Hidayatullah.com—Ketika jajaran lengkap anggota legislatif AS melihat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menghadiri Kongres tahun 2011, dua per tiga dari mereka telah mengetahuinya pada malam sebelumnya sudah dilobi The American Israel Public Affairs (AIPAC).
Komite Hubungan Publik Amerika Israel juga menjadi tuan rumah Presiden Barack Obama pada konferensinya, dan sementara dia dengan keras mendorong negosiasi Israel-Palestina, AIPAC telah terlihat mencoba untuk mengurung presiden AS ketika mereka mendorong kesepakatan damai yang oleh lobi dianggap tidak menguntungkan negara Yahudi.
Tidak dapat dibantah lagi bahwa kemunculan AIPAC sebagai lobi politik luar negeri paling berpengaruh di Amerika Serikat — mungkin untuk mengatasi lobi tradisional kelompok besar atas hak domestik senjata, minyak dan pensiunan.
American Israel Public Affairs Committee (AIPAC) merupakan lobi Zionis berpengaruh di Amerika Serikat. Komite ini mulai aktif pada tahun 1951 dan sejak awal pembentukan komite ini ditujukan untuk membela Negara Israel.
Ketika delegasi mereka berkumpul di Capitol Hill untuk hari pelobian, mereka bertemu 100 senator dan hampir setiap dari 435 anggota Majelis Rendah AS.
“Mereka merupakan orang paling piawai, efektif dari kelompok lobi berkepentingan di Washington, tanpa diragukan lago,” Aaron David Miller, seorang penasihat bagi beberapa sekretasis kenegaraan AS dan sekarang sarjana di Woodrow Wilson International Center, mengatakan pada AFP tahun 2011.
Obama bahkan membuat panas konferensi tahunan AIPAC dengan menyarankan bahwa batas 1967 (Merujuk pada garis ketika genjatan senjata dari sebelum Perang Enam Hari, ketika Israel mengambil alih Gaza dari Mesir dan Tepi Barat juga Jerusalem Timur dari Yordania, diantara wilayah lain, memperluas wilayah hingga keluar dari perbatasan “Green Line” yang dibuat oleh kesepakatan genjatan senjata tahun 1949 antara Israel dan negara tetangga Arab mereka. Sumber thewire.com) dan pertukaran lahan seharusnya menjadi dasar dari negosiasi damai.
Banyak anggota AIPAC memihak pada Netanyahu ketika dia mengkritisi Obama atas pendiriannya selama kunjungan baru-baru ini ke Gedung Putih.
Direktur Eksekutif AIPAC Howard Kohr berbicara tentang perpecahan itu, menekankan bahwa para pemimpin tersebut “bekerja keras apapun perbedaan yang muncul diantara mereka secara pribadi, dan ketika ketegangan meningkat, para pemimpin itu bekerja bersama untuk menutup perselisihan tersebut.”
Pasangan itu memperbaiki hubungan — setidaknya secara publik — dengan Netanyahu yang berterimakasih pada Obama atas dukungan “kukuh” nya di Kongres.
AIPAC dibangun pada tahun 1960an, ketika Israel jauh dari kehidupan yang terjamin, dan organisasi itu bekerja selama satu dekade ke depan untuk menyatukan ide bahwa martabat AS dan Israel merupakan satu dan sama, dan untuk mengamankan paket bantuan tahunan miliaran dolar bagi demokrasi tunggal di Timur Tengah.
Hal itu berhasil, dengan mayoritas luas dari legislator AS secara publik mendukung Israel dan menjamin AS akan mendukung keamanan mereka.
Kelompok itu mengumpulkan jutaan dolar tiap tahunnya dan mendorong kongres untuk menetapkan legislasi pro-Israel seperti memperketat sangsi pada Iran.
“Kami mempunyai lobi yang mengadvokasi rokok, senjata dan orang tua,” tunjuk Miller. AIPAC, kata dia, “sedang menjual dengan definisi sebuah produk yang sangat bagus.”
Itu merupakan salah satu yang emosional. Pemimpin Utama Dewan dari Republik Eric Cantor, anggota Yahudi paling senior dalam sejarah Dewan, menunjuk pada tempat lahir dari warisan bersama, mengatakan pada AIPAC bahwa identitas Amerika dengan Israel “pada tingkat yang penting.”
