar muda muslim yang otoritatif, yaitu: Dr Nirwan Syafrin Manurung, M.A (Pemikiran Liberal di Dunia Arab); Dr. Syamsuddin Arif, M.A, (Shahrour dan Diabolisme Ilmiah); Dr. Zahrul Fata, MIRKH (Corak Liberal dalam Studi Islam); dan Dr. Henri Shalahuddin, MIRKH (Nasr hamid dan Liberalisasi Studi Islam di Perguruan Tinggi).
Dengan mengikuti seminar ini, para peserta diharapkan tidak gampang terpengaruh dengan ideologi tansnasionalisme-liberalisme; utamanya di dunia kampus. Di samping itu, supaya lebih memperdalam kajian Islam sesuai world view-nya dan tetap menggunakan nalar kritis dalam menghadapi fenomena tersebut. Terlebih, akan lebih bagus jika turun aktif dalam menghadapi banjirnya serangan liberalisme baik melalu lisan maupun tulisan ilmiah.
Saya jadi teringat perkataan Jabir bin Abdullah Ra., “Jika ada (generasi) akhir umat Islam melaknat (mencela) pendahulunya (generasi awal atau Islam secara khusus; baik secara terang maupun tersembunyi), maka bagi orang yang memiliki ilmu hendaknya melawannya (dengan menunjukkan ilmu yang benar), karena orang yang menyembunyikan ilmu pada waktu itu seperti orang yang menyembuyikan apa yang diturunkan Allah kepada Muhammad ﷺ (al-Qur`an).”*/Mahmud B Setiawan