Hidayatullah.com | Di TENGAH penderitaan saudara kita di Palestina dan maraknya wujud kepedulian masyarakat dunia atas kondisi yang terjadi disana, namun amat disayangkan ketika baru-baru ini ada seorang tokoh yang notabene juga seorang muslim justru menyatakan bahwa Palestina bukan urusan kita. Padahal Negri Palestina sendiri maupun penduduknya yang mayoritas muslim tentu amat penting bagi umat Islam khususnya.
Ditambah lagi bagaimana kemerdekaan bangsa Indonesia sendiri sudah menjadi rahasia umum, adalah juga berhutang budi banyak atas peran Palestina Palestina. Apalagi pula amanah konstitusi negri juga menyatakan anti terhadap penjajahan.
Pentingnya Palestina dan Keutamaan-keutamaan Baitul Maqdis
Setidaknya ada beberapa alasan kenapa Palestina (yang berkedudukan di Bumi Syam) begitu penting bagi kita wa bil khusus khususnya umat Islam seperti halnya sudah dijelaskan oleh para ulama:
- Di Palestina ada masjid Al Aqsha Al Mubarak
Masjid al Aqsha merupakan qiblat pertama kaum muslimin dalam shalat mereka. Selain itu, al Aqsha dianggap sebagai masjid ketiga baik status maupun kedudukannya setelah masjidil Haram dan masjid Nabawi. Disunnahkan untuk pergi dan mengunjunginya. Shalat di dalamnya dilipatgandakan sampai 500 kali shalat di masjid lain.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
لاَ تُسَافِرْ الْمَرْأَةُ يَوْمَيْنِ إِلاَّ مَعَهَا زَوْجُهَا أَوْ ذُو مَحْرَمٍ، وَلاَ صَوْمَ فِي يَوْمَيْنِ: الْفِطْرِ وَالأَضْحَى، وَلاَ صَلاَةَ بَعْدَ صَلاَتَيْنِ: بَعْدَ الصُّبْحِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ، وَبَعْدَ الْعَصْرِ حَتَّى تَغْرُبَ، وَلاَ تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلاَّ إِلَى ثَلاَثَةِ مَسَاجِدَ: مَسْجِدِ الْحَرَامِ، وَمَسْجِدِ الأَقْصَى وَمَسْجِدِي
Dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda: “Tidak boleh memaksakan perjalanan kecuali pergi ke tiga masjid: al Masjidil Haram, masjid saya ini (masjid Nabawi – petj.) dan al Masjidil Aqsha.” (HR.Bukhari dan Muslim).
Dari Abdullah bin Amru bin Al-Ash, dari Rasulullah ﷺ bersabda
أَنَّ سُلَيْمَانَ بْنَ دَاوُدَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا بَنَى بَيْتَ الْمَقْدِسِ سَأَلَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ خِلَالًا ثَلَاثَةً سَأَلَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ حُكْمًا يُصَادِفُ حُكْمَهُ فَأُوتِيَهُ وَسَأَلَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ مُلْكًا لَا يَنْبَغِي لِأَحَدٍ مِنْ بَعْدِهِ فَأُوتِيَهُ وَسَأَلَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ حِينَ فَرَغَ مِنْ بِنَاءِ الْمَسْجِدِ أَنْ لَا يَأْتِيَهُ أَحَدٌ لَا يَنْهَزُهُ إِلَّا الصَّلَاةُ فِيهِ أَنْ يُخْرِجَهُ مِنْ خَطِيئَتِهِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ (فِيْ رِوَايَةٍ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَّا اثْنَتَانِ فَقَدْ أُعْطِيَهُمَا وَأَرْجُو أَنْ يَكُونَ قَدْ أُعْطِيَ الثَّالِثَةَ
“Sesungguhnya , ketika Sulaiman bin Dawud membangun Baitul Maqdis, (ia) meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala tiga perkara. (Yaitu), meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar (diberi taufiq) dalam memutuskan hukum yang menepati hukumNya, lalu dikabulkan ; dan meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dianugerahi kerajaan yang tidak patut diberikan kepada seseorang setelahnya, lalu dikabulkan ; serta memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala bila selesai membangun masjid, agar tidak ada seorangpun yang berkeinginan shalat disitu, kecuali agar dikeluarkan dari kesalahannya, seperti hari kelahirannya.” (Diriwayatkan An-Nasa’i) Dari Abu Dzar Radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata
تَذَاكَرْنَا وَ نَحْنُ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّهُمَا أَفْضَلُ أَمَسْجِدُ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمْ بَيْتِ الْمَقْدِسِ ؟ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صلاَةٌ فِيْ مَسْجِدِيْ أَفْضَلُ أَرْبَعِ صَلَوَاتٍ فِيْهِ وَلَنِعْمَ الْمُصَلَّى هُوَ وَلَيُوْشَكَنَّ لأَنْ يَكُوْنَ لِلرَجُلِ مِثْلُ شَطْنِ فَرَسِهِ (وَفِيْ رِوَايَةٍ “مِثْلُ قَوْسِهِ”) مِنَ الأَرْضِ حَيْثُ يُرَى مِنْهُ بَيْتُ الْمَقْدِسِ خَيْرٌ لَهُ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا
“Kami saling bertukar pikiran tentang, mana yang lebih utama, Masjid Rasulullah ﷺ atau Baitul Maqdis, sedangkan di sisi kami ada Rasulullah ﷺ. Lalu Rasulullah ﷺ bersabda : “Satu shalat di masjidku lebih utama dari empat shalat padanya, dan ia adalah tempat shalat yang baik. Dan hampir-hampir tiba masanya, seseorang memiliki tanah seukuran kekang kudanya (dalam riwayat lain : seperti busurnya) dari tempat itu terlihat Baitul Maqdis lebih baik baginya dari dunia seisinya.” (HR: Ibrahim bin Thahman dalam kitab Masyikhah Ibnu Thahman, Ath-Thabrani dalam kitab Mu’jamul Ausath, dan Al-Hakim dalam kitab Al-Mustadrak).