Pemimpin Utama Senat dari Demokrat Harry Reid memuji kewaspadaan AIPAC, mengatakan pada para delegasi bahwa “tindakan tidak kenal lelah Anda telah membuat Anda menjadi sebuah kekuatan yang tak tertandingi, tidak hanya di dalam kota ini tetapi di sepanjang negara ini dan dunia.”
Tetapi apakah AIPAC telah tumbuh terlalu kuat?
Seseorang yang telah dekat dengan kelompok itu lebih dari 20 tahun membenarkan tentang pengaruh kelompok itu.
“Jika Anda adalah seorang legislatif, bukanlah sebuah kejutan jika Anda ingin dipilih, lebih mudah mengetahui apa yang pemilihmu inginkan daripada melawan mereka,” orang itu mengatakan.
Kelompok itu telah luar biasa sukses dalam memobilisasi suara Yahudi, dan sementara mereka tidak secara langsung berkontribusi pada kampanye, para anggota secara luas yang melakukan.
Pada 2007 professor John Mearsheimer dari Universitas Chicago dan Stephen Walt dari Harvard mempublikasikan “The Israel Lobby and US Foreign Policy,” yang menyulut badai kontroversi.
Buku itu menggambarkan AIPAC mempunyai “cengkraman pada Kongres AS” berkaitan dengan kemampuan mereka untuk menghadiahi para legislator dan kandidat yang mendukung agenda mereka, dan menghukum mereka yang melawan.
Baca juga: Kenapa Ulil, Lutfi dan Carter Beda
Banyak kritik mengatakan buku itu menyebarkan teori mitos dari semua lobi kuat Yahudi.
“Bagaimanpun juga gagasan bahwa AIPAC merupakan organisasi jahat yang menggenggam kebijakan luar negeri Amerika sebagai sandera adalah hanya pada dasarnya dan terus terang salah,” Miller beragumen.
Tida semua yang mendukung Israel merupakan pendukung AIPAC.
Hanna King, seorang pelajar universitas Yahudi berumur 17 tahun mengatakan saat dia berdemo di luar konferensi, menyebut kelompok itu sebuah sayapkanan “memalukan” yang menginginkan apa yang baik bagi Israel, belum tentu itu baik bagi proses perdamaian.
Josh Block, yang menjadi juru bicara AIPAC selama sembilan tahun hingga November lalu, diberhentikan karena ide “omongkosong” bahwa itu mendorong agenda garis keras, dan menunjuk pada daya tarik dua dukungan partai secara luas.
“Ketika Anda sedang melobi di Capitol Hill untuk keibuan dan pai apel, Anda akan menjadi efektif,” kata dia.
Seseorang yang dekat dengan AIPAC yang meminta agar namanya tidak dimunculkan, mengatakan: “Jika Anda tidak mempunyai musuh, itu berarti Anda tidak melakukan apapun yang penting.”
AIPAC merupakan induk terbesar seluruh oganisasi Yahudi yang aktif di Amerika Serikat. Lobi ini bertanggung jawab mengorganisir program seluruh organisasi Yahudi AS serta penanggung jawab utama pengumpulan dana bagi Rezim Ilegal Israel.
Yang jelas, setiap kandidat presiden AS tidak ada yang berhasil memasuki Gedung Putih selama kecuali dengan bantuan Zionis dan dukungan AIPAC.
Tak heran jika calon presiden Amerika Serikat (AS) dari partai Republik Donald Trump ikut ‘menjilat’ pada organisasi ini dan berjanji untuk menekan Palestina agar menerima Israel sebagai negara Yahudi dan Jerusalem sebagai ibu kotanya.
Jilat Yahudi, Calon Presiden AS Donald Trump Janji Menekan Palestina Akui Israel
Pernyataan Trump ini disampaikan saat menghadiri Konferensi Politik 2016 dari Komite Urusan Publik Amerika-Israel (AIPAC) di Verizon Center di Washington DC pada 21 Maret 2016 lalu.
Karena itu wajar jika ada istilah, setiap presiden Amerika Serikat adalah ‘tawanan Israel’ karena Semua kebijakan AS selalu memberikan keuntungan bagi Israel. */Nashirul Haq AR