Hidayatullah.com | KESADARAN bangsa Amerika terhadap bahaya Yahudi sebenarnya sudah lama tumbuh, bahkan sejak kepemimpinan Benyamin Franklin. Benjamin Franklin adalah sosok paling penting dalam berdirinya bangsa AS yang merdeka.
Dialah adalah sosok yang dijuluki bapak pendiri Amerika Serikat (AS) berkat perjuangannya di masa revolusi Amerika. “Ada bahaya besar mengancam Amerika. Bahaya itu adalah orang-orang Yahudi. Di bumi mana pun Yahudi itu berdiam, mereka selalu menurunkan tingkat moral kejujuran dalam dunia komersial. Mereka hidup mengisolasi diri dan berusaha mencekik leher keuangan penduduk pribumı, seperti yang terjadi di Portugal dan Spanyol,” katanya.
Sejak lebih 1.700 tahun, orang Yahudi mengeluhkan nasib yang mereka alami, karena mereka telah diusir dari bumi pertiwi. Mereka tidak lain adalah binatang vampir yang sclalu mengisap darah manusia.
Jika orang Yahudi tidak disingkirkan dari Amerika dengan kekuatan undang-undang, maka dalam 100 tahun mendatang mereka akan menguasai dan menghancurkan kita dengan mengganti bentuk pemerintahan yang telah kita perjuangkan dengan pengorbanan darah, nyawa, harta, dan kemerdekaan pribadi kita.
Seandainya orang Yahudi itu tidak diusir dari Amerika dalam waktu 200 tahun mendatang, anak cucu kita nanti akan bekerja di ladang-ladang untuk memberi makan kepada orang-orang Yahudi itu. Sementara itu, orang Yahudi akan menghitung-hitung uang dengan tangan mereka di berbagai perusahaan keuangan kita.
“Aku ingatkan Anda sekalian Kala Anda tidak menyingkirkan orang Yahudi dari Amerika untuk selamanya, maka anak dan cucu cicit kalian akan memanggil-manggil nama kalian di atas liang kubur kalian kelak. Pikiran yang ada di benak orang Yahudi tidak seperti seperti yang ada pada orang Amerika. Meski mereka hidup bersana kita selaa beberapa generasi, mereka tidak akan berubah sebagaimana maran ttudak bisa mengubah warna tutul kulitnya. Mereka akan menghapus institusi kita. Olelh karena itu, mereka harus disingkirkan dengan kekuatan konstitusi.” (Kutipan dari Journal Charles Pinsky, South Carolina berkenaan dengan Rencana UU 1789 tentang imigran Yahudi di AS, di mana teks asli bisa dilihat di Franklin Institute Philadelphia, Pensylvania).
Dari tulisan Benyarmin di atas menunjukkan bahwa orang Amerika mesti waspada terhadap musuh mereka sebenarnya, yaitu Yahudi. Tetapi ke waspadaan ini terlambat, Amerika yang didlirikan dengan susah payah oleh orang-orang Kristen, kini telah dikuasai oleh Yahudi.
Ibarat orang Kristen yang menabur benih, sedangkan yang menuai adalah Yahudi Ini adalah realita yang tak terbantahkan. Seluruh media massa baik koran maupun radio dan televisi semuanya dikuasai Yahudi, begitu juga perusahaan-perusahaan besar.
Sementara itu, orang-orang Kisten hanya menjadi pekerja yang harus menyetor uangnya kepada Yahudi, persis seperti yang diramalkan oleh Benyamin Franklin.
Kejahatan Yahudi terhadap Amerika
David Duke seorang Kristen Amerika dalam bukunya yang berjudul “Bagaimana Terorisme ‘Israel’ dan Subversi Amerika Menyebabkan Serangan 11 September” memaparkan berbagai kejahatan ‘Israel’ terhadap Amerika Serikat, di antaranya adalah sebagai berikut.
- Serangan Teroris ‘Israel’ terhadap USS Liberty. Pada tahun 1967 di Laut Tengah, tepatnya pada tanggal 8 Juni 1967, ‘Israel’ mempergunakan pe sawat tempur dan kapal-kapal torpedo tanpa identütas untuk meneng gelamkan kapal AL Amerika Serikat, USS Liberty, yang mengakibatkan tewasnya 34 orang dan 171 lainnya luka-luka.