Rasulullah ﷺ bersabda; “Shalat di Masjidil Haram sebanding dengan 100 ribu kali shalat, dan shalat di masjid saya sebanding dengan 1000 kali shalat, dan shalat di Baitul Maqdis (Masjidil Aqsha) sebanding dengan 500 kali shalat.” (HR: Thabrani)
2. Kiblat Pertama umat Islam
Diriwayatkan dari al Barra’ bin Azib radhiyallahu ‘anhu,
عن البراء بن عازب رضي الله عنه قال : (صَلَّيْنَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَحْوَ بَيْتِ الْمَقْدِسِ سِتَّةَ عَشَرَ أَوْ سَبْعَةَ عَشَرَ شَهْرًا ثُمَّ صَرَفَهُ نَحْوَ الْقِبْلَةِ) أخرجه البخاري.
“Dari Barra bin ‘Azib ra berkata : Kami shalat bersama Nabi ﷺ menghadap Baitul Maqdis selam 16 bulan kemudian berpindah menghadap Kiblat.” (HR: Bukhari).
Imam Thabari dalam kitab tarikhnya meriwayatkan dari Qatadah berkata, “Mereka (kaum muslimin Madinah) shalat menghadap ke arah Baitul Maqdis, sedang Rasulullah ﷺ itu berada di Makkah belum hijrah. Ketika Rasulullah ﷺ hijrah ke Madinah, beliau shalat menghadap ke arah Baitul Maqdis selama 16 bulan, kemudian setelah itu kiblat berubah ke arah Ka’bah Baitul Haram.” (Tarikh Ath-Tahbari)
Diriwayatkan dari Abu Dzar al Ghifari radhiyallahu ‘anhu berkata, “saya bertanya kepada Rasulullah ﷺ tentang masjid yang pertama kali dibangun di atas bumi, beliau bersabda, “al Masjidul Haram.” Saya bertanya, kemudian apa lagi? Beliau menjawab, “Al-Masjidul Aqsha.” (HR: Bukhari, Muslim dan Nasai)
Dan dari Maimunah (hamba sahaya yang dimerdekakan ﷺ) radhiyallahu ‘anhu berkata, wahai Rasulullah berikan fatwa kepada kami mengenai Baitul Maqdis. Maka Rasulullah ﷺ bersabda, “Datangilah ia dan shalatlah kalian di dalamnya. Sekiranya kalian tidak bisa datang dan shalat di sana maka kirimlah minyak untuk pelita-pelitanya.” (HR: Abu Dawud dan Ibnu Majah).
3. Palestina adalah tanah yang diberkati Allah subhanahu wa ta’ala
Hal ini sesuai dengan apa yang ditegaskan dalam al Quran al Karim,
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ -١-
“Maha Suci (Allah), yang telah Memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami Berkahi sekelilingnya…” [Al Isra’: 1]
Allah berfirman,
وَاَرَادُوۡا بِهٖ كَيۡدًا فَجَعَلۡنٰهُمُ الۡاَخۡسَرِيۡنَۚ
“Dan Kami selamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia.” (QS: Al-Anbiya: 70)
Ibnu Katsir berkata, maksudnya adalah Negeri Syam. (Tafsir Ibnu Katsir)
Allah berfirman,
وَلِسُلَيۡمٰنَ الرِّيۡحَ عَاصِفَةً تَجۡرِىۡ بِاَمۡرِهٖۤ اِلَى الۡاَرۡضِ الَّتِىۡ بٰرَكۡنَا فِيۡهَاؕ وَكُنَّا بِكُلِّ شَىۡءٍ عٰلِمِيۡنَ
Artinya: “Dan (telah Kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang Kami telah memberkatinya. Dan adalah Kami Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS: Al-Anbiya’ : 81)
Ibnu Katsir Berkata: maksudnya adalah Negeri Syam. (Tafsir Ibnu Katsir)
Allah berfirman:
وَجَعَلْنَا بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ ٱلْقُرَى ٱلَّتِى بَٰرَكْنَا فِيهَا قُرًى ظَٰهِرَةً وَقَدَّرْنَا فِيهَا ٱلسَّيْرَ ۖ سِيرُوا۟ فِيهَا لَيَالِىَ وَأَيَّامًا ءَامِنِينَ
“Dan Kami jadikan antara mereka dan antara negeri-negeri yang Kami limpahkan berkat kepadanya, beberapa negeri yang berdekatan dan Kami tetapkan antara negeri-negeri itu (jarak-jarak) perjalanan. Berjalanlah kamu di kota-kota itu pada malam hari dan siang hari dengan dengan aman.” (QS: Saba’: 18).
Ibnu Abbas berkata, maksud dari al qura allati barakna fiha (antara negeri-negeri yang Kami limpahkan berkat kepadanya) adalah Baitul Maqdis. (Tafsir Ibnu Katsir). (Bersambung) >> halaman 2