Oleh: Asa Winstanley
DALAM pidato menggelikannya di depan Dewan Umum PBB pada 2014, Perdana Menteri ‘Israel’ yang sadis dan delusional, Benjamin Netanyahu, mengklaim bahwa, “ISIS dan Hamas merupakan cabang dari pohon beracun yang sama.”
Dia melanjutkan: “Ketika tiba pada tujuan utama mereka, Hamas ialah ISIS, dan ISIS ialah Hamas.”
Sejak itu, ini telah menjadi tema tetap dari propaganda aneh ‘negara palsu Israel’. ‘Negara’ Zionis tersebut telah mengalami pendarahan dukungan internasional selama bertahun-tahun hingga sekarang. Tindakan brutal dan rasis terhadap Palestina telah membuat ‘negara palsu’ tersebut kurang populer di dunia, khususnya diantara anak muda, orang-orang berpendidikan dan kaum liberal.
Polling memastikan pola umum ini selama beberapa waktu. Dukungan antusias Presiden AS Donald Trump terhadap Israel hanya mempertajam tren ini, termasuk diantara anak muda Yahudi di Amerika.
Dukungan terbuka Trump pada supremasi putih dan anti-Semit hanya membuat hal tersebut semakin buruk. Kata-kata Netanyahu di depan PBB, tampaknya telah diperhitungkan untuk menarik perhatian audiens yang spesifik.
Faktanya, yang tercatat dengan baik, Hamas dan ISIS, secara fundamental saling berlawanan, dan sudah selama beberapa tahun ini dalam keadaan perang terbuka. Bahkan Hamas melarang ISIS membentuk cabang apapun di Jalur Gaza.
Seorang pejabat Hamas pada bulan lalu mengatakan pada jurnalis Hamza Abu Eltarabesh – seorang kontributor di Electronic Intifada – bahwa otoritas Palestina di wilayah terblokade itu telah menahan 550 orang yang diduga merupakan petempur ISIS. Kelompok tersebut bermarkas di Semenanjung Sinai.
Agustus lalu, pengeboman bunuh diri pertama ISIS yang menarget Hamas terjadi, menyebabkan sikap keras pada simpatisan grup tersebut, yang telah menyusup ke Jalur Gaza.
Pada Oktober, Tawfiq Abu Naim, kepala keamanan internal Hamas, terluka dalam sebuah bom mobil. Di depan publik, beberapa pemimpin Hamas memberi kesan bahwa upaya pembunuhan yang nyata itu merupakan pekerjaan Israel, yang memang seringkali mengirim pasukan pembunuh mereka untuk membunuh para pemimpin Gerakan Perlawanan Islam.
Sedangkan Abu Eltarabesh melaporkan, mungkin juga sel-sel ekstrimis yang berhubungan dengan ISIS yang bertanggungjawab akan serangan itu.
Alasan mengapa konflik ini semakin dalam, dan dijelaskan oleh ideologi dan politik. Seperti yang tokoh pemimpinnya, termasuk Khaled Misy’al, telah dijelaskan berkali-kali, Hamas pada dasarnya ialah sebuah gerakan pembebasan nasional dengan yang bertekad Islami. ISIS, sebaliknya, merupakan sebuah kelompok ekstrimis, kelompok supremasi agama, yang bertanggungjawab atas kekerasan pada sekte dan agama lain.
Sederhananya, ISIS menyerang umat Kristen sementara Hamas melindungi mereka. Hasilnya, dan mengingat Hamas berpartisipasi dalam pemilihan demokratis, ISIS menganggap gerakan (Hamas) tersebut sebagai kelompok orang-orang kafir.
Sekarang ISIS yang bertempur seperti itu pada dasarnya memiliki cabang yang sama seperti Israel melawan Hamas, yang lainnya mencurigai adanya keterlibatan yang lebih dalam antara kelompok yang disebut “Islamic Stated” dan “Jewish state”.
“Jelas adanya pertemuan kepentingan antara Islamic State cabang Sinai dan Israel dalam pertempuran mereka dengan Hamas,” kata Abu Eltarabesh.
“Beberapa di Hamas dan para analis telah mengesankan persekongkolan langsung yang melibatkan Israel dan ISIS. Keduanya memiliki sebuah kepentingan dalam percobaan pembunuhan Abu Naim, “ ujar Hussam Al-Dajani, seorang dosen politik di Universitas Ummah di Gaza.
Rumor-rumor bahwa Israel mendanai, mempersenjatai dan mendukung kelompok jihadis anti-Hamas di Gaza sudah ada selama bertahun-tahun. Mengingat dukungan terbuka Israel pada militan di Suriah selatan, hal itu tidaklah aneh.
Pada awal bulan ini, video propaganda mengerikan ISIS lainnya secara khusus menarget Hamas. Dalam video tersebut, pejuang Hamas dianggap sebagai seorang “murtad” dan seorang warga negara Palestina ditembak dan dibunuh, karena dianggap mendukung Hamas.
New York Times menggambarkan ini sebagai sebuah deklarasi perang pada Hamas; rupanya para editor harian tersebut tidak menyadari sifat fundamental yang berlawanan dari dua kelompok tersebut dan sejarah mematikan diantara mereka.
Harian itu juga melaporkan bahwa beberapa pejabat senior Hamas menanggapi hal tersebut dengan mengisyaratkan bahwa Israel mungkin memiliki beberapa keterlibatan dengan ISIS di Sinai.
Salah Bardwail menyebut video tersebut merupakan buatan Zionis. Menurut Mahmoud Al-Zahar, ISIS “tidak ingin berada di sini sebagai senjata di tangan Hamas untuk melawan penjajahan Israel.”
Faktanya, Israel mempunyai sejarah panjang mendukung dan bersorak pada musuh dari musuh mereka – bahkan ISIS. “Biarkan mereka berdua berdarah,” merupakan doktrin Israel.
Jadi apakah Israel mempersenjatai ISIS di Sinai? Tidak ada bukti akan hal itu, tetapi mengingat adanya sejarah yang preseden, itu tidak akan menjadi hal teraneh yang terjadi di wilayah Timur Tengah.*
Wartawan investigasi berbasis di Inggris Electronic Intifada (EI) dan kolomnis Middle East Monitor (MEMO). Artikel dimuat di MEMO. Twitter @AsaWinstanley. Diterjemahkan Nashirul Haq AR