Hidayatullah.com– Sebuah dokumen pemerintah yang dibocorkan ke publik menjelaskan secara detail penindasan China terhadap Uighur dan minoritas Muslim lain di wilayah Xinjiang di bawah kepemimpinan Xi Jinping, lapor New York Times.
Pakar dari Persatuan Bangsa-Bangsa dan aktivis mengatakan setidaknya satu juta etnis Uighur dan etnis minoritas Muslim lainnya telah ditahan di kamp-kamp di Xinjiang, sebuah penindasan yang memicu kecaman dari negara-negara dunia, termasuk Amerika Serikat.
Duta Besar China untuk Inggris menyangkal laporan mengenai kebijakan negaranya di Xinjiang, menyebut hal itu sebagai “berita bohong” dan “buatan” menurut laporan Al Jazeera pada Selasa (18/11/2019).
Pemerintah Beijing menyangkal penyiksaan terhadap etnis Uighur atau etnis Muslim minoritas lain dan mengatakan mereka sedang menyediakan pelatihan kejuruan untuk membantu memberantas “ekstremisme dan separatisme” dan mengajarkan kemampuan untuk bekerja.
Ditanya tentang artikel New York Times itu, Dubes Liu Xiaong mengatakan pada konferensi pers: “Saya dapat dengan tegas menyangkal ada dokumen semacam itu. Benar-benar pemalsuan.”
Dokumen-dokumen tersebut, yang oleh harian itu pada Sabtu katakan telah dibocorkan oleh “seorang pejabat pemerintahan China,” dilaporkan menunjukkan bagaimana Xi menyampaikan sejumlah pidato kepada pejabatnya ketika berkunjung ke Xinjiang dan setelah kunjungan itu pada tahun 2014, pasca serangan penusukan oleh pejuang Uighur di sebuah stasiun kereta api yang membunuh 31 orang.
Laporan yang bocor itu mengatakan Xi menyerukan “perjuangan habis-habisan melawan terorisme, penyusupan dan separatisme menggunakan organ kediktatoran, dan tanpa rasa belas kasihan.”
Selain itu, dalam dokumen tersebut kekhawatiran pemerintahan China semakin dibesarkan oleh “serangan teroris” di negara lain dan penarikan tentara AS dari Afghanistan.
Belum jelas bagaimana dokumen berjumlah 403 halaman itu dikumpulkan dan dipilih, harian itu melaporkan.
‘Tidak menjadi Chechnya’
Harian Global Times yang dijalankan pemerintah China mengatakan dalam kolom editorialnya pada Senin bahwa laporan NYT “tak punya moralitas” dan menuduh beberapa pihak di Barat “sangat ingin Xinjiang dilanda kekerasan dan kekacauan ekstrem”.
Dikatakan China telah mengambil “tindakan tegas” untuk memastikan wilayah itu tidak menjadi seperti “Republik Chechnya”.
Dokumen tersebut merinci bagaimana para pejabat pemerintah diberi narasi untuk menjelaskan kepada para mahasiswa yang pulang bahwa anggota keluarga mereka telah dibawa untuk “pelatihan”, dan bagaimana program tersebut menghadapi tekanan balik dari beberapa pejabat lokal, laporan itu melanjutkan.
Mereka juga menunjukkan kamp-kamp penahanan dengan cepat meluas setelan Chen Quanguo ditunjuk pada Agustus 2016 sebagai ketua pengelola wilayah itu. Chen telah mengambil langkah-langkah keras untuk meredam kegelisahan terhadap kepemimpinan Partai Komunis selama dia masa jabatan sebelumnya di wilayah Tibet.* Nashirul Haq AR