‘Israel’ pertama-tama menyerang tower radio USS Liberty agar armada keenam Amerika Serikat tidak mengetahui bahwa pihak ‘Israel’ adalah pelaku penyerangan ini. Setelah pesawat-pesawat tempur ‘Israel’ tanpa identitas itu dengan gencar mengebom dan menyerang USS Liberty, kemudian ‘Israel’ mengirim kapal-kapal torpedo untuk menuntaskan misi ini.
Mereka bahkan menembaki dengan senjata nesin perahu-perahu penyelamat yang sudah diturunkan dalam upaya untuk memastikan tidak satu pun yang selamat (para saksi) yang dapat mengungkapkan pelaku serangan tersebut. Hal ini dilakukan ‘Israel’ dengan tujuan agar dunia menganggap bahwa Mesirlah yang melakukan penyerangan tersebut; serta untuk menutup mata dunia tentang aksi penyerangan ‘Israel’ terhadap kamp Palestina di Libanon yang terkenal dengan pmbantaian Sabra dan Shatila yang dipimpin oleh Ariel Sharon.
- Kegiatan mata-mata ‘Israel’. Jonathon Pollard di Amerika pada waktu Perang Dingin antara Amerika dan Uni Sovyet (sekarang Rusia), yaitu ‘Israel’ telah membarter/menjual informasi rahasia penting Amerika kepada Uni Sovyet. Di antaranya adalah ‘Israel’ memberikan informasi tentang nama nama agen CIA Amerika yang bekerja di Blok Timur sehingga banyak agen CIA yang tertangkap dan dieksekusi oleh Blok Timur.
- Instant Messages to ‘Israel’ Warned of WTC Attack. Sebuah peringatan dini bagi keturunan Yahudi/’Israel’ sebelum peledakan WTC 11 September 2001. ‘Israel’ sebenarnya sudah mengetahui tentang rencana peledakan tersebut, tetapi dia hanya memberitahukan pada warganya yang bekerja di WTC, tidak pada pemerintah Amerika.
Sehingga, dari 3.000 orang ‘Israel’ yang bekerja di WTC hanya 1 orang yang mati. Hal ini membuktikan bahwa ‘Israel’ berada di balik serangan tersebut. Agaknya apa yang baik bagi ‘Israel’ adalah buruk bagi Amerika.
Pada tanggal 10 September 2001, satu hari sebelum terjadinya peristiwa peledakan gedung WTC di USA, harian Washington Times menurunkan artikel yang dikeluarkan oleh U.S. Army School for Advanced Military Studies (SAMS) atau sekolah pasukan khusus Amerika Serikat. Artikel tersebut membahas tentang Dinas Intelijen ‘Israel’, yaitu Mossad.
Para perwira SAMS berkata tentang Mossad, “Bengis, licik, dan sukar ditebak. Dinas rahasia ini mempunyai kemampuan menyerang pasukan tempur Amerika Serikat dan menjadikannya seperti tindakan mereka atas rakyat Palestina/Arab.
Kesadaran Bahaya Yahudi di Eropa
Seorang sastrawan Prancis yang bernama Roger Garaudy pada tahun 1982 menulis tentang kebusukan zionis ‘Israel’ di harian Prancis Le Monde. Garaudy mengungkap tentang pembantaian di Libanon yang dilakukan oleh tentara ‘Israel’.
Setelah penulisan tersebut, maka Roger Garaudy mendapat ancaman mati sembilan kali dari orang Yahudi Prancis. Organisasi Yahudi LICRA di Prancis (Liga Internasional Melawan Rasisme dan Antisemitisme) menuntut Garaudy ke pengadilan dengan dalih ‘antisemitisme’.
Pengacara Jacques Fauvet membela Garaudy di pengadilan. Akhirnya, pengadilan di Paris melalui keputusannya tanggal 24 maret 1983 memutuskan Garaudy tidak bersalah dengan menyatakan, “Dengan pertimbangan bahwa hal ini menyangkut kritik yang sah terhadap politik suatu negara dan ideologi yang menjadi sumber inspirasinya, serta bukan suatu provokasi rasial, menolak semua tuntutan LICRA dan menghukumnya untuk membayar biaya perkara.” (Buku Armageddon Peperangan Akhir Zaman